Mana yang kamu pilih, pekerjaan atau kesehatan? Dua-duanya penting. Mata pencaharian dan kesehatan. Mata pencaharian perlu untuk biaya hidup sehat, sementara sehat penting agar dapat bekerja.
Kalau saya pilih kesehatan. Kalau kita sakit, pekerjaan hanya akan mempertahankan kita selama hitungan bulan saja. Mungkin 3 bulan, 6 bulan, setelah itu...Anda tidak lagi dibayar. Untuk pekerja kantoran umumnya masa toleransi sakit adalah 3 bulan.
Kalau Anda pemilik dari sebuah business yang tidak perlu Anda tangani sendiri, mungkin Anda akan tetap memiliki sumber penghasilan yang bertahan lebih lama karena anda adalah pemilik mesin pencetak uang yang dijalankan oleh para pegawai Anda, istilahnya passive income. Tapi...emang enak sakit? Tetap saja lebih enak sehat dan berkegiatan, terlepas dari menghasilkan uang atau tidak.
Bagaimana dengan pedagang? Pada dasarnya mayoritas dari kita adalah pedagang. Pedagang jasa, pedagang barang. Kalau pedagang sakit, pasti tidak bisa jualan, tidak bisa kerja. Tabungan yang dikumpulkan bertahun-tahun, yang dikumpulan untuk beli, (gak tanggung-tanggung)....kapal pesiar, akhirnya berkurang dari hari-ke hari tanpa ada pemasukan.
Itu baru dari sisi mata pencaharian. Dari sisi aktivitas hidup? Kalau sakit pasti ada keterbatasan. Mau makan lidah rasanya pahit. Mau lari-lari tapi badan lemas, mau jadi relawan, sebentar-sebentar pusing. Mau ketemu teman-teman, baru setengah perjalanan badan sudah capai.
Intinya, sakit itu tidak enak. Dan sehat itu adalah salah satu syarat hidup nyaman. Nyaman melakukan apa saja yang kita suka, nyaman berkarya, nyaman cari duit, nyaman membantu orang lain, dst.
Orang sakit raga rentan berkembang menjadi sakit 'jiwa' juga, karena orang sakit cenderung sensitif, mikirnya negatif, merasa tidak berarti, putus asa karena hilang harapan, dll.
Bayangkan Anda punya pekerjaan yang sesuai dengan keinginan Anda, benefit juga ok, gaji tinggi, tapi lingkungan kerja membuat Anda stress karena harus standby 24 jam walau tidak dikantor, harus siap datang ke kantor di weekend, yang secara aturan adalah hari libur, tanpa pemberitahuan awal, dst. Saya pernah berada dalam posisi itu. Pekerjaan baru yang secara gaji, benefit, dan gengsi jauh lebih bagus daripada yang sebelumnya, bahkan hampir semua orang bilang, "Kamu beruntung sekali bisa kerja diperusahaan itu, itu kan perusahaan bagus!". Tapi....koq ya stress...Setiap bangun tidur dipagi hari, sakit kepala dan ada rasa enggan untuk berangkat ke kantor, boro-boro menikmati benefit mulai dari yang kecil sampai yang besar, otak sudah capai duluan, badan juga lemas. Untung saya masih bisa berpikir waras, kondisi seperti ini bisa bikin saya sakit. Kalau sakit, mereka cuma akan mempertahankan saya sampai maximal 3 bulan kedepan, habis itu gak bisa ngapa-ngapain. Tapi kalau saya sehat, saya masih bisa kerjakan apa saja. Yes, dengan sukacita akhirnya saya kirim surat pengunduran diri saya.
Setelah itu, memang tidak mudah. Tetapi Tuhan tidak pernah membiarkan saya sampai di titik nol. Rejeki selalu ada selama kita berusaha. Bahkan Dia tambahkan kemampuan saya dengan talenta-talenta baru. Sampai berasa takjub sendiri, koq saya bisa mengerjakan hal yang tadinya tidak pernah terbayangkan.
Sehat itu adalah harta kekayaan yang tak ternilai. Didalam raga yang sehat, ada jiwa yang sehat.
Dengan jiwa dan raga yang sehat, otak kita dapat berpikir jernih sehingga akan selalu sanggup bertahan hidup dalam kondisi apapun.
Katanya hidup kadang dibawah kadang diatas. Jiwa raga yang sehat menjaga kita tetap semangat menjalani hidup dimanapun roda kehidupan berada.
Jiwa raga yang sehat, menjaga kualitas hidup kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H