Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Hunian Vertikal, Makin Tinggi Makin Dekat pada Tuhan

17 Oktober 2021   01:00 Diperbarui: 17 Oktober 2021   16:30 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: fengshuibeginner.com

Karena pertimbangan efisiensi waktu, saya memutuskan tinggal di apartment yang merupakan hunian vertikal, yang lokasinya dipusat kota. Efisiensi waktu karena rumah tapak  sudah semakin jarang di daerah pusat kota Jakarta. Kalau pun ada harganya mahal.

Dengan tinggal di pusat kota, dalam sehari memungkinkan saya bolak-balik ke beberapa tempat sambil pulang/singgah di rumah untuk sekedar istirahat sebentar atau mempersiapkan aktivitas berikutnya.

Dengan demikian saya tidak perlu mencari tempat nongkrong seperti cafe, hanya untuk menunggu waktu berlalu. Hal ini membuat pengeluaran uang dan tenaga lebih irit. Kalau menunggu di cafe, tentunya harus membeli sesuatu dengan harga yang cukup mahal. 

Bukankah kurang nyaman juga kalau nongkrong di warteg berlama-lama menunggu waktu sambil mempersiapkan sesuatu di laptop. Lagipula terlalu lama duduk di cafe bermain komputer, ternyata melelahkan juga.

Tinggal di hunian vertikal bukan hal baru bagi saya, karena sebelumnya bertahun-tahun saya tinggal di kota yang lebih banyak hunian vertikalnya daripada rumah tapaknya. 

Apa bedanya tinggal di unit di lantai yang lebih rendah dan tinggi? Yang jelas, unit di lantai yang lebih tinggi lebih dekat kepada Tuhan ha..ha..ha...Mengapa demikian? 

Karena agama apapun, jika bicara tentang  Tuhan, pasti selalu mengarah ke atas. Dan kalau ada gempa, bukankah yang paling beresiko itu di lantai yang paling tinggi, yang sudah pasti akan lebih maksa doanya!

Jika terpaksa harus turun/naik lewat tangga pun, biasanya terdengar ujaran,"Ya Tuhan, begini amat", saking capenya kaki. 

Unit di lantai yang lebih tinggi, udaranya lebih bersih, lebih tenang, dan pemandangannya lebih bagus karena jarak pandang lebih luas. Dan kalau dapat unit di lantai yang paling tinggi, tidak akan ada suara-suara dari lantai atas yang cukup mengganggu, misal suara penghuni diatas menggeser kursi, atau mungkin suara orang yang sedang melompat-lompat karena sedang olahraga di dalam ruangan.

sumber: fengshuibeginner.com
sumber: fengshuibeginner.com

Suasana yang lebih tenang itu, pasti nyaman untuk merenung dan mendekatkan diri pada Tuhan bukan he...he..he...

Secara keseluruhan, tinggal di apartment cukup praktis dan nyaman. Segala sesuatu ada dalam satu gedung , dan ada staff keamanan yang bertugas 24 jam pula. Hal itu memberikan rasa aman.

Menjemur Pakaian

Ada beberapa hal yang saya pelajari dari bangunan vertikal di kota sebelumnya, yaitu Singapura. Yang paling menarik adalah masalah jemuran baju. Di Singapura, hampir semua hunian vertikal sudah dilengkapi area jemuran baju yang arahnya semua sama dari atas ke bawah, sehingga tidak nampak berantakan. 

Tinggal cara menjemurnya yang macam-macam. Ada yang sudah menggunakan jemuran rel yang tinggal menggantungkan baju-baju pada hanger dan kemudian mendorong jemuran keluar jendela. Itu yang paling gampang menurut saya. 

Tidak perlu takut jemuran akan jatuh ke bawah asalkan baju-baju tersebut dijepit dengan jepitan baju, agar tidak terlepas dari gantungan bajunya.

Metoda lain menjemur baju adalah menggunakan kayu jemuran. Kayu ditarik dulu kedalam dan baju-baju dijemur dengan berbagai gaya yang aman. Setelah selesai menaruh cucian pada kayu jemuran, kayunya didorong keluar dengan hati-hati agar tidak jatuh, dan diusahakan mendarat tepat pada dudukan besi tempat kayu yang memang didesign khusus untuk tempat kayu jemuran ini. Jika tidak hati-hati, kayu jemuran bisa jatuh kebawah. Para pemula perlu berlatih menaruh kayu-kayu jemuran pada tempatnya, agar tidak jatuh.

Selain itu, metoda menjemur pakaian di hunian vertikal harus memperhatikan kepentingan orang lain. Jangan sampai tetesan air dari jemuran kita jatuh membasahi jemuran pakaian tetangga dibawah. Karena itu sebaiknya mencuci baju menggunakan mesin cuci, sehingga tidak ada lagi tetesan air dari jemuran pakaian kita.

Di Indonesia, apartment yang saya tempati tidak menyediakan area khusus jemuran, dan tidak mengijinkan menjemur pakaian seperti metoda yang diterapkan di Singapura, dengan pertimbangan estetika karena design bangunan yang juga tidak mendukung.

Jadi alternatif menjemur pakaian hanya menggunakan area balkon. Sebaiknya tidak menjemur di pagar balkon karena kotor oleh debu.  Lebih baik menggunakan jemuran khusus. Dan jangan lupa untuk menjepit jemuran agar tidak terbang dibawa angin. Apalagi jika unitnya berada di lantai yang cukup tinggi.

Alternatif lain membersihkan pakaian kotor adalah dengan mengirimkan cucian ke tukang laundry yang sudah termasuk setrika.

Tembok Yang Tipis

Hati-hati ketika memaku tembok, Karena hunian vertikal itu tembok antar unit memang jadi satu. Bukan seperti rumah tapak yang pemiliknya dianjurkan untuk tidak 'menumpang' pada tembok orang lain.

Jangan sampai ketika memasang paku pada tembok, misal untuk menggantungkan sesuatu, barang-barang tetangga sebelah yang sudah diset menempel pada tembok, kemudian berjatuhan. Bahkan hal sekecil itupun perlu diperhatikan ketika memilih hunian vertikal.

Karena tembok yang tipis ini pula, maka sebaiknya jika menyanyi jangan terlalu keras suaranya, karena semua penghuni satu lantai pasti akan mendengarnya. Pun ketika bermain alat musik, sebaiknya gunakan headset agar tidak mengganggu para tetangga.  Misalnya ketika bermain keyboard, sebaiknya suaranya tidak terlalu kencang atau sambungkan ke headset agar hanya pemain yang dapat mendengar suara musiknya.

Bagian Didalam Ruang Unit Apartment Tidak Dapat Dirombak Sembarangan

Hal lain yang sangat penting ketika tinggal di hunian vertikal adalah dilarang melakukan perombakan pada bentuk bangunan. Bahkan mengganti lantai kamar mandi pun harus konsultasi dulu dengan pengelola yang bertanggung jawab mengenai teknik bangunan. Mengapa? Karena pada bangunan vertikal, kalau ada apa-apa akan berpengaruh kepada unit di bawahnya. 

Seperti yang pernah terjadi di apartment tempat saya tinggal, bagian kamar mandi salah satu unit kebocoran dari unit diatasnya akibat unit tersebut melakukan pembongkaran lantai kamar mandi. Jadi kita tidak dapat seenaknya membongkar bentuk  atau merenovasi bagian dalam dari unit apartment.

Bercocok Tanam

Bagaimana caranya bercocok tanam jika tinggal di hunian vertikal?

Kenyataannya bisa lho, sekalipun tidak ada balkon. Saya pernah dimintai tolong oleh pemilik rumah tempat saya tinggal di Singapura dulu. Mereka hendak pergi berlibur beberapa minggu, dan membutuhkan bantuan untuk menyiram tanaman yang mereka letakan di kamar mandi didalam kamar tidur mereka, dan sebagian lagi didalam kamar tidur agak jauh dari tempat tidur.

Untuk ini pilihlah jenis-jenis tanaman dalam ruang yang tidak berbahaya, contohnya Sukulen, Bambu, Lidah Mertua, dll.

 Binatang Peliharaan

Tinggal di apartment berarti harus mengikuti aturan-aturan yang diterapkan oleh pengelola untuk kepentingan bersama. Ada apartment yang memperbolehkan memelihara binatang piaraan ada yang tidak. Maka itu pahami dulu peraturan apartment sebelum memutuskan untuk tinggal disitu.

Sampah Rumah Tangga

Apartment di Indonesia umumnya menyediakan tempat membuang sampah per lantai diluar unit, dimana para penghuni dapat menaruh sampah ditempat tersebut dan sebaiknya sudah dibungkus plastik dengan rapi agar tidak bertebaran kemana2.

Area Bersama

Tinggal di hunian vertikal, artinya ada fasilitas-fasilitas yang dapat digunakan bersama oleh seluruh penghuni. Misalnya parkiran, area gym, kolam renang, dll. Area bersama ini dibiayai oleh para penghuni yang dikumpulkan dalam bentuk maintenance fee. Maka itu sebagai penghuni sebaiknya  ikut berperan dalam pemeliharaan setiap area dan peralatan, dengan cara mengikuti peraturan yang dibuat oleh pengelola demi kepentingan bersama.

Biasanya setiap apartment menyediakan area parkir di basement. Berbeda dengan rumah tapak dimana banyak orang punya mobil tetapi tidak punya garasi, sehingga parkir seenaknya di pinggiran jalan, maka para penghuni apartment tidak perlu pusing lagi dengan parkiran.

Secara umum, tinggal di apartment cukup menyenangkan, praktis, dan efisien.  Namun untuk keluarga dengan dua atau tiga anak, rasanya unit apartment itu terlalu kecil. Juga, tetap saja ada sesuatu yang hilang ketika kita tinggal di hunian vertikal.

 Contohnya seperti sekarang, masa pandemi dimana kita semua dianjurkan untuk lebih banyak diam dirumah. Tentu membosankan hanya diam di apartment, dimana fasilitas bersama pun ditutup, kursi-kursi di lobby dihilangkan agar tidak ada yang 'berkerumun'. Dalam kasus seperti itu, saya pribadi lebih suka tinggal di rumah tapak, dimana masih bisa berbincang dengan tetangga, walau sambil berteriak, demi menjaga jarak aman. (VRGultom)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun