Mohon tunggu...
Syinchan Journal
Syinchan Journal Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang Pemikir bebas yang punya kendali atas pikirannya

Begitu kau memahami kekuatan kata katamu, kamu tidak akan mengatakan apapun begitu saja. Begitu kau memahami kekuatan pikiranmu, kamu tidak akan memikirkan apapun begitu saja. Ketahuilah Nilaimu

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

2025: Dampak Penurunan Pernikahan pada Generasi Muda Indonesia

8 November 2024   01:05 Diperbarui: 8 November 2024   01:07 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
figure on wedding cake (freepik.com/freepic.diller)

"Marriage is not about age; it's about finding the right person." -- Sophia Bush
"Pernikahan bukan tentang usia; ini tentang menemukan orang yang tepat." -- Sophia Bush 

Tren penurunan angka pernikahan telah terjadi di berbagai belahan dunia selama beberapa dekade terakhir. Diprediksi, pada tahun 2025, angka pernikahan akan terus menyusut, termasuk di Indonesia, dan membawa berbagai dampak pada aspek sosial, ekonomi, hingga kesehatan mental.

Tren Penurunan Angka Pernikahan di Dunia dan Indonesia

Dalam dua dekade terakhir, angka pernikahan di banyak negara mengalami penurunan. Misalnya, di Amerika Serikat, laporan dari CDC menunjukkan angka pernikahan menurun dari 8,2 per 1.000 orang pada tahun 2000 menjadi 6,1 per 1.000 orang pada tahun 2020. Di Eropa, seperti Swedia dan Denmark, banyak pasangan memilih hidup bersama tanpa pernikahan resmi. Fenomena ini mulai terlihat juga di Indonesia, di mana generasi muda semakin mempertimbangkan alternatif lain seperti hubungan tanpa pernikahan atau hidup secara mandiri.

Perubahan Pandangan Terhadap Hubungan

Banyak anak muda Indonesia mulai mempertanyakan relevansi pernikahan sebagai tujuan hidup. Dengan akses informasi yang lebih luas, generasi milenial dan Gen Z semakin terbuka terhadap berbagai perspektif dan gaya hidup. Dalam konteks global, survei dari Pew Research Center pada tahun 2020 menemukan bahwa sekitar 50% orang dewasa di AS tidak menganggap pernikahan sebagai syarat utama untuk memiliki hubungan yang bahagia. Tren ini bisa jadi cerminan dari generasi muda Indonesia, yang mungkin lebih tertarik pada hubungan yang fleksibel atau memilih hidup mandiri.

Dampak Ekonomi, Sosial, Kesehatan Mental, dan Tantangan Demografis dari Menyusutnya Angka Pernikahan

1. Dampak Ekonomi dan Sosial

  • Ekonomi: Dalam budaya Indonesia, pernikahan sering dianggap sebagai fondasi keuangan keluarga yang stabil. Pernikahan menyediakan dukungan sosial dan ekonomi bagi pasangan dan keluarga besar, terutama di sektor-sektor terkait seperti industri pernikahan, properti, dan konsumsi rumah tangga. Berdasarkan data dari The Wedding Report, penurunan angka pernikahan di AS pada 2019 menyebabkan industri pernikahan kehilangan nilai hingga $76 miliar. Jika tren ini juga terjadi di Indonesia, sektor-sektor terkait dapat mengalami penurunan permintaan, yang akan berdampak pada ekonomi secara keseluruhan.

  • Sosial: Dalam konteks sosial, pernikahan sering menjadi dasar hubungan antar keluarga dan komunitas, terutama di masyarakat dengan budaya kekeluargaan yang kuat. Menurunnya angka pernikahan dapat menyebabkan generasi muda Indonesia merasa lebih terisolasi dan kesulitan membangun jaringan sosial yang kuat, karena hilangnya keterikatan komunitas yang sering terjalin melalui ikatan pernikahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun