Lantas bagaimana dengan kelompok minoritas berdasarkan ethnic. Banyak ethnic yang bukan asli dari tanah Indonesia di negara kita. Ada India, Arab, Tionghoa, orang Eropa atau Amerika yang menjadi WNI juga ada. Tapi mengapa ketika orang menyebut minoritas itu identik dengan WNI Tionghoa? Entahlah, mungkin ada alasannya. Â
Tetapi terlepas dari itu semua, memangnya ada yang memilih terlahir dari orang tua Batak/Sunda/Padang/Arab/Tionghoa/India, dsb? Memangnya sebelum lahiran si bayi punya pilihan itu atau orang tuanya milih supaya anaknya yang lahir itu si Ucok, si Eneng, si Acong, atau si Jhon? Entahlah...tapi rasanya pilihan itu tidak ada.
Lantas apakah masih relevan kalau masalah minoritas dan mayoritas dikaitkan dengan agama dan ethnic? Rasanya tidak.
Baca juga : Minoritas: Ateis di Indonesia
Mau jumlahnya minoritas kek mau mayoritas kek, hak hidupnya sama saja. Tidak bisa dipaksa orang Batak jadi orang Sunda, orang Sunda jadi orang Jawa, dst. Bukan cuma tidak bisa dipaksa, tetapi memang kodratnya sudah seperti itu, sesuatu yang tidak bisa diubah.Â
Sama dengan keyakinan agama, memangnya kalau minoritas hak kewarganegaraannya berkurang gitu? Hak hidupnya dibatasi kelompok mayoritas gitu?Â
Mungkin benar makin banyak anggota kelompok makin kuat kelompok itu, tetapi rasanya itu tidak bisa diterapkan dalam hal agama dan ethnic. Hargailah perbedaan keyakinan dan akuilah kalau ada orang-orang yang berbeda dengan kita.Â
Jangan mengkait-kaitkan masalah minoritas dan mayoritas dengan agama dan ethnic/suku bangsa. Kalau dalam satu kelompok yang 'sama' ada yang berbeda tentang sesuatu hal, apakah orang itu akan ditendang keluar dari kelompok itu?Â
Mungkin saja, kalau pemimpinnya diktator. Pemimpin yang bijaksana akan menghormati perbedaan yang timbul sementara atau memang dari awalnya memang sudah beda.Â
Baca juga : Memeluk Agama Mayoritas Itu Sama Susahnya dengan Memeluk Agama Minoritas
Semoga kita dapat menghargai orang lain karena memang semua orang harus dihargai, bukan karena minoritas atau mayoritas, bukan karena orang itu ada di level yang sama dengan kita, bukan karena orang itu kaya atau miskin, bukan karena dia seagama dengan kita atau tidak.Â