Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Jati Diri Bangsa Indonesia

26 Januari 2020   23:53 Diperbarui: 26 Januari 2020   23:59 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau ditanya jati diri bangsa Indonesia itu yang seperti apa, yang paling mencolok sih...Bhineka Tunggal Ika. Bhineka Tunggal Ika yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu. Yang beda dibiarkan tetap beda tetapi tetap sama-sama bertumpah darah Indonesia, hati dan pemikiran tetap satu bangsa, bahasa pemersatu tetap bahasa Indonesia, bukan bahasa Inggris, bahasa Arab, bahasa Jerman, atau bahasa-bahasa asing yang lain. 

Bahasa asing tetap penting karena kita juga perlu bergaul secara International, mengerti apa yang terjadi diluar negara kita, mengerti situasi dan kondisi bangsa ditengah-tengah bangsa lain diseluruh dunia. Namun semua bahasa asing itu, saya rasa posisinya setara dengan bahasa daerah yang bermacam-macam. Bahasa pemersatu tetap bahasa Indonesia. 

Jadi tayangan seperti apa yang pantas dan sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia? Seingat saya dulu ada acara cerdas cermat untuk anak-anak sekolah berkompetisi disaksikan seluruh penonton TVRI, ada fragmen-fragmen keluarga yang sarat pesan moral, ada mimbar agama Islam, mimbar agama Kristen, Hindu, Budha, dan kepercayaan terhadap Tuhan YME. Ada acara khusus membahas Matematika, ...ini dia acara favorit saya. 

Ada pelajaran bahasa Inggris oleh ibu Nisrina Nur Ubay, ada pelajaran bahasa Jerman, ada acara musik juga seperti "Safari", ada film anak-anak, remaja, dan dewasa yang jelas peruntukannya. Ada film luar juga untuk anak-anak yang juga sarat pesan moral, seperti "Little House on the Prairie". Ada cerita-cerita rakyat yang menceritakan legenda-legenda yang berkembang dalam masyarakat Indonesia, dan masih banyak lagi. 

Bandingkan dengan sekarang. Sinetron yang isinya menceritakan tokoh baik, tokoh jahat, tokoh netral. Sebuah cerita memang selalu begitu mungkin, sesuai kenyataan hidup, ada yang baik, ada yang jahat, ada yang netral-netral saja, dan hidup tidak selamanya berjalan mulus. Namun, bagaimana sebuah cerita sinetron menceritakan kisah kehidupan itu? 

Tokoh jahat digambarkan sebagai tokoh yang benar-benar jahat yang ditunjukan dalam tindakannya yang sering terlihat kurang berperikemanusiaan dan tidak mendidik bagi yang melihat. Tokoh jahat dan tokoh baik yang sering digambarkan sebagai korban, diputar-putar untuk menunjukan kejelekan si jahat dan menderitanya si tokoh baik. 

Namun sering pesan moralnya malah jadi terkalahkan dengan aksi-aksi yang lebih mendapat sorotan. Inikah yang sesuai dengan jati diri bangsa? Saya rasa tidak. Kalau dibandingkan dengan fragmen-fragmen tempo dulu di TVRI, secara jalan cerita, fragmen itu jauh lebih bagus, sarat makna dan pesan moral. Bukan sarat dengan kekerasan, pemisahan antara yang miskin dan yang kaya, dsj. 

Saya sudah lama tidak menonton acara TVRI, selain karena alokasi untuk menonton televisi dalam sehari tidak terlalu banyak, bahkan lebih sering hanya menonton tv (barang) nya bukan acaranya, ternyata TVRI tidak ada dalam daftar stasiun televisi yang dapat dipilih jika kita langganan tv swasta yang sudah sekalian langganan Internet. 

Maka lama-kelamaan TVRI memang terlupakan walaupun tetap ada kenangan masa lalu tentang acara-acaranya jaman dulu. Maklum dulu cuma satu-satunya stasiun televisi di Indonesia. 

Sekarang juga sudah banyak konten-konten pendidikan, pelajaran bahasa asing, film yang bisa dilihat via Internet baik dalam negeri maupun luar negeri, nonton liga Inggris juga sepertinya tidak mesti di TVRI. Tetapi memang tidak semua orang suka menonton tontonan lewat Internet, selain tergantung kepada koneksi Internetnya, juga tidak semua level masyarakat dapat mengakses Internet. 

Jadi siaran dari stasiun televisi memang tetap diperlukan. Dan ditengah-tengah persaingan stasiun televisi swasta, yang sebenarnya acara-acaranya juga kurang mencerminkan jati diri bangsa, mestinya TVRI bisa mengisi kekosongan tersebut. 

Menayangkan siaran-siaran yang sesuai jati diri bangsa, yang membawa pesan Bhineka Tunggal Ika, yang memajukan bangsa dengan siaran-siaran pendidikannya, dan pesan-pesan kemajuan yang lain. Tentunya dikemas dengan baik dan modern agar tidak kalah saing dengan televisi swasta. Siaran asing juga belum tentu tidak sesuai dengan jati diri bangsa koq. 

Di luar negeri juga ada Bhineka Tunggal Ika yang lebih dikenal dengan Unity in Diversity. Cerita keluarga jaman dulu yang aslinya adalah cerita diluar negeri sana, Little House in The Prairie, kisah Oshin dari Jepang, juga tidak bertentangan dengan jati diri bangsa, justru mendidik anak-anak untuk saling membantu, peduli dengan keluarga dan sesama, dam bertahan dalam cobaan hidup tanpa mengexploitasi adegan-adegan kekerasan, pemisahan antara miskin dan kaya secara terlalu berlebihan. (VRGultom) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun