Hingga akhirnya saya bertanya pada pewawancara kelima, karena saya merasa tema wawancaranya selalu berbeda, tetapi tidak pernah maju ke step selanjutnya. Semuanya seperti hanya "pengenalan" saja.Â
Memang latar belakang saya di bidang IT dengan banyak sub bidang, membuat saya bisa ke sub IT mana saja. Tetapi sebenarnya apa yang perusahaan ini butuhkan, sampai setelah wawancara kelima ternyata mereka masih memanggil saya untuk wawancara.
Kali ini maju ke step selanjutnya, namun saya menunggu hampir satu setengah jam. Setelah berkali-kali bertanya, apakah pewawancaranya sudah diberitahu?Â
Dan orang yang meminta saya untuk menunggu hanya bilang, "Ditunggu sebentar lagi".Â
Hingga akhirnya, saya minta untuk dijadwalkan ulang saja karena saya punya kegiatan lain di jam sekian.Â
Barulah orang yang ditunggu-tunggu datang. Seorang wanita Indonesia, menggunakan bahasa campuran Inggris dan Indonesia.Â
Setelah berbasa basi, akhirnya sampailah pertanyaan pada masalah gaji yang diminta.Â
Berhubung feeling saya merasa kurang enak, apalagi dibiarkan menunggu sampai hampir satu setengah jam, maka saya katakan bahwa masalah gaji sudah saya sampaikan pada head hunter yang menghubungkan saya dengan mereka.Â
Pengalaman saya selama bekerja di Singapura, biasanya saya bernegosiasi gaji dengan head hunter dan head hunter lah yang bernegosiasi dengan pihak perusahaan.Â
Namun ibu ini mendesak dan akhirnya saya sebutkan angka tersebut. Dengan setengah kaget, ibu itu menanggapi, "Mengapa tinggi sekali?!". Akhirnya, saya jelaskan mengapa saya meminta sejumlah segitu.Â
Akhirnya pertemuan pun diakhiri dan saya diminta menungga kabar selanjutnya dari mereka. Namun dengan yakin saya katakan pada diri sendiri, "Saya tidak akan ambil pekerjaan ini".