Rupanya pinang ini berfungsi untuk menetralisir kapur yang jika terkena air liur akan berasa panas terbakar. Saya nyaris salah makan, namun untunglah seorang ibu langsung menarik tangan saya yang sudah siap melahap buah sirih yang sudah dilumuri kapur, karena seharusnya pinang duluan yang masuk mulut :D
Mengunyah pinang sudah seperti mengunyah permen saja bagi sebagian besar masyarakat Papua, sampai-sampai di bandara ada larangan meludah pinang. Yeah, satu kebiasaan buruk masyarakat disana, meludah pinang disembarang tempat.
Kampung kedua yang kami kunjungi, adalah kampung Saukabu dimana kami disambut musik rebana, lagu-lagu dan goyang ala Papua, diantaranya "Perambo". Kami pun langsung membaur bersama para penari yang berpakaian dan berdandan eksotik khas Papua. Serasa hidup ini tiada beban saat menari bersama mereka, saking menikmati bergoyang Perambo.
Tempat ini berada di teluk Mayalibit, satu area dengan kampung Lopintol. Kami perlu memasuki hutan kecil terlebih dahulu dan menyebrangi sungai berbatu-batu, yang untungnya saat itu airnya sedang surut. Â
Jalanan menuju ke Ajeli cukup sempit sehingga kami harus berjalan satu persatu untuk sampai di kali yang dikelilingi dinding-dinding tebing dan beratapkan goa. Sungguh indah sekali pemandangan di sini.Â
Di kali Ajeli, sudah disediakan rakitan bambu panjang untuk duduk-duduk menikmati air sambil mengayun-ayunkan kaki ke air. Suara air mengalir pun terasa merdu menyejukan hati.
Kali Biru Mayalibit, adalah lokasi lain yang menggoda kami untuk berenang menikmati jernihnya air, yang membuat dasar kali bak dasar kolam renang bermarmer, dengan pepohonan yang secara alami membatasi kali. Siapapun pasti tergoda untuk turun berenang.Â
Di Kali Biru ini ada batasan yang tidak boleh kami langgar, yaitu area hulu sungai dimana sumber mata air berada. Hanya penduduk lokal saja yang boleh ke area itu. Mungkin ini untuk menjaga kejernihan air asli. Karena air dari area itu bisa langsung diminum. Dan rasanya segar sekali bahkan lebih segar daripada air mineral di kota besar. Konon pernah ada peneliti dari Jepang yang meneliti kejernihan air, dan menemukan memang air itu sangat jernih dan bersih sehingga bisa diminum langsung.
Untuk mencapai Kali biru ini, dari tepian pantai didekat kampung, harus berjalan menyusuri sungai ditengah hutan, yang kebetulan saat itu airnya juga sedang surut. Perjalanan yang menyenangkan karena dikiri kanan disuguhi pemandangan alam yang indah.