Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Proteksi Data Digital

10 Desember 2022   01:48 Diperbarui: 10 Desember 2022   17:40 2235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: techtarget.com

Memang ada data-data yang boleh dihapus atau dihilangkan setelah periode tertentu, tetapi ada juga data yang sama sekali tidak boleh dihilangkan. Misalnya data kependudukan tadi. 

Data perbankan, kalau dulu tidak boleh dihilangkan selama ada uangnya. Sekarang pun seharusnya demikian, nomor rekening boleh di-non aktifkan tetapi data nasabah, nomor rekening, dan history transaksinya tidak dihapus total, hanya diberi tanda "tidak aktif" dan setelah beberapa lama bisa dipindahkan ke database histori data tahunan. Sewaktu-waktu data-data lama tersebut dapat dibuka kembali jika dibutuhkan.

Mengapa data tidak boleh dihapus begitu saja? Semua tergantung jenis datanya. Tetapi untuk data-data yang tidak dihapus secara "habis tak bersisa", itu artinya data tersebut suatu waktu ada kemungkinan dibutuhkan lagi. Misal data transaksi penjualan. 

Data itu bisa saja diperiksa ulang sebagai bukti pajak penjualan. Selain itu data-data lama ini, yang biasa disebut data history, dapat dipakai untuk menganalisis sesuatu. 

Misalnya data penjualan 5 tahun ke belakang, dapat dipakai untuk memprediksi penjualan sekian waktu ke depan. Karena data-data lama dapat dipakai untuk mempelajari suatu kebiasaan. 

Contoh, menjelang hari raya atau akhir tahun, biasanya penjualan kendaraan meningkat sekian persen. Dan setelah menganalisis data beberapa tahun ke belakang, diketahui bahwa hal itu terjadi setiap tahun termasuk tahun berjalan. 

Berarti ada "sesuatu" yang membuat penjualan naik setiap menjelang hari raya atau akhir tahun. Setelah diselidiki, ternyata pada waktu-waktu tersebut mayoritas pekerja kantoran mendapatkan THR dan Bonus, yang artinya ada uang lebih. 

Dengan penemuan ini, maka diprediksikan setiap tahunnya akan terjadi hal yang sama. Sehingga setiap menjelang hari raya dan akhir tahun, dapat ditentukan jumlah stok lebih banyak daripada biasanya agar dapat melayani penjualan yang meningkat. Itulah salah satu gunanya data history.

Tetapi, bagaimana jika ada "musibah" seperti bencana alam, kebakaran, komputer rusak atau backup hilang? Kalau dulu mungkin masih bisa manual karena ada bukti fisik berupa dokumen di kertas selain data yang tercatat di komputer. Lha bagaimana kalau digital semuanya?

Tentu ada prosedur penyimpanan data yang aman, untuk mencegah data digital lenyap begitu saja. Hal ini terutama diterapkan di perusahaan-perusahaan besar yang sadar betapa berharganya data, dan juga jenis-jenis bisnis yang online, seperti bank, marketplace, media sosial seperti Facebook, Instagram, dan kawan-kawannya. Seharusnya bisnis-bisnis kecil pun mulai memikirkan setidaknya backup data.

Disaster Data Recovery 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun