Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Merokok Tidak Menyebabkan Kematian

3 Oktober 2019   00:35 Diperbarui: 3 Oktober 2019   04:25 4203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hidup atau mati ada di tangan Tuhan, bukan ditangan pengusaha rokok atau pengusaha tembakau, atau pada batang-batang rokok yang dihisap oleh para penggemarnya. Ada banyak perokok yang umurnya relatif panjang, sementara yang tidak merokok juga sakit-sakitan dan umurnya pendek.

Almarhum ayah saya tergolong perokok berat yang berumur panjang. Beliau meninggal setahun lalu dalam usia 79 tahun. Ayah saya tergolong tidak pernah sakit kecuali setahun sebelum kepergiannya mengalami kekurangan Natrium dan kemudian 3 bulan sampai kematiannya mengalami sakit susah nafas karena beban jantung yang berat.

Namun menurut dokter terakhir yang menganalisa penyakitnya, jika saya tidak salah mengerti, itu semua disebabkan oleh gaya hidup masa kini, di mana orang Indonesia lebih banyak makan nasi daripada sayuran dan lauk pauknya namun kurang gerak.

Jadi ibarat mobil yang terus menerus diisi bensin namun tidak pernah dipakai maka bensinnya tumpah kemana-mana, ke jantung, ke paru-paru dst. 

Di luar itu semua, ayah saya cukup sehat, daya pikir kuat karena emang dasarnya punya IQ tinggi, di usia menjelang 79 itu masih bisa bepergian sendiri sebelum sakit. Hanya saja beliau selalu terbatuk-batuk, yang saya percayai karena rokok.

Beliau bisa menghisap rokok hampir sebungkus sehari. Dulu saya sering melempar candaan tentang gaya hidupnya, saya bilang, hidup mati ditangan Tuhan, tapi hidup sehat adalah pilihan masing-masing.

Kalau Bapak tidak merokok mungkin Bapak tidak batuk-batuk dan orang sekitar pun tidak perlu mengipas-ngipaskan tangan saat Bapak merokok di rumah. 

Jika industri rokok ditutup, apa akibatnya?

Terlepas dari perusahaan rokok memberikan keuntungan bagi bangsa dan negara dari penghasilannya, apakah para perokok akan berhenti merokok?

Sepertinya tidak. Karena orang masih bisa melinting tembakau dengan kertas rokok. Jika tidak ada kertas rokok, bisa pakai pipa seperti di film jaman baheula, bapaknya si Laura Inggals merokok pakai pipa :D 

Saya tidak tahu apakah jaman dahulu kala, industri rokok itu sudah berjalan. Tapi yang pasti pohon tembakau itu ciptaan Tuhan dan sudah ada sejak lama.

Tembakau adalah bahan dasar rokok. Orang darimana yang pertama kali merokok dan memperkenalkan rokok pada dunia? Di Indonesia, orang yang mengaku miskin sekalipun sanggup merokok yang artinya tidak keberatan mengeluarkan uang untuk membeli rokok, padahal dengar-dengar untuk bayar iuran BPJS saja nunggak :D

Bayar iuran BPJS per bulan biayanya tidak seberapa dibandingkan dengan pengeluaran untuk membeli rokok, tapi masyarakat tetap saja mendahulukan rokok daripada bayar iuran BPJS.

Mungkin karena rokok itu sudah menjadi budaya. Saya kurang setuju jika merokok itu dianggap sudah menjadi kebutuhan. Menurut saya, bagi para pria Indonesia, merokok itu adalah budaya. 

Dalam setiap acara di mana ada bapak-bapak, biasanya ada asap rokok, bahkan yang punya acara menyediakan rokok. Di Indonesia juga ada bahasa kiasan: uang rokok. Yang biasanya berarti memberikan uang ala kadarnya kepada seseorang, entah sebagai tanda terima kasih, untuk nyogok, dll.

Mengapa dipakai istilah uang rokok? Seolah memang semua orang perlu merokok. Mengapa bukan uang terima kasih? 

Orang-orang di kampung pun pindah kekota dengan alasan di kampung mereka, untuk mencari uang pembeli rokok pun susah.

Padahal di kampung semua kebutuhan utama sudah terpenuhi, makan puas sekenyangnya tidak terlalu mahal karena punya sawah, ladang, dan ternak sendiri.

Mengapa masih harus mencari uang pembeli rokok? 

Mengapa mereka tidak mengatakan, di kampung cari uang untuk membeli barang-barang seperti di kota susah, di kampung mencari uang untuk biaya jalan-jalan ke luar kota atau ke luar negeri sebulan sekali susah, mengapa mesti menggunakan istilah uang pembeli rokok? Apakah merokok itu pertanda orang sukses?

Kenyataannya banyak juga orang sukses yang perokok dan banyak juga non perokok yang hidupnya biasa-biasa saja dan tidak dianggap sukses :D

Atau apakah merokok itu memang sudah menjadi kebutuhan utama? Atau mungkin dulunya memang dianggap lelaki itu harus merokok, sehingga mengakar sampai sekarang kalau merokok adalah kebutuhan. 

Saat ini merokok tidak lagi didominasi para lelaki. Wanita pun banyak yang merokok. Entah apa penyebabnya. Mungkin para wanita ini merasa perlu menyamakan diri dengan para lelaki agar dianggap setara? Atau mungkin mereka mempunyai kekurangan dalam hal komunikasi sehingga jika pembicaraan kurang nyambung, lebih baik merokok daripada bingung ngapain? :D 

Parahnya belum ada aturan dilarang merokok didalam rumah sekalipun itu rumah sendiri. Mungkin sekarang sudah banyak ruangan publik yang ber AC sehingga penyedia ruangan harus memisahkan area smoking dan non smoking. Tetapi di dalam rumah? Bagaimana jika ada bayi? Adakah kewajiban perokok untuk tidak merokok didalam rumah? Adakah hak penghuni rumah yang bukan perokok untuk melarang merokok tanpa dianggap aneh dan tidak sesuai ramah-tamah orang Indonesia? Adakah aturan kemasyarakatan yang melarang tamu untuk tidak merokok didalam ruangan? 

Mungkin pada akhirnya merokok menjadi kebutuhan karena nikotin dalam tembakau menimbulkan kecanduan. Dulu pernah ada sebuah keluarga yang membawa ayahnya berobat ke Singapura, dan dokter menempelkan semacam koyo ke tubuhnya.

Rupanya itu adalah nikotin, karena katanya jika tidak diberi nikotin, si bapak akan marah-marah seperti orang sakau. Rupanya tidak mudah untuk berhenti merokok, kalau badan sudah nagih alias kecanduan.

Lantas bagaimana jika cukai rokok dinaikan yang menyebabkan harga rokok ikut naik?

Saya pikir usaha itu hanya akan mengurangi calon perokok baru. Jika para perokok lama sudah kecanduan atau ketagihan, apapun mungkin akan dilakukan.

Saya rasa harus ada solusi untuk konsumen yang sudah menjadi pecandu. Janganlah lagi menjadikan merokok itu sebagai budaya dengan menggunakan istilah uang rokok. Dan jangan biarkan para perokok bebas merokok dimana saja.

Para perokok harus dibuat segan merokok disembarang tempat, jadi masyarakat yang bukan perokok pun tidak perlu sungkan menegur orang yang merokok di sembarang tempat tanpa mempedulikan orang sekitar yang ikut menghisap asap rokoknya. 

Industri rokok tidak bisa dimatikan karena konsumen tetap ada. Sekalipun rokoknya tidak diproduksi lagi, tapi tembakaunya tetap ada dan perokok dapat melinting rokok sendiri, jadi menutup industri rokok bukan solusi. Menaikan cukai rokok juga rasanya bukan solusi karena pecandu tetap akan berusaha membeli berapapun harganya. 

Menampilkan gambar jantung rusak di bungkus rokok? Sepertinya sudah dilakukan tetapi tetap pembeli rokok tetap banyak. Dilarang menjual rokok kepada anak dibawah umur? Apakah aturan itu sudah benar-benar ditaati? Di warung-warung kecil, apa aturan itu berlaku? Bagaimana pengawasannya? Yang saya pernah tahu, ada pembeli rokok yang tidak mau rokok dengan bungkus bergambar ada anak kecilnya.

Sayangnya, untuk rokok yang sama, ada beberapa pilihan gambar di bungkus rokok :D

Minimal sediakanlah 'tempat khusus' bagi para perokok, agar lebih banyak ruang 'bersih' bagi non perokok. 

Merokok mungkin tidak menimbulkan kematian karena hanya Tuhan yang berhak menentukan kematian seseorang, tapi hidup nyaman karena jantung sehat, jiwa raga sehat harus diusahakan oleh manusianya sendiri.

Semua terserah kita sendiri mau hidup sakit-sakitan, setiap ngomon batuk-batuk, jadi langganan dokter jantung, sesak nafas, bau rokok, dst atau hidup nyaman bisa olah raga, traveling, kerja ok, dan hidup berkualitas dan berguna bagi orang lain. 

Semoga semakin banyak orang yang sadar akan kesehatan dan tidak menyebarkan kebiasaan merokok pada orang lain. 

Berusahalah untuk sehat agar hidup nyaman dan berkualitas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun