"Betul banget, dokter!"
"Ini sih karena faktor genetika," kata si dokter.Â
Lantas saya bilang bahwa keluarga saya tidak ada yang jerawatan cuman saya sendiri. Tapi si dokter keukeuh pasti ada faktor genetika.
Si dokter juga bilang obatnya cuman satu, itulah yang akan dia resepkan. Lantas saya iyakan saja karena sudah bosan mencoba berbagai cara menyapu bersih rombongan jerawat dari wajah saja.
Karena si dokter tidak bicara mengenai pantangan makanan dan lain-lain, seperti dokter-dokter sebelumnya yang menganjurkan jangan makan ini dan itu, saya pun bertanya apakah ada makanan tertentu yang harus saya hindari.Â
Dengan enteng si dokter menjawab yang intinya adalah tidak perlu ada pantangan makanan. Semua boleh dimakan asal tidak berlebihan, karena segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik.Â
Saya pikir masuk akal juga, maka jadilah saya menjalani pengobatan yang menurut dokter tersebut paling 6 bulan sudah selesai.Â
Selanjutnya terserah apakah mau menggunakan produk perawatan dari dia atau tidak. Nah ini baru pengobatan, bukan cuman perawatan.Â
Selama jerawat masih ada, tidak boleh ada tindakan seperti perawatan facial, di mana wajah dipencet-pencet untuk mengeluarkan komedo dan kotoran yang terserap oleh kulit. Ini berbeda dengan dokter-dokter sebelumnya yang malah menganjurkan melakukan perawatan facial sebulan sekali.
Singkat cerita, pada akhirnya kulit wajah saya benar-benar bersih dan tidak lagi dikunjungi rombongan jerawat yang mendarat di sana-sini di bagian wajah kadang sampai ke leher. Selanjutnya hanya tinggal perawatan kulit wajah saja agar terlihat kinclong seperti artis-artis yang sering nongol di televisi, hehehe.
Dengan 'keberhasilan' ini, maka saya menjadi percaya dengan dokter ini sehingga perawatan wajah yang sudah sembuh dari jerawat pun berlanjut menggunakan produk-produk buatan dokter tersebut. Ini baru namanya perawatan. Bukankah perawatan dan penyembuhan itu berbeda?