Di tengah kehidupan yang semakin cepat dan penuh tekanan, Gen-Z dan Milenial sering kali merasa terjebak dalam rutinitas yang menuntut. Dari tuntutan akademis hingga ekspektasi sosial, tidak jarang kita mencari cara untuk meredakan stres. Salah satu solusi yang banyak dipilih adalah berbelanja. Namun, benarkah belanja bisa menjadi solusi, atau justru akan berujung pada kebiasaan berbahaya yang dikenal sebagai "doom spending"?
Apa Itu Doom Spending?
Doom spending merujuk pada kebiasaan belanja impulsif yang dilakukan sebagai respons terhadap stres, kecemasan, atau tekanan emosional. Perilaku ini kerap kali dilakukan dengan harapan bahwa membeli barang baru dapat memberikan kebahagiaan atau pelarian dari masalah yang dihadapi. Namun, ironisnya, kebahagiaan yang diperoleh dari belanja sering kali bersifat sementara. Ketika efek dari pembelian itu menghilang, kita mungkin justru merasa lebih tertekan karena beban finansial yang dihasilkan.
Menurut sebuah penelitian oleh The American Psychological Association, sekitar 72% dari Gen-Z mengaku mengalami kecemasan yang berkaitan dengan keuangan dan masa depan. Ini adalah angka yang signifikan, mengingat banyak dari mereka masih dalam tahap awal karier atau pendidikan. Sebagai respons, banyak yang mencari kenyamanan dalam berbelanja, yang sering kali berujung pada doom spending.
Mengapa Doom Spending Menjadi Masalah?
1. Dampak Terhadap Kesehatan Mental: Doom spending tidak hanya berdampak pada keuangan, tetapi juga pada kesehatan mental kita. Belanja impulsif dapat menyebabkan perasaan penyesalan dan frustrasi, yang pada gilirannya memperburuk kondisi mental kita. Banyak yang terjebak dalam siklus ini, di mana mereka berbelanja untuk merasa lebih baik, tetapi kemudian merasa lebih buruk setelahnya.
2. Krisis Identitas: Generasi muda sering kali merasa tekanan untuk menunjukkan citra yang ideal di media sosial. Hal ini dapat menciptakan perasaan kurang berharga jika tidak dapat memenuhi standar tersebut. Belanja menjadi salah satu cara untuk menutupi perasaan ini, tetapi dalam jangka panjang, hal tersebut dapat memperburuk masalah identitas dan harga diri.
3. Masalah Finansial: Ketika pengeluaran melampaui pemasukan, konsekuensi finansial akan muncul. Banyak Gen-Z dan Milenial yang terjebak dalam utang akibat kebiasaan belanja impulsif. Menurut data dari Bankrate, sekitar 61% orang dewasa muda mengatakan bahwa mereka memiliki utang akibat belanja berlebihan.
Statistik Mengenai Doom Spending
- Sebuah studi oleh Credit Karma menemukan bahwa 30% Gen-Z berbelanja untuk mengatasi stres.
- Dalam survei yang dilakukan oleh Finder, 54% responden muda mengatakan bahwa mereka sering membeli barang-barang yang tidak mereka butuhkan.
- Data dari PayPal menunjukkan bahwa 43% Gen-Z menghabiskan lebih banyak uang untuk belanja online dibandingkan sebelum pandemi.
Cara Mengatasi Doom Spending
Sekarang kita tahu bahwa doom spending adalah masalah yang serius di kalangan Gen-Z dan Milenial, pertanyaannya adalah: apa yang bisa kita lakukan untuk menghindarinya?
1. Mengenali Pemicu Emosional: Langkah pertama untuk menghindari doom spending adalah memahami apa yang mendorong kita untuk berbelanja. Apakah itu stres dari pekerjaan, tekanan sosial, atau perasaan kesepian? Dengan mengenali pemicu ini, kita bisa mencari cara alternatif untuk mengatasi perasaan tersebut.
2. Menciptakan Anggaran Belanja: Salah satu cara paling efektif untuk menghindari doom spending adalah dengan membuat anggaran. Tentukan batas pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari dan hiburan. Dengan begitu, kita bisa lebih sadar tentang berapa banyak uang yang kita belanjakan dan untuk apa.
3. Menemukan Aktivitas Alternatif: Alih-alih berbelanja untuk meredakan stres, cobalah menemukan kegiatan yang lebih sehat. Olahraga, berkumpul dengan teman, atau bahkan mengeksplorasi hobi baru bisa menjadi alternatif yang lebih baik untuk mengatasi perasaan tersebut.
4. Berinvestasi dalam Pengalaman: Menghabiskan uang untuk pengalaman, seperti traveling atau kursus, bisa memberikan kebahagiaan yang lebih tahan lama dibandingkan dengan barang. Pengalaman tersebut tidak hanya memberikan kenangan yang berharga, tetapi juga bisa meningkatkan kualitas hidup kita.
5. Berkreasi di Media Sosial: Alih-alih mengikuti tren belanja di media sosial, gunakan platform tersebut untuk berbagi pengalaman positif atau tips kesehatan mental. Membangun komunitas yang saling mendukung bisa menjadi langkah positif untuk mengatasi tekanan sosial yang ada.
Doom spending adalah sebuah fenomena yang perlu diperhatikan, terutama di kalangan Gen-Z dan Milenial. Dengan tekanan sosial, stres keuangan, dan tuntutan kehidupan sehari-hari, tidak heran jika banyak yang terjebak dalam pola ini. Namun, dengan mengenali pemicu, menciptakan anggaran, dan mencari alternatif untuk mengatasi stres, kita bisa menghindari jebakan ini.
Saatnya kita menjadi generasi yang lebih bijak dalam pengeluaran dan lebih sadar akan dampak dari perilaku konsumtif kita. Jangan sampai kita terjebak dalam siklus doom spending yang hanya akan memperburuk kesehatan mental dan finansial kita. Mari bersama-sama menemukan cara yang lebih sehat dan produktif untuk menghadapi tantangan hidup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H