Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Ngumpul Yok!

29 Oktober 2019   23:40 Diperbarui: 29 Oktober 2019   23:45 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Duluuu....ada lelucon yang mengatakan,'Orang Batak gak bisa jadi presiden, karena kalau orang Batak jadi presiden, setiap minggu bakal ada acara arisan di Istana negara :D'

Ada benarnya juga, karena ikatan kekeluargaan orang Batak itu memang kuat. Kalau saya tidak salah, menurut orang tua saya dulu, kegiatan arisan itu adalah agar ikatan kekeluargaan tetap terjalin walaupun hidup diperantauan, karena tetap ada pertemuan-pertemuan keluarga dalam bentuk kegiatan kumpul-kumpul arisan. Mudah-mudahan bentuk kegiatan temu muka seperti ini tidak akan hilang dan berpindah ke dunia maya. Kocok arisannya mungkin bisa digantikan dengan aplikasi-apliasi yang bisa mengundi nama-nama yang terdaftar secara otomatis, namun temu wajah/mukanya tidak bisa digantikan dengan hanya bertemu di dunia maya. 

Bagaiman dengan aktivitas-aktivitas kepemudaan? 

Sekarang, meeting bisa online menggunakan aplikasi-aplikasi seperti Hangout, Zoom, Gotomeeting, dll, sehingga waktu bisa dipersingkat dengan memotong waktu yang dibutuhkan dari dan ke tempat meeting.

Dengan kemudahan online meeting ini, kita dapat mengalokasikan waktu untuk lebih banyak pekerjaan. Tuntutan profesianalisme pun menjadi lebih tinggi saat ini. Tidak cuma dalam hal profesio, semua itu dapat diterapkan dalam organisasi-organisasi kemasyarakatan termasuk organisasi pemuda. 

Gerakan pemuda digital, sah-sah saja selama tujuannya jelas dan bukan sekedar update-update status seperti di media sosial. Pada intinya setiap organisasi pasti ada susunan organisasi, pertemuan, diskusi, AD/ART, dan lain-lain yang dibutuhkan untuk terbentuknya sebuah organisasi.

Soal diskusi dan pertemuan dilakukan secara digital, saya rasa tidak ada masalah sepanjang maksud dan tujuannya sesuai dengan tujuan dibentuknya organisasi tersebut.

Dan yang terpenting dari setiap 'pertemuan' baik diruang digital maupun dengan cara konvensional, pasti harus ada tindak lanjutnya. Jika tidak ada, pertemuan itu hanya akan buang-buang waktu dan energi saja. Ruang digital hanyalah sebuah kemudahan untuk berkomunikasi saja. 

Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang senang kumpul-kumpul alias bersosialisasi. Mungkin saat ini budaya kumpul-kumpul sudah mengalami pergeseran, terutama di kota-kota besar, tetapi tetap saja, manusia adalah mahluk sosial yang hidup berkelompok dan butuh saling bertemu dan berkomunikasi dengan sesamanya. 

Kegitan karang taruna, himpunan mahasiswa, organisasi pelajar, organisasi pemuda berbasis agama, seharusnya bisa lebih ditingkatkan kualitasnya dengan adanya teknologi ruang digital.

Harus diakui saat ini kesibukan sekolah, bekerja, cukup menyita waktu. Belum lagi kemacetan di jalan yang menyebabkan waktu tersita lebih lama di perjalanan, sehingga sampai di rumah sudah kemalaman dan capai. Disinilah ruang digital dapat membantu. Berita-berita organisasi bisa dilihat kapan saja dan dimana saja.

Bahkan bisa dibuat sebuah 'reminder' yang langsung muncul di smart phone. Pertemuan diskusi pun bisa dibuat online dan jika ada yang berhalangan 'hadir' masih dapat mengakses rekamannya, sehingga semua anggota mendapatkan informasi yang sama.

Setelah itu barulah dapat ditentukan pertemuan temu muka untuk eksekusi keputusan rapat. Apakah itu mengenai siskamling, persiapan perayaan hari kemerdekaan, persiapan kegiatan dalam rangka memperingati sumpah pemuda, membantu mengawasi pemilu, bergiliran membantu mengawasi para lansia didaerah tempat tinggal masing-masing, dll.

Sudahkah ruang digital ini dimanfaatkan sesuai fungsinya untuk gerakan-gerakan kepemudaan? Mudah-mudahan. 

Ruang digital bukan hanya sekedar untuk mencari bentuk kegiatan yang hanya 'sesekali' saja. Ikut nimbrung di change.org sesekali kalau kebetulan cocok, ikut nyumbang melalui website-website penggalangan dana kalau pas ada uang atau kalau pas ada waktu membaca keterangannya dan kalau tidak lupa transfernya. Kalau cuma begitu, semua 'kepedulian' itu mungkin bisa dibilang ala kadarnya.

Mungkin bisa dicoba membentuk sebuah organisasi yang mengajak para pemuda dan semua yang berjiwa muda untuk melakukan kegiatan nyata.

Misalkan mengadakan penyuluhan tentang pentingnya BPJS dan mengajak warga untuk mendaftarkan diri dan membayar BPJS tepat waktu untuk kepentingan bersama, daripada sekedar menggalang dana lewat website tanpa melakukan apa-apa selain transfer uangnya. Mencari cara berdialog yang benar dengan pemerintah daripada sekedar ikut-ikutan menganalisa kondisi politik lewat media sosial. Ikut bertindak nyata mengusahakan sesuatu daripada sekedar tanda tangan petisi dan menulis alasan mengapa ikut tanda tangan petisi.

Saya yakin ada banyak hal yang dapat dilakukan meskipun diskusi-diskusi untuk menghasilkan tindakan nyata dilakukan hanya di ruang digital. Petisi tentang penanggulangan sampah mungkin bisa diiringi tindakan nyata dari para pemuda dengan janjian bersih-bersih sebulan sekali dengan tujuan menularkan kebiasaan tidak nyampah kepada warga yang lain dan menyadarkan masyarakat bahwa masalah kebersihan lingkungan adalah tanggung jawab bersama dan bukan sekedar pekerjaan/tanggung jawab dari petugas kebersihan. 

Pemuda bangkitlah, jangan cuma bermedsos tanpa tujuan, sesekali ajaklah teman-teman dumay-mu untuk kumpul-kumpul melakukan sesuatu yang berguna. Jangan cuma komplain lewat ruang digital tetapi lakukanlah tindakan nyata, berkumpul temu muka dengan melakukan sesuatu yang berdampak baik bagi negara dan bangsa.  

Kalau komunitas jalan-jalan bisa saling bertemu muka pada saat aktivitas jalan-jalan dilakukan, mungkin hal ini bisa ditiru. Segala sesuatunya dipersiapkan di ruang digital, dan dieksekusi bersama dengan cara berkumpul bertemu muka dan action.

Penggalangan dana akan lebih menarik dan membangun dengan melakukan sesuatu daripada cuma sekedar memohon kebaikan orang lain untuk memberikan uang dengan alasan kepedulian terhadap sesama. Membentuk organisasi kepemudaan yang melakukan tindakan-tindakan nyata bagi masyarakat akan memberikan kepuasaan batin tersendiri daripada sekedar komplain dan ikut-ikutan menganalisa situasi politik lewat media sosial. 

Kata pepatah, masalah hasil adalah urusan yang diatas (Tuhan), tugas kita adalah berusaha dan bekerja. Kata hukum Fisika, ada aksi pasti ada reaksi. Ada perjuangan dalam sebuah usaha.

Perjuangan itu yang membuat kita semua menjadi manusia yang lebih baik dari hari ke hari. Bukan hasil akhirnya. Kata pendaki gunung, perjalanan menuju puncak lebih berkesan daripada berada di puncak gunungnya. Kalau cuma mau ke puncak gunung bisa sewa helikopter atau pinjam pesawat jet pribadinya Pak Prabowo :D 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun