Sejak pandemi Korona, di mana aktivitas belajar mengajar diselenggarakan secara online jarak jauh.
Akhir-akhir ini, mulai nampak di media sosial, para ibu dan anak-anaknya yang masih sekolah di sekolah dasar, memamerkan tanaman hasil "riset" anak-anaknya.Â
Ada juga yang memamerkan "riset" kimiawi mengenai campuran warna-warna. Mungkin semua itu hanyalah sebuah upaya teknik mengajar yang tidak melulu cuma teori.Â
Tetapi, kenyataannya para murid mendapat kesempatan dan didorong untuk melakukan praktik dan mengetahui hasil dari praktek yang dilakukan, menganalisa hasil yang didapat dan akhirnya mereview proses yang sudah dilakukan. Dan semua itu dilakukan tanpa ada guru yang membimbing dari jarak dekat.
Saya rasa, mempelajari sesuatu dengan cara langsung mempraktekannya adalah sesuatu yang brilliant. Mungkin saat ini, karena masih duduk dibangku sekolah, mereka tidak menyadari apa yang dilakukan.Â
Mungkin para murid itu hanya melakukan apa yang ditugaskan gurunya. Mungkin saat ini mereka hanya sekedar senang dengan apa yang mereka lakukan dan melihat hasilnya.Â
Mudah-mudahan kesenangan itu melahirkan sesuatu yang positif dan melatih cara berpikir yang kritis, tidak hanya menghapal teori, tetapi mendapatkan sesuatu yang berkesan dari hasil karya mereka.
Semoga teknik belajar seperti itu dapat terus dikembangkan walau suatu saat nanti proses belajar mengajar kembali dilakukan secara normal.Â
Menciptakan lingkungan yang lebih kepada mencari tahu dengan cara melakukan percobaan-percobaan daripada hanya sekadar menyampaikan teori.
Adalah sangat penting untuk mendorong murid-murid melakukan riset-riset kecil, yang tentunya diharapkan kelak mereka terbiasa dengan riset-riset besar yang dapat menghasilkan ilmuwan-ilmuwan yang mumpuni.
Semoga pemerintah juga dapat mendukung kegiatan riset-riset kecil dalam pendidikan formal.
Bagaimana dengan riset-riset yang dilakukan secara mandiri? Bukankah saat ini ilmu pengetahuan tidak hanya didapat dari lembaga pendidikan formal?
Saya sangat mengapresisi perusahaan-perusahaan besar yang mengadakan perlombaan-perlombaan dalam menciptakan sesuatu. Contohnya, dibidang yang saya ikuti, ada perusahaan teknologi IT yang setiap tahun mengadakan semacam kompetisi dunia dibidang IT.Â
Dan beberapa waktu lalu ada perusahaan pemerintah yang mengadakan lomba design dashboard untuk memudahkan analisa masalah berdasarkan data.Â
Kompetisi-kompetisi semacam itu, saya kira juga dapat memancing kreatifitas seseorang untuk ikut ambil bagian dalam perkembangan teknologi.
Namun alangkah lebih baik jika ada dukungan dana dan alat-alat pendukung juga dalam proses menghasilkan "sesuatu" ini. Bukankah untuk dapat menghasilkan sesuatu membutuhkan waktu, tenaga, dan pemikiran.Â
Jika para "periset" juga harus sambil bekerja menghasilkan uang untuk biaya hidupnya, bisa jadi mereka akan keteteran. Jika mereka fokus pada pekerjaan "risetnya", yang belum menghasilkan uang, biaya hidup tidak akan terpenuhi.Â
Setidaknya, para periset mandiri, diberi kemudahan untuk menyampaikan proposal mengenai 'riset' yang akan dilakukan dan dipermudah untuk mendapatkan sponsor pendanaan.Â
Lebih bagus lagi jika ada yang bersedia menyediakan pembimbing. Entah itu pembimbing dibidang ilmu yang sama dengan riset yang sedang dilakukan, atau pembimbing yang mendukung dari sisi psikologi agar periset tetap disiplin dan fokus pada tujuan.Â
Seorang periset bisa jadi awalnya hanya tahu sedikit, tetapi dengan praktek mengerjakan langsung, apapun tujuannya, bukan tidak mungkin mereka menemukan sesuatu yang sebelumnya tidak mereka ketahui.Â
Oleh karena itu, semoga pemerintah dapat memberikan ruang lebih banyak untuk pola belajar yang lebih banyak praktek daripada sekedar teori (VRG)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H