Cari tahu siapa yang bertanggung jawab dengan isi website tersebut. Biasanya website yang dapat dipercaya, jelas siapa saja orang-orangnya yang berada di balik layar. Biasanya informasi ini dapat diperoleh pada menu "Company Profile", "Who are we", dsj.Â
Dalam contoh link https://bitmarch.net, situs ini menampilkan company profile dengan judul "Bitmart Company profile" bukan "bitmartch" Coba googling lagi kata "bitmart". Bisa jadi nama website dan nama perusahaan berbeda. Tetapi ternyata, yang saya dapatkan, bitmart itu ada websitenya lagi sendiri dan nampaknya lebih dapat dipercaya karena team member disebutkan dari beberapa perusahaan terkenal seperti Amazon, Accenture, Alibaba, dll.
Periksa Isi Website dan Link Didalam Setiap menu
Periksa keseluruhan menu dan isi website. Jika banyak broken link, berarti websitenya belum selesai atau dibuat seadanya. Dalam contoh link https://bitchmart.net, katanya website itu adalah platform trading asset blockchain terbesar didunia.Â
Jadi kemungkinan besar keuntungannya pun tidak sedikit. Mengapa mereka tidak mau berinvestasi dalam membangun website yang professional? Belum lagi aturan tata penulisan yang tidak terpenuhi. Contohnya "Bitmart Company profile". Bukankah seharusnya kata "profile" ditulis dengan huruf "P" besar.
Tiga hal teknis diatas sudah cukup untuk orang awam menilai apakah website tersebut dapat dipercaya atau tidak. Ikuti kata hati, jika ada  keraguan, sebaiknya jangan dilanjutkan.
Membuat website itu mudah dan modalnya juga relatif tidak terlalu besar. Membuat isi dan program didalamnya? Tinggal hire programmer.
Dalam kasus pig butchering, mereka menggunakan teknik pemrograman tingkat tinggi. Dalam arti bukan sekedar website statik berisi text. Mereka menggunakan database untuk menampung data, mencatat setiap transaksi untuk ditampilkan pada pengguna.Â
Di balik layar, pemilik website dapat membaca data-data akun yang mendaftar, mengatur agar transaksinya untung selalu, untuk sementata waktu agar calon korban yakin bahwa mereka mendapatkan keuntungan sehingga selanjutnya mereka menambah modal dengan jumlah yang lebih banyak. Padahal semuanya hanya setingan alias palsu. Setelah tiba saatnya waktu "panen" buat mereka, sudah terlambat bagi korban untuk menarik uang yang sudah terlanjur masuk.
 (Veronika Rotua Gultom)
*) Menyalin sebagian atau seluruh isi artikel dan mempublikasikannya selain di Kompasiana.com, adalah pelanggaran hak cipta