Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Target 10 Tahun Kedepan

22 Desember 2020   00:44 Diperbarui: 22 Desember 2020   00:49 6514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: suze-web.s3.us-west-2.amazonaws.com

Dalam 10 tahun kedepan Anda mau jadi apa?

Mungkin ada diantara pembaca yang pernah mendapat pertanyaan tersebut. Saya pernah, beberapa kali. Dulu ketika masih rajin melamar pekerjaan kesana dan kesini. Ada yang ditanyakan langsung, ada yang pertanyaannya sudah tertera dalam form aplikasi lamaran kerja.

Masa Sekarang Tergantung Dari Masa Lalu

Setujukah Anda kalau masa kini, Anda versi sekarang, adalah karena apa yang telah dilakukan dimasa lalu?

Saya bisa menulis disini seperti sekarang karena, dulu,  saya pernah belajar. Minimal belajar membaca dan menulis.

Saya dapat bekerja sebagai professional, karena dari dulu saya mempelajari bidang yang saya geluti sekarang.

Saya dapat berwisata ke suatu tempat yang saya inginkan, karena saya sudah mempersiapkannya, saya menabung, mencari informasi, dan mempersiapkan waktu.

Semuanya adalah tentang persiapan, karena saya menginginkan sesuatu.

Masa Depan Tergantung Masa Sekarang

Kebanyakan orang bingung ketika ditanya, "Mau jadi apa 10 tahun kedepan?"

Termasuk seorang teman yang kebetulan saat itu masih junior, dia bilang bingung kalau ditanya mau jadi apa 10 tahun kemudian, atau apa yang kamu inginkan 10 tahun dari sekarang.

Saat itu, teman saya ini adalah seorang junior programmer, dan masih fresh graduate dari jurusan yang sudah sesuai. Namun sepertinya dia kurang keukeuh dengan pekerjaannya itu, karena ternyata selalu merasa stress setiap kali diberi tugas. Dia memilih hanya menjadi operator penginput data dan berniat pindah bagian. Tetapi masih bertanya bagaimana pendapat saya jika dia pindah bagian agar resmi menjadi operator penginput data. Lantas saya tanya, "Apa rencanamu 10 tahun kedepan?" Dia kebingungan dan bertanya hubungannya apa dengan masalah dia saat itu. Lantas saya jelaskan, jika dalam 10 tahun kedepan dia ingin menjadi seorang IT manager atau IT expert, apakah jika saat ini dia memilih menjadi operator penginput data, pekerjaan itu akan menunjang mimpi 10 tahun kedepan menjadi seorang IT manager? Apakah tidak lebih baik jika dia berjuang diposisinya saat ini sebagai junior programmer?

Saya pikir, saat itu, akan lebih baik bagi dia jika dia berjuang diposisinya saat itu, sebagai junior programmer, karena memang sesuai dengan apa yang dia pelajari disekolah, dan dia pun memang melamar sebagai programmer sebelumnya, bukan yang lain-lain. 

Namun kembali kepada orangnya, apa mimpinya dimasa datang. Mungkin saat itu dia melamar menjadi seorang programmer, hanya untuk sekedar mendapat pekerjaan dulu setelah lulus kuliah. Atau mungkin yang dia tahu saat itu, setelah apa yang dia pelajari bertahun-tahun disekolah, maka pekerjaan yang cocok adalah sebagai programmer, tanpa dia tahu lebih banyak, apa dan bagaimana pekerjaan programmer itu. Dan setelah dijalani, ternyata merasa tidak cocok.

Mimpi di Masa Depan 

Pada akhirnya teman saya ini memang hanya menjadi seorang penginput data. Untungnya ternyata dia punya bakat menenangkan pelanggan yang tidak puas dengan pelayanan perusahaan. Maka dia pun diberi kesempatan diposisi itu. Ternyata penting juga mengenal diri sendiri untuk mengetahui apa yang disukai. Karena jika seseorang mencintai apa yang dikerjakan, umumnya dengan sendirinya mereka kreatif menangani permasalahan yang muncul. Namun tetap saja teman ini masih belum tahu, apa yang dia inginkan dikemudian hari. Saat itu dia hanya bekerja untuk mendapatkan uang untuk biaya hidup termasuk gaya hidup. 

Beberapa tahun kemudian, ketika kami sudah tidak bekerja bersama-sama, namun tetap berteman dekat, teman ini melontarkan pertanyaan lagi. Pertanyaannya membuat saya tertawa,"Menurutmu, apa pekerjaan yang cocok untuk saya?"

Mungkin saat itu dia sedang jenuh, bosan, lelah...entahlah.

Karena saya tahu latar belakangnya, maka saya tanya,"Apa yang kamu suka?"

Lantas dia bilang, "Saya senang traveling".

Dan saya coba bantu menemukan ide yang kira-kira cocok untuk dia.

"Kalau begitu, mengapa tidak mencoba menjadi travel organizer dengan mengutip bayaran dari peserta yang tinggal berangkat dan mengikuti itinerary yang kamu buat?"

Jawabannya,"Tapi saya sukanya tinggal berangkat, saya pusing kalau harus menyusun itinerary dan mencari informasi tempat yang akan didatangi. Jadi apa pekerjaan yang cocok untuk saya ya?"

Dan setelah ngobrol panjang lebar, kesimpulan saya, dia memang belum tahu apa yang dia inginkan. 

Maka saya jawab,"Sepertinya pekerjaan yang cocok untukmu, adalah menjadi nyonya besar!"

Dia pun tertawa,"Ha...ha..ha..ada-ada saja!"

 Jika sudah menemukan pekerjaan yang disukai, meski mungkin tidak sesuai pendidikan, sepertinya tetap harus punya ambisi dan target, 10 tahun atau beberapa tahun dari sekarang mau bagaimana, mau jadi apa, mau ngapain. Andai 10 tahun kemudian mimpimu adalah menjadi nyonya besar, bukankah itu juga harus dipersiapkan dari sekarang? Menjaga mimpi masa depan itu dapat mengembalikan semangat yang sempat hilang karena rasa jenuh, bosan, dan lelah yang menyerang. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun