Caranya bisa latihan sendiri di rumah atau di waktu luang di kantor, banyak bertanya pada teman sekantor asalkan tidak menggangu pekerjaan mereka, ambil kursus di luar, dll.Â
Intinya pekerjaan rumah adalah sesuatu yang "harus" diusahakan sendiri dengan inisiatif yang datang dari diri sendiri. Orang lain hanya dapat mendorong dan menyemangati.
Jadi jika pelajar dan mahasiswa tidak lagi harus mengerjakan pekerjaan rumah, ada kemungkinan di dunia kerja nanti mereka juga tidak terbiasa berinisiatif sendiri melakukan sesuatu yang merupakan bagian dari tanggung jawab mereka yang juga untuk kebaikan mereka sendiri.
Bagi pelajar dan mahasiswa, seharusnya mengerjakan PR menjadi sarana untuk berlatih mengatur waktu (time management) dan berlatih menyelesaikan masalah.Â
Jika mereka kesulitan mengerjakan PR dari guru, mereka seharusnya berusaha setidaknya membaca lagi, bertanya pada orang tua, kakak, berdiskusi dengan teman yang mungkin lebih mengerti.Â
Toh jika satu kelas tidak dapat mengerjakan PR yang sama, artinya guru harus mengulang menerangkan pelajaran tersebut.Â
Hal ini secara tidak langsung melatih siswa untuk kreatif mencari solusi dan lebih bertanggung jawab terhadap tugas-tugas yang dibebankan kepadanya.Â
Jika hanya sekedar menyelesaikan soal, orang tua mungkin bisa saja membayar "asisten" khusus untuk menegerjakan  PR sekolah anaknya.
Seorang teman kuliah saya dulu, seorang yang lebih dominan dalam hapalan, tetapi tidak dalam hal logika dan hitung-hitungan. Sementara dia mengambil jurusan kuliah di jurisan Tekni Informatika yang banyak pelajaran logika dan hitung-hitungan.Â
Pekerjaan rumahnya lebih banyak hasil mencontek, sementara ujian pun nilai-nilainya biasanya tidak terlalu baik, kecuali untuk mata kuliah hapalan, dimana jawaban semua soal ujian pasti ada di buku.Â