Setiap pihak tidak diperkenankan mengambil, mengunduh, menautkan dan/atau melekatkan konten tanpa mencantumkan nama pemilik konten berikut sumbernya tanpa mencantumkan nama pemilik konten berikut sumbernya seperti tercantum pada alamat URL konten.
Demikian bunyi ketentuan "Penggunaan dan Hak Cipta" pada kompasiana.com point no. 3. Disusul dengan point 4,7, dan 10 yang saya simpulkan, semua artikel yang ditulis oleh kompasioner tetap menjadi milik kompasioner, sekalipun Kompasiana boleh menggunakannya untuk kepentingan promosi.Â
Promosi seperti apakah yang dimaksud disini? Promosi iklan di kompasiana? Sepanjang promosi yang dimaksud tidak menghilangkan nama pemilik, saya rasa tidak ada masalah. Ibarat iklan yang muncul di tv pada penayangan sebuah acara. Pengisi acara tidak berhak melarang, karena dia hanya mengisi acara dan bukan pemilik program televisi tersebut.Â
Plagiarisme yang dilakukan youtuber "Calon Sarjana" tidak hanya mengutip hasil karya orang lain, tetapi juga mengklaim konten sebagai miliknya dan menaruh watermark pada hasil kerja JT. Bahkan menurut video pembahasan 'kasus pencurian' ini, akun calon sarjana bukan hanya mencuri dari youtuber "JT", hanya saja kali ini mereka mencuri dari JT dan pemilik mempermasalahkannya.Â
Menyalin memang gampang, apalagi di jaman digital ini. Tetapi jika karya kita yang tiba-tiba muncul di media lain, tanpa ada disebutkan nama penulis, bagaimana rasanya?Â
Yang membuat bisa jadi sudah berusaha untuk membuat karya yang baik, mungkin dengan meluangkan waktu dengan mempelajari sesuatu, bahkan mungkin ambil kursus, sekolah, sertifikat untuk dapat menghasilkan suatu karya, eh...tiba-tiba ada orang yang memiliki skill plagiat, dengan enaknya menyalin, dan mengakui sebagai miliknya.Â
Saya setuju kalau hal seperti ini disebut mencuri. Karena pencipta awal mengeluarkan 'modal' lebih besar daripada si penyalin yang tidak perlu setidaknya meluangkan waktu, tenaga, dan mengasah skill untuk menghasilkan sebuah karya.Â
Mungkin ada orang yang tidak peduli karyanya dicuri orang lain. Tetapi secara umum, tindakan plagiarisme itu merugikan, terutama sipemilik karya. Jadi rasanya tindakan ini bukan tindakan yang bisa dimaklumi.Â
Bagaimana dengan karya-karya para kompasioner di kompasiana.com? Beruntung ada ketentuan hak cipta yang menempatkan kompasioner sebagai pemilik konten yang mereka buat. Namun begitu, tetap saja ada pihak yang tidak menganggap aturan itu sebagai sesuatu yang harus dihormati. Kenyataannya, saya menemukan artikel-artikel kompasiana.com tayang ulang di media lain. Memang sih disebutkan sumber: Kompasiana.com, tetapi linknya bukan ke Kompasiana.com.Â
Anehnya lagi, artikel-artikel kompasiana yang tayang di sana, seperti menggunakan tool untuk menyalin otomatis, karena artikel yang tayang bisa dalam hitungan menit. Namun nampaknya toolnya masih kurang smart, karena ada artikel-artikel yang tersalin sepotong, dan tidak semua artikel disebutkan sourcenya.Â
Umumnya kompasioner tidak menyebutkan nama dalam tulisannya, mungkin karena toh tulisan yang disubmit sudah pasti attached ke akun kompasiana kita sendiri, bukan akun orang lain. Jadi ketika isinya disalin, nama penulis tidak tercantum, kecuali si penyalin menambahkan sendiri, atau si penulis menuliskan namanya sebagai bagian dari isi artikel, seperti yang dilakukan oleh dua kompasioner lain (saya baru menemukan dua kompasioner yang menuliskan namanya di bagian bawah artikel). Â Entahlah jika artikelnya kepanjangan apakah nama yang ditulis dibawah tersebut akan ikut hilang atau tidak.Â
Kalau dilihat-lihat ini situs berita, memang isinya hanya salinan dari media lain. Entah apa tujuannya menayangkan ulang artikel-artikel dari media lain yang sudah lebih dikenal dan dipercaya masyarakat. Usahanya menyalin konten digital memang lebih mudah daripada menyalin konten media cetak.Â
Teknologi digital memang memudahkan hidup, tetapi sebaiknya setiap orang lebih kreatif memanfaatkan teknologi digital ini. Ada banyak konsep kreatif yang diciptakan dengan teknologi digital seperti Go-Jeg, AirBnB, Konsep toko online, media online, Youtube.Â
Meniru konsep masih bisa diterima, seperti konsep-konsep toko online, dimana sekarang ada banyak provider toko online. Tetapi menyalin isi, saya rasa itu adalah usaha yang cuma mau enaknya saja apapun tujuannya.Â
Akan lebih baik lagi jika orang mempelajari konsep atau konten digital yang sudah ada dan berusaha untuk menciptakan konsep/karya baru yang lebih baik daripada yang sudah ada. Semoga semua orang berusaha kreatif daripada menjadi plagiator. Sebuah karya cipta akan mendapatkan tempatnya, tetapi tindakan plagiarisme hanya akan menempatkan pelakunya sebagai pencuri. Â (VRGultom)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H