Jika pihak yang memulai "perang dingin" tetap tidak mau berterus terang walaupun sudah ada bukti-bukti yang membuat pihak lain menjadi tidak seleluasa sebelumnya dalam melakukan pekerjaan, ya hargai saja. Tidak mungkin juga dipaksa bukan? Dan sebaiknya tetap bekerja sebaik mungkin, tunjukan kinerja lebih, walau susah.Â
Andai kita berontak dengan cara bekerja seadanya pun, bukankah itu hanya akan membuat orang lain yang tidak tahu menahu persoalannya menjadi ikut-ikutan memberikan penilaian buruk pada kita.
Untuk apa tetap bertahan di lingkungan yang toksik, sementara kita sadar bahwa kita punya kualitas, hanya saja saat itu mungkin alamnya sedang tidak cocok dengan kita. Ibarat ikan di sungai, mungkin air sungainya sedang surut karena satu dan lain hal, daripada mati sebelum waktunya, lebih baik berusaha mencapai sungai yang lain, atau ke tempat yang lebih luas, yaitu lautan.Â
Daripada sakit jiwa raga bertahan di lingkungan yang toksik, lebih baik mengalah dan undur diri dengan cara elegan. Sejelek-jeleknya, kalau kita masih sehat ada banyak hal yang dapat dikerjakan. Tetapi kalau sakit, memangnya berapa lama perusahaan mau mempertahankan Anda?
Berusahalah untuk quit dengan meninggalkan kesan terbaik yang bisa kita tinggalkan atau setidaknya jangan meninggalkan jejak buruk. Ingatlah bahwa untuk orang-orang berkualitas, Anda tidak bekerja untuk boss atau untuk perusahaan, Anda bekerja hari ini sebagai persiapan pekerjaan yang lebih baik, tentunya dengan penghasilan yang lebih baik di hari depan. Berusahalah tetap fokus pada pekerjaan hingga kualitas Anda menjadi tidak terbantahkan.Â
Pada akhirnya semua orang akan sadar, dimana pun akan ada orang error, terlepas dari managemen perusahaan yang baik atau tidak. Hak kita untuk memilih apakah akan bertahan di suatu tempat atau memilih pindah ke tempat kerja yang lain. Yang jelas tugas kita adalah setia pada pekerjaan kita, bukan setia pada boss atau perusahaan. Lha kalau perusahaan bangkrut juga, kita diberhentikan koq.Â
Ada juga lho perusahaan yang memberlakukan sudden firing. Tanpa ba bi bu, karyawan dipanggil dan dipecat saat itu juga. Padahal kemarin masih ha..ha.. hi..hi.. dengan si boss. Tidak sesuai aturan? Mungkin. Tetapi ternyata ada juga. Namun biasanya perusahaan akan memberikan kompensasi yang sesuai, atau ketidak hadiran kita dianggap cuti, sehingga gaji tetap dibayar.Â
Biasanya hal ini diberlakukan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, dan biasanya berlaku pada pekerja level tertentu. Misal pekerja-pekerja yang memegang kendali keuangan perusahaan. Atau perusahaan-perusahaan yang sejak awal memang menginformasikan menerapkan kebijakan seperti itu terhadap semua karyawannya.
Bagaimana jika karyawan yang memang diam-diam mengundurkan diri dari dunia persilatan tetapi tidak resign. Mundur dengan cara kerja seadanya, tidak terlalu exciting dengan tugas-tugas yang diberikan, hanya sekedar kerja, terima gaji, habis perkara (quiet quitting)? Sama saja. Semua orang berhak memilih tempat kerjanya.Â
Tetapi jangan lupa, perusahaan juga berhak memilih pekerja yang sesuai dengan budaya perusahaan. Bisa jadi Anda mungkin kesal dengan sesuatu di tempat kerja sehingga menurunkan semangat kerja, sedang ditawar oleh perusahaan lain, atau mungkin memang sedang jenuh berkepanjangan, sebaiknya putuskan apakah Anda akan bertahan di tempat lama atau pindah.Â