Namun, bagaimanapun, sebuah system, apa pun bentuknya, robot, AI, dsb, mereka tetap tidak dapat berpikir dan mengontrol. Jadi pada contoh system pengambil keputusan, sifatnya hanyalah pendukung pengambilan keputusan. Tentu saja manusia tetap mempunyai kuasa untuk menentukan keputusan apa yang diambil.Â
Contoh, menurut sebuah system pengambilan keputusan yang sudah diprogram sedemikian rupa dan didukung oleh berbagai data dan informasi dalam jumlah yang cukup, didapat bahwa penyakit diabetes ditimbulkan oleh asupan zat gula yang tidak diimbangi dengan olahraga teratur.Â
Oleh karena itu, pemerintah Indonesia menghimbau agar masyarakat melakukan olahraga rutin dan memperbanyak makan sayuran, untuk mencegah meningkatnya penderita penyakit diabetes. Tetapi keputusan tetap ada ditangan masing-masing bukan? Sekalipun pemerintah menentukan hukuman bagi yang tidak mengikuti anjuran, namun tetap saja masing-masing individu yang harus mengontrol dan mendisiplinkan dirinya sendiri.Â
Berarti masih ada bagian yang seharusnya dilakukan oleh manusia. Misalnya mendidik orang dengan cara mempengaruhi, membuat orang lain merasa nyaman menggunakan sebuah produk sehingga orang tersebut tetap setia menggunakan produk tersebut, membuat seorang pasien rumah sakit merasa bahagia agar lebih cepat pulih dari penyakitnya, dan masih banyak lagi pekerjaan-pekerjaan lain yang hanya dapat dilakukan oleh manusia. Tetapi tentu saja semua itu dapat dilakukan jika kita sudah dapat melewati tahapan, yang suatu saat nanti, tidak lagi perlu dilakukan oleh manusia.Â
Sebuah system mungkin dapat membantu sebuah proses penjualan menjadi lebih cepat, tetapi yang meyakinkan calon pembeli untuk membeli produk yang ditawarkan tetaplah manusia. Sebuah system yang dibuat sedemikian rupa dapat menggantikan guru mengajar, namun yang dapat mendorong siswa untuk tekun belajar hanyalah manusia.Â
Sebuah system dapat menggantikan pekerjaan penulis, tetapi yang dapat menentukan ide tulisan hanyalah manusia. Sebuah system dapat membantu memprediksi sesuatu, tetapi hanya manusia yang dapat bernegosiasi dengan berbagai pihak, agar sesuatu yang buruk yang sudah diprediksikan, dapat dicegah.Â
Maka saya rasa, kita manusia, tidak boleh kalah dengan robot atau dengan kecerdasan buatan. Justru seharusnya menjadi lebih pandai karena tidak lagi berkutat dengan pekerjaan-pekerjaan teknis.Â
Jangan hindari teknologi yang semakin maju, tetapi tingkatkan kemampuan diri agar tetap selaras dengan perkembangan jaman. Semua ilmu yang kita pelajari seharusnya menjadi sarana untuk dapat melayani dengan cerdas dan sepenuh hati(VRG)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H