Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Minoritas dan Mayoritas

1 September 2019   16:55 Diperbarui: 23 Juni 2021   21:21 2424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa sih minoritas? Apa sih Mayoritas?

Terjemahan bebas dalam bahasa saya pribadi, minoritas adalah kelompok yang jumlah pengikutnya lebih sedikit dibandingkan kelompok lain.

Mayoritas adalah kelompok yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan kelompok lain.

Lantas kalau di Indonesia apa sih maksudnya kalau orang bicara tentang minoritas dan mayoritas?

Biasanya itu bicara tentang kelompok agama atau ethnic tertentu. Secara jumlah pengikut kelompok agama memang ada kelompok mayoritas dan kelompok minoritas di Indonesia. Demikian pula dengan ethnic tertentu yang sering merujuk kepada kelompok ethnic yang dianggap pendatang dan nenek moyangnya bukan dari Indonesia walaupun sudah bertahun-tahun turun temurun menjadi warga negara Indonesia.

Lantas apa hubungannya Minoritas/Mayoritas dengan agama? Rasanya tidak ada, kecuali dalam hal jumlah. Bukankah agama itu mengacu kepada keyakinan? Apakah Anda memilih keyakinan Anda karena pengikutnya banyak atau sedikit? 

Mungkin ada segelintir orang yang menganut agama/keyakinan tertentu karena jumlah pengikutnya banyak atau sedikit. Tetapi keyakinan itu umumnya tidak bisa dipaksa. Namanya juga keyakinan. Mau pengikut banyak atau pengikut sedikit yang jelas keyakinan saya adalah A, B, C dan bukan D, E, F.

Lantas apakah sebaiknya kelompok Agama minoritas mengalah pada kehendak kelompok Agama mayoritas? Mustinya tidak. Masing-masing keyakinan pasti beda. Kalau sama ya tidak perlu ada nama agama A, B, C cukup satu nama saja. 

Sesuatu yang beda tidak bisa disamakan, yang bisa adalah hormatilah perbedaan itu dan biarkan perbedaan itu berjalan bersama dalam harmoni. Toleransi bukan masalah minoritas mengalah pada mayoritas atau sebaliknya. 

Baca juga : Kaum Minoritas dan Penyimpangan

Toleransi adalah menjalankan keyakinan masing-masing tanpa saling mengusik satu sama lain, tanpa saling menghalangi, tanpa saling merasa berkuasa karena mayoritas atau merasa harus dikasihani karena minoritas.

Lantas bagaimana dengan kelompok minoritas berdasarkan ethnic. Banyak ethnic yang bukan asli dari tanah Indonesia di negara kita. Ada India, Arab, Tionghoa, orang Eropa atau Amerika yang menjadi WNI juga ada. Tapi mengapa ketika orang menyebut minoritas itu identik dengan WNI Tionghoa? Entahlah, mungkin ada alasannya.  

Tetapi terlepas dari itu semua, memangnya ada yang memilih terlahir dari orang tua Batak/Sunda/Padang/Arab/Tionghoa/India, dsb? Memangnya sebelum lahiran si bayi punya pilihan itu atau orang tuanya milih supaya anaknya yang lahir itu si Ucok, si Eneng, si Acong, atau si Jhon? Entahlah...tapi rasanya pilihan itu tidak ada.

Lantas apakah masih relevan kalau masalah minoritas dan mayoritas dikaitkan dengan agama dan ethnic? Rasanya tidak.

Baca juga : Minoritas: Ateis di Indonesia

Mau jumlahnya minoritas kek mau mayoritas kek, hak hidupnya sama saja. Tidak bisa dipaksa orang Batak jadi orang Sunda, orang Sunda jadi orang Jawa, dst. Bukan cuma tidak bisa dipaksa, tetapi memang kodratnya sudah seperti itu, sesuatu yang tidak bisa diubah. 

Sama dengan keyakinan agama, memangnya kalau minoritas hak kewarganegaraannya berkurang gitu? Hak hidupnya dibatasi kelompok mayoritas gitu? 

Mungkin benar makin banyak anggota kelompok makin kuat kelompok itu, tetapi rasanya itu tidak bisa diterapkan dalam hal agama dan ethnic. Hargailah perbedaan keyakinan dan akuilah kalau ada orang-orang yang berbeda dengan kita. 

Jangan mengkait-kaitkan masalah minoritas dan mayoritas dengan agama dan ethnic/suku bangsa. Kalau dalam satu kelompok yang 'sama' ada yang berbeda tentang sesuatu hal, apakah orang itu akan ditendang keluar dari kelompok itu? 

Mungkin saja, kalau pemimpinnya diktator. Pemimpin yang bijaksana akan menghormati perbedaan yang timbul sementara atau memang dari awalnya memang sudah beda. 

Baca juga : Memeluk Agama Mayoritas Itu Sama Susahnya dengan Memeluk Agama Minoritas

Semoga kita dapat menghargai orang lain karena memang semua orang harus dihargai, bukan karena minoritas atau mayoritas, bukan karena orang itu ada di level yang sama dengan kita, bukan karena orang itu kaya atau miskin, bukan karena dia seagama dengan kita atau tidak. 

Tetapi karena semua orang punya hak hidup yang sama dengan kita sendiri. Kita semua bersaudara! Kita hidup dibawah langit yang sama meskipun berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun