Mohon tunggu...
Syinchan Journal
Syinchan Journal Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang Pemikir bebas yang punya kendali atas pikirannya

Begitu kau memahami kekuatan kata katamu, kamu tidak akan mengatakan apapun begitu saja. Begitu kau memahami kekuatan pikiranmu, kamu tidak akan memikirkan apapun begitu saja. Ketahuilah Nilaimu

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menguak Koneksi "Nepobaby" dan "Batasan Usia" dalam Peluang Karier Modern

16 Oktober 2024   12:48 Diperbarui: 16 Oktober 2024   12:56 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Work (usplash.com/Luca bravo)

Dunia kerja modern tak lagi semata-mata tentang keterampilan dan pengalaman; faktor lain seperti koneksi keluarga dan batasan usia kini mempengaruhi peluang seseorang untuk mendapatkan pekerjaan. Fenomena "nepobaby" dan kebijakan batasan usia semakin menjadi sorotan, terutama di kalangan pencari kerja yang merasa sulit bersaing dalam lingkungan yang tidak sepenuhnya adil. Artikel ini akan menggali lebih dalam tentang bagaimana kedua faktor ini memengaruhi pasar kerja dan kesempatan karier, khususnya di era yang semakin kompetitif dan otomatis.

Fenomena Nepobaby: Privilege atau Penghalang?

Istilah nepobaby menjadi viral sebagai sebutan untuk individu yang mendapatkan keuntungan dalam karier karena koneksi keluarga atau kedekatan dengan orang-orang berpengaruh. Istilah ini pertama kali populer di industri hiburan, namun kini merambah ke dunia profesional secara umum. Banyak orang, terutama generasi muda, melihat fenomena ini sebagai salah satu faktor penghambat dalam mencapai kesuksesan karier mereka.

Nepotisme dalam dunia kerja memang bukan hal baru. Menurut data yang dikumpulkan oleh Harvard Business Review, sekitar 22% pekerja mengaku mendapatkan pekerjaan melalui hubungan pribadi atau keluarga. Hal ini jelas menimbulkan masalah bagi para pencari kerja yang tidak memiliki jaringan serupa. Ketika koneksi mendominasi, keterampilan dan pengalaman seseorang bisa saja diabaikan, dan hal ini menciptakan ketidakadilan struktural di pasar kerja.

Batasan Usia: Diskriminasi Tersembunyi?

Selain nepobaby, ada pula kebijakan batasan usia yang diterapkan oleh beberapa perusahaan. Meskipun diskriminasi usia secara terang-terangan dilarang di banyak negara, praktik terselubung ini masih sering terjadi, terutama di sektor yang membutuhkan tenaga kerja muda dan dinamis. Batasan usia ini sering kali diterapkan secara informal dan memengaruhi pelamar di kedua ujung spektrum usia---baik yang terlalu muda maupun yang dianggap "terlalu tua".

Di Indonesia, fenomena batasan usia sudah menjadi rahasia umum. Banyak lowongan pekerjaan secara eksplisit menyebutkan batas usia maksimum, biasanya 30 atau 35 tahun. Hal ini menimbulkan dilema bagi mereka yang berusia di atas 40 tahun, meskipun memiliki pengalaman yang luas. Sebaliknya, pekerja muda seringkali diremehkan atau bahkan ditolak karena dianggap kurang memiliki pengalaman hidup.

Dampak pada Gen-Z dan Milenial

Generasi muda, khususnya Gen-Z dan Milenial, merasakan dampak terbesar dari kedua fenomena ini. Mereka adalah generasi yang dihadapkan pada realitas dunia kerja yang sangat kompetitif, dengan sedikit ruang untuk kesalahan. Di satu sisi, mereka harus bersaing dengan sesama generasi muda yang juga memiliki keterampilan tinggi. Di sisi lain, mereka dihadapkan pada kenyataan bahwa tanpa "koneksi," peluang mereka mungkin lebih kecil dibandingkan mereka yang memiliki latar belakang keluarga berpengaruh.

Sebuah studi dari Economic Policy Institute menunjukkan bahwa pekerja muda (di bawah 35 tahun) menghadapi pengangguran yang lebih tinggi dibandingkan kelompok usia lain, dengan faktor nepotisme sering kali menjadi salah satu penyebab. Selain itu, survei di LinkedIn menemukan bahwa sekitar 35% pekerja muda merasa terhalang oleh batasan usia ketika melamar pekerjaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun