Dan saya sangat terkejut ketika dia bertanya, "Hotel? What is hotel?"
Saya ulangi lagi kata, "Hotel", tetapi dia tetap tidak mengerti.Â
Akhirnya saya jelaskan dengan kalimat yang lebih panjang, "Where did you stay during your business trip?"Â
Dan barulah dia mengerti. Namun, sesuatu mengganjal dalam pikiran saya, "Apa yang salah dengan kata hotel yang saya ucapkan? Bukankah hotel itu adalah bahasa Inggris?" Â
Sampai di rumah, saya cek kamus yang lengkap dengan pengejaannya yang bisa didengar. Dan baru saya mengerti, ternyata saya menyebut kata "hotel" dalam bahasa Sunda.Â
Kata yang sama dengan aksen berbeda, sehingga native speaker tidak mengerti. Ok lah berarti saya harus belajar lagi tentang aksen berbahasa Inggris.
Sekarang di Indonesia, ada banyak orang tua yang berbahasa Inggris dengan anak-anaknya, tetapi ada yang menggunakan aksen bahasa Batak, bahasa Sunda, bahasa Betawi, bahasa Mandarin, dan seterusnya.
Agak lucu terdengarnya, belum lagi kalau pengejaannya salah tetapi yang ngomong tidak sadar dan kalau dikoreksi bibirnya mancung ke depan beberapa senti dibandingkan panjang normal, atau bicara dengan ketus," Asal tahu sama tahu aja!"
Di dunia orang dewasa, mulai remaja sampai orang tua, yang disahkan oleh gaya berbicara para selebriti, ada istilah gaya bahasa "anak Jaksel" yang katanya akibat meningkatnya keterampilan bilingual akibat di sekolah menggunakan bahasa Inggris, namun di rumah masih menggunakan bahasa Indonesia.Â
Kalau saya sih lebih suka menyebutnya sebagai bahasa orang-orang yang sedang belajar bahasa Inggris. Karena sedang belajar, maka berusaha menggunakan bahasa Inggris sesering mungkin.
Dan kalau tidak tahu apa bahasa Inggrisnya, maka dicampur dengan bahasa Indonesia. Do you know what? Pusying tahu dengarnya!