Mohon tunggu...
Syinchan Journal
Syinchan Journal Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang Pemikir bebas yang punya kendali atas pikirannya

Begitu kau memahami kekuatan kata katamu, kamu tidak akan mengatakan apapun begitu saja. Begitu kau memahami kekuatan pikiranmu, kamu tidak akan memikirkan apapun begitu saja. Ketahuilah Nilaimu

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Isu Lingkungan di Pilkada: Komitmen Nyata atau Retorika Semata?

26 Oktober 2024   01:05 Diperbarui: 26 Oktober 2024   01:11 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) selalu menjadi momen yang dinanti-nanti oleh masyarakat. Di tengah hiruk-pikuk kampanye, satu isu yang semakin sering diangkat adalah lingkungan hidup. Dari janji-janji untuk mengurangi polusi, menjaga hutan, hingga mengelola sampah, para calon kepala daerah berlomba-lomba mempresentasikan diri mereka sebagai pejuang lingkungan. Namun, pertanyaan yang muncul adalah: apakah komitmen mereka terhadap isu lingkungan ini benar-benar tulus, atau sekadar retorika untuk meraih suara?

Fenomena Lingkungan dalam Politik

Isu lingkungan bukanlah hal baru dalam dunia politik. Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan, para calon mulai menyadari bahwa mereka perlu memasukkan isu ini ke dalam agenda kampanye mereka. Menurut survei yang dilakukan oleh Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada tahun 2020, sekitar 70% pemilih menyatakan bahwa mereka mempertimbangkan komitmen calon terhadap isu lingkungan saat menentukan pilihan. Hal ini menunjukkan bahwa isu lingkungan kini menjadi salah satu faktor kunci dalam menarik perhatian pemilih.

Namun, meskipun banyak calon yang menjanjikan program-program ramah lingkungan, kita perlu melihat lebih dalam lagi. Apakah mereka benar-benar memahami isu ini, atau hanya sekadar menggunakannya sebagai alat untuk menarik simpati?

Analisis Janji Kampanye

Mari kita lihat beberapa janji kampanye yang sering muncul. Misalnya, banyak calon yang berjanji untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia adalah negara kedua terbesar penghasil sampah plastik di laut setelah China. Ini menunjukkan perlunya tindakan nyata, bukan sekadar janji.

Di sisi lain, banyak calon juga berjanji untuk menanam pohon dan menjaga ruang terbuka hijau. Namun, kita perlu bertanya, apakah mereka memiliki data yang mendukung rencana tersebut? Berdasarkan laporan dari World Resources Institute (WRI), Indonesia kehilangan sekitar 1,1 juta hektar hutan setiap tahunnya. Tanpa pemahaman yang mendalam, janji-janji ini bisa jadi hanya sebatas retorika.

Statistik dan Realitas di Lapangan

Melihat statistik, kita bisa menemukan fakta menarik. Menurut laporan dari KLHK, tingkat deforestasi di Indonesia masih tinggi, dengan angka mencapai 1,08 juta hektar pada tahun 2020. Meskipun banyak calon yang menjanjikan perlindungan hutan, realitas di lapangan masih jauh dari harapan.

Di sisi lain, ada juga contoh positif dari calon yang benar-benar berkomitmen pada isu lingkungan. Beberapa kepala daerah yang terpilih berhasil melaksanakan program-program berkelanjutan yang berdampak positif bagi lingkungan dan masyarakat. Misalnya, program pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang berhasil mengurangi volume sampah di beberapa daerah, seperti di Kota Surabaya yang menerapkan sistem bank sampah. Ini menunjukkan bahwa komitmen nyata bisa terwujud jika ada kesungguhan dan dukungan dari semua pihak.

Membangun Kesadaran Masyarakat

Satu hal yang perlu kita ingat adalah bahwa sebagai pemilih, kita juga memiliki peran penting dalam memastikan bahwa isu lingkungan tidak hanya menjadi retorika. Kesadaran masyarakat yang tinggi akan isu lingkungan dapat mendorong calon untuk lebih serius dalam mengimplementasikan janji-janji mereka. Diskusi publik, debat kandidat, dan forum-forum lingkungan dapat menjadi sarana untuk menanyakan langsung kepada calon tentang rencana mereka.

Selain itu, kita juga bisa mengedukasi diri kita sendiri tentang isu-isu lingkungan yang relevan. Dengan pengetahuan yang cukup, kita bisa lebih kritis dalam menilai janji-janji para calon. Apakah mereka memiliki rencana yang realistis dan berbasis data? Apakah mereka melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan? Pertanyaan-pertanyaan ini penting untuk memastikan bahwa kita memilih pemimpin yang benar-benar peduli pada lingkungan.

Memilih dengan Bijak

Dalam konteks pilkada, isu lingkungan adalah hal yang penting dan tidak bisa diabaikan. Namun, kita perlu lebih kritis dalam menilai komitmen para calon. Apakah mereka benar-benar berkomitmen pada solusi lingkungan, atau hanya memanfaatkan retorika untuk meraih suara? Dengan melakukan analisis yang mendalam dan mempertimbangkan data yang ada, kita bisa membuat keputusan yang lebih bijak.

Mari kita jadikan isu lingkungan sebagai salah satu pert imbangan utama dalam memilih pemimpin kita. Dengan demikian, kita tidak hanya memilih pemimpin yang baik, tetapi juga menjaga bumi kita untuk generasi mendatang. Ingat, suara kita adalah kekuatan kita. Gunakanlah dengan bijak!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun