Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Manusiawikah Membiarkan Petugas Kebersihan Masuk ke Gorong-Gorong?

20 November 2019   16:14 Diperbarui: 21 November 2019   05:34 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Para petugas berpakaian orange itu membuka penutup gorong-gorong di pinggir jalan agak jauh sedikit dari gedung DPRD Jawa Barat di area Gedung Sate sana. Mereka mengeluarkan kotoran didalamnya, lumpur hitam berbau, botol-botol air mineral, dan sampah-sampah lain.

Bagaimana bisa sampah-sampah itu masuk kedalam gorong-gorong tertutup?

Area itu memang dipakai sebagai area pasar kaget setiap hari Minggu, yang biasanya meninggalkan sampah-sampah berserakan setelah bubaran pedagang dan pembeli. Tetapi bagaimana perjalanan sampah-sampah itu masuk ke gorong-gorong tertutup dibawah jalanan?

Mungkin dibawa aliran air hujan. Bisa juga dari sampah-sampah yang dibuang di toilet dan kemudian mengalir ke saluran air kotor dan kemudian sampai di gorong-gorong. Atau mungkin dibawa angin bawah tanah. 

Karena bukan cuma di Bandung saja got isinya lumpur hitam dan sampah. Daerah Mega Kuningan Jakarta yang cukup elite saja gorong-gorongnya bisa tersumbat karena sampah.

Bagaimanapun caranya sampah-sampah itu masuk ke dalam got tertutup, bukankah fungsi  got-got tertutup itu seharusnya sebagai saluran air hujan dan air kotor?

Menurut greenpack.co.id, selokan atau got adalah saluran untuk menyalurkan air pembuangan atau air hujan untuk dibawa ke suatu tempat agar tidak menjadi masalah bagi lingkungan dan kesehatan.

Ok lah, mungkin gotnya lama tidak dibersihkan makanya berisi endapan lumpur hitam yang tebal. Sementara sampah-sampah yang ada didalamnya?

Rasanya kurang berperikemanuasiaan membiarkan para petugas kebersihan masuk kedalam gorong-gorong, apalagi yang tertutup, untuk mengeluarkan sampah-sampah di dalamnya yang menyumbat saluran air. 

Bahkan menurut beberapa berita di media, petugas-petugas tersebut bahkan tidak menggunakan perlengkapan pelindung, tidak dilengkapi dengan oksigen, dan mereka harus rela ditempeli cacing-cacing penghuni gorong-gorong, digigit kelabang, sesak nafas menahan bau dan kotor. 

Mustinya mereka menfapatkan fasilitas BPJS kelas VIP karena pasti rentan terkena penyakit. Namun tetap saja, apapun kompensasinya, rasanya tidak berperikemanusiaan membiarkan mereka seperti itu, meskipun tugas mereka membersihkan kota dari sampah.

Kalau di rumah-rumah makan, apartment, hotel, dll sudah diberlakukan ketentuan untuk menggunakan grease trap, alat penangkal cairan minyak masuk ke saluran pembuangan, mengapa tidak diberlakukan juga pada saluran gorong-gorong besar di luar sana. 

Menurut artikel di boredpanda.com, di kota Kwinana, Australia, mereka memasang drainage nets atau dikenal juga sebagai trash trap atau dalam bahasa Indonesianya penjaring sampah di saluran-saluran drainage, pada bagian dimana air akan keluar (outlet), sehingga lebih mudah untuk mengambil sampah-sampah yang terjaring dan mengangkutnya ke tempat yang seharusnya, untuk diproses dengan benar.

Drainage Trap in City of Kwinana - boredpanda.com
Drainage Trap in City of Kwinana - boredpanda.com
Jika solusi trash trap ini bisa diimplementasikan di Indonesia, para petugas kebersihan setidaknya tidak perlu 'mengorbankan diri' untuk masuk kedalam gorong-gorong yang kebanyakan tertutup, dan mengeluarkan sampah dengan tangan mereka.

Semoga pemerintah dapat mempertimbangkan solusi drainage nets atau trash trap ini, atau mencari solusi lain yang lebih baik daripada membiarkan petugas kebersihan membersihkan gorong-gorong secara manual dengan tangan. 

Setidaknya jika masalah sampah yang menyumbat saluran air sudah dapat diatasi, hanya tinggal mencari cara mengeluarkan lumpur yang mengendap agar tidak menjadi tumpukan dan menutup saluran air.

Atau apakah lumpur-lumpur hitam itu adalah hasil penguraian sampah-sampah seperti rambut, sabun, lotion, cream pencukur kumis, pasta gigi, dsj? Mestinya ada solusi juga untuk ini. 

Mungkin seperti grease trap yang menjaring minyak sehingga tidak menyatu dengan air dan kemudian membeku di pipa-pipa saluran air.

Mengharapkan masyarakat untuk tidak nyampah sembarangan memang tidak mudah. 

Meskipun niat hati mau disiplin membuang sampah, tetapi ketika tidak menemukan tempat sampah saat diperlukan,  ada yang membawa dulu sampah tersebut ditasnya, ada yang terpaksa dilempar saja, karena tas sudah penuh, ada juga yang sembunyi-sembunyi melempar sampah pribadi ke toilet karena tidak ingin terlihat orang lain. Padahal dari toilet, sampah-sampah itu akan sampai di gorong-gorong juga. 

Semoga ada solusi dua arah baik dari masyarakat maupun dari pemerintah untuk masalah kebersihan lingkungan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun