"Robot trading Tipu-Tipu? Koq bisa? Padahal pernah tayang di stasiun TV yang bukan sekadar menayangkan acara gosip dan hostnya juga motivator terkenal. Kelihatan terpercaya!" begitu komentar seorang teman tentang masalah robot trading yang ternyata penipuan.
Tentu saja bisa, apalagi jika tidak ada pengawasan dari pakar yang memiliki kemampuan untuk menguji apakah robot itu bekerja sesuai dengan apa yang dipromosikan.
Orang bisa saja bilang robot ini daya analisisnya sangat bagus, karena dibuat dengan teknologi masa kini yang sangat canggih. Betul! Teknologi memang dapat mengambil alih sesuatu yang sebelumnya dilakukan manual.Â
Segala sesuatu yang ada pola keteraturannya memang dapat dirobotkan. Namun hal ini harus dibuktikan dengan mengujinya. Tidak cukup hanya dengan omongan.
Sesuatu yang dilakukan manual oleh manusia, kemungkinan human error-nya cukup tinggi karena bagaimanapun pada manusia ada faktor-faktor seperti lupa, lelah, tidak fokus atau sedang tidak konsentrasi, dsj, yang pastinya akan memengaruhi apapun kegiatan yang dilakukan saat itu.
Sementara mesin (baca: robot), semuanya berdasarkan program. Mesin diprogram oleh manusia untuk menjalankan sesuatu. Mesin tidak mengenal kata lelah, lapar, ngantuk, jadi tidak ada alasan untuk salah. Yang ada adalah programnya belum lengkap atau masih ada kekurangan, software robotnya belum di-upgrade, ada logika pemrosesan yang salah, atau mungkin server dan isinya sedang kacau balau entah kenapa, dst.
Tetap saja kesalahan ada pada manusianya, bukan pada robotnya.
Kesalahan yang seharusnya tidak boleh terjadi adalah kesalahan logika (logic). Karena itu artinya testing sebelum peluncuran robot itu kurang akurat sehingga dapat meloloskan kesalahan seperti itu.Â
Namun jika sudah diluncurkan dan dipakai oleh masyarakat, mungkin hal itu tidak akan diungkapkan, apalagi jika robot tradingnya illegal alias tidak ada izin beroperasi dari pihak berwenang.