Saat itu, teman saya ini adalah seorang junior programmer, dan masih fresh graduate dari jurusan yang sudah sesuai. Namun sepertinya dia kurang keukeuh dengan pekerjaannya itu, karena ternyata selalu merasa stress setiap kali diberi tugas. Dia memilih hanya menjadi operator penginput data dan berniat pindah bagian. Tetapi masih bertanya bagaimana pendapat saya jika dia pindah bagian agar resmi menjadi operator penginput data. Lantas saya tanya, "Apa rencanamu 10 tahun kedepan?" Dia kebingungan dan bertanya hubungannya apa dengan masalah dia saat itu. Lantas saya jelaskan, jika dalam 10 tahun kedepan dia ingin menjadi seorang IT manager atau IT expert, apakah jika saat ini dia memilih menjadi operator penginput data, pekerjaan itu akan menunjang mimpi 10 tahun kedepan menjadi seorang IT manager? Apakah tidak lebih baik jika dia berjuang diposisinya saat ini sebagai junior programmer?
Saya pikir, saat itu, akan lebih baik bagi dia jika dia berjuang diposisinya saat itu, sebagai junior programmer, karena memang sesuai dengan apa yang dia pelajari disekolah, dan dia pun memang melamar sebagai programmer sebelumnya, bukan yang lain-lain.Â
Namun kembali kepada orangnya, apa mimpinya dimasa datang. Mungkin saat itu dia melamar menjadi seorang programmer, hanya untuk sekedar mendapat pekerjaan dulu setelah lulus kuliah. Atau mungkin yang dia tahu saat itu, setelah apa yang dia pelajari bertahun-tahun disekolah, maka pekerjaan yang cocok adalah sebagai programmer, tanpa dia tahu lebih banyak, apa dan bagaimana pekerjaan programmer itu. Dan setelah dijalani, ternyata merasa tidak cocok.
Mimpi di Masa DepanÂ
Pada akhirnya teman saya ini memang hanya menjadi seorang penginput data. Untungnya ternyata dia punya bakat menenangkan pelanggan yang tidak puas dengan pelayanan perusahaan. Maka dia pun diberi kesempatan diposisi itu. Ternyata penting juga mengenal diri sendiri untuk mengetahui apa yang disukai. Karena jika seseorang mencintai apa yang dikerjakan, umumnya dengan sendirinya mereka kreatif menangani permasalahan yang muncul. Namun tetap saja teman ini masih belum tahu, apa yang dia inginkan dikemudian hari. Saat itu dia hanya bekerja untuk mendapatkan uang untuk biaya hidup termasuk gaya hidup.Â
Beberapa tahun kemudian, ketika kami sudah tidak bekerja bersama-sama, namun tetap berteman dekat, teman ini melontarkan pertanyaan lagi. Pertanyaannya membuat saya tertawa,"Menurutmu, apa pekerjaan yang cocok untuk saya?"
Mungkin saat itu dia sedang jenuh, bosan, lelah...entahlah.
Karena saya tahu latar belakangnya, maka saya tanya,"Apa yang kamu suka?"
Lantas dia bilang, "Saya senang traveling".
Dan saya coba bantu menemukan ide yang kira-kira cocok untuk dia.