Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Menjadi Pekerja Profesional yang Dibayar Per Jam

17 Oktober 2020   16:42 Diperbarui: 18 Oktober 2020   18:06 1059
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: https://dhrm.utah.gov/

Biasanya, manajer proyek yang akan selalu mengingatkan agar tidak lupa mengisi timesheet ini, karena sebenarnya timesheet ini adalah sesuatu yang penting sekali.

Ketika saya menjadi freelancer, bayaran saya tergantung dari timesheet yang saya serahkan. Jika saya terlambat menyerahkan timesheet ini, maka ada kemungkinan bayaran saya pun akan terlambat.

Dan jika waktu yang saya laporkan tidak sesuai dengan hari atau jam kerja saya, maka saya sendiri yang rugi. Jika waktu yang dituliskan melebihi dari yang sebenarnya, tentu akan jadi pertanyaan, dan akhirnya merugikan diri sendiri juga. Bisa saja kita dianggap tidak teliti atau kurang jujur. 

Sebaliknya jika jumlah jam kerja yang ditulis kurang dari waktu yang sebenarnya, maka bayaran yang kita terima pun menjadi lebih kecil dari yang seharusnya.

Bekerja sebagai profesional freelancer, memang agak ribet, karena harus rajin 'menagih' alias membuat laporan waktu terpakai sebagai dasar menagih. 

Dan dibeberapa kasus harus membuat laporan tentang kemajuan pekerjaan kita juga. Terkadang ada rasa segan jika ternyata kemajuan pekerjaan kita terlambat dibandingkan jadwal yang sudah disetujui bersama. Padahal mungkin perkembangan kemajuan pekerjaan yang terlambat ini juga akibat kelalaian dari sisi client.

Freelancer adalah pekerja lepas yang tidak terikat pada suatu organisasi tetapi mempunyai tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas sesuai perjanjian. 

Karena tidak terikat pada suatu organisasi, maka freelancer tidak berhak atas fasilitas-fasilitas yang umumnya diterima oleh karyawan tetap, seperti jaminan kesehatan, THR, jaminan hari tua, dsb.

Namun semua itu dapat diusahakan sendiri dengan menyisihkan penghasilan untuk asuransi kesehatan, menabung untuk hari raya, menabung untuk persediaan hari tua, dsb. Jadi bayarannya pun seharusnya lebih besar daripada karyawan tetap.

Untuk kasus saya, saya juga harus menabung untuk keperluan training, ujian sertifikasi, dll, karena itulah modal saya untuk menjual diri. Jadi dalam menerima pekerjaan yang bayarannya dihitung per jam, saya harus memperhitungkan biaya-biaya ini juga.

Ketika sama sekali tidak ada tawaran pekerjaan, apa yang saya lakukan? Satu bulan, dua bulan masih rajin menulis blog berbagi pengetahuan agar skill tetap terasah, minimal tidak lupa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun