Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Language Sensitive, "Maaf Data Anda Tidak Ditemukan!"

9 September 2019   13:01 Diperbarui: 18 September 2019   16:02 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun seperti juga fitur case sensitive dalam tulisan, tentunya pada robot yang menerima suara sebagai masukan (input) untuk diproses oleh system didalamnya, fitur language sensitive bisa dimatikan, namun pembacaan data akan menjadi lebih lama, dalam bahasa gaulnya, "loadingnya lama", belum lagi kemungkinan kesalahan mendeteksi jenis bahasa, karena mungkin saja kata yang sama ditemukan dalam beberapa bahasa yang berbeda sehingga si robot 'bingung' mau ambil yang mana. 

Mungkin programnya dibuat untuk mengambil kata dari bahasa yang pertama kali ditemukan. Nah ini belum tentu benar. Jika ini terjadi, bukan si robot yang bodoh :D. Tetapi memang programmingnya seperti itu. Jangan mengatai robot/systemnya bodoh, karena memang mereka tidak punya otak. 

Robot/System hanyalah mesin yang diprogram untuk melakukan perintah-perintah berdasarkan input/masukan yang sudah pakem aturannya, dan memproses input/masukan tersebut berdasarkan kode-kode perintah yang sudah diprogram. Robot/komputer tidak pernah berpikir karena mereka memang tidak punya kemampuan berpikr, mereka hanya menjalankan perintah. Manusialah yang memprogram robot atau komputer.

Indonesia yang merupakan kepulauan dengan berbagai macam aksen dan dialek, menjadikan tiap orang punya irama dan aksen sendiri dalam berbicara. Biasanya orang dari Bandung aksennya berbeda dengan orang dari daerah Jawa Tengah atau dengan orang Batak. Berarti robot masa depan juga harus mempertimbangkan aksen dan irama. 

Jika 20 tahun mendatang penggunaan robot untuk menjawab pertanyaan di telpon mulai marak, dan kita yang 20 tahun kedepan sudah bertambah usianya dan menjadi generasi senior, tidak perlu minder jika berkali-kali bicara si robot tidak mengerti apa yang kita bicarakan. Itu berarti robotnya yang kurang canggih, tidak mempertimbangkan kemungkinan aksen yang berbeda-beda dari setiap orang, bukan orangnya yang gaptek. 

Mungkin 20 tahun mendatang, generasi mudanya sudah bisa menghilangkan aksen yang terbentuk alami dari kebiasaan bicara didaerah masing-masing, tetapi semakin tua umur sesorang, biasanya irama bicaranya juga melambat bahkan ada juga yang gemetaran :D Maka system yang canggih harus mempertimbangkan semua kemungkinan itu.

Mudah-mudahan robot/system masa depan dapat dibuat semakin canggih dari masa ke masa dengan mempertimbangkan keragaman para penggunanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun