Mohon tunggu...
Syinchan Journal
Syinchan Journal Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang Pemikir bebas yang punya kendali atas pikirannya

Begitu kau memahami kekuatan kata katamu, kamu tidak akan mengatakan apapun begitu saja. Begitu kau memahami kekuatan pikiranmu, kamu tidak akan memikirkan apapun begitu saja. Ketahuilah Nilaimu

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Doom Spending: Pelarian Gen-Z dan Milenial yang Bisa Menjadi Masalah Serius!

16 Oktober 2024   07:46 Diperbarui: 16 Oktober 2024   07:48 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tengah kehidupan yang semakin cepat dan penuh tekanan, Gen-Z dan Milenial sering kali merasa terjebak dalam rutinitas yang menuntut. Dari tuntutan akademis hingga ekspektasi sosial, tidak jarang kita mencari cara untuk meredakan stres. Salah satu solusi yang banyak dipilih adalah berbelanja. Namun, benarkah belanja bisa menjadi solusi, atau justru akan berujung pada kebiasaan berbahaya yang dikenal sebagai "doom spending"?

Apa Itu Doom Spending?

Doom spending merujuk pada kebiasaan belanja impulsif yang dilakukan sebagai respons terhadap stres, kecemasan, atau tekanan emosional. Perilaku ini kerap kali dilakukan dengan harapan bahwa membeli barang baru dapat memberikan kebahagiaan atau pelarian dari masalah yang dihadapi. Namun, ironisnya, kebahagiaan yang diperoleh dari belanja sering kali bersifat sementara. Ketika efek dari pembelian itu menghilang, kita mungkin justru merasa lebih tertekan karena beban finansial yang dihasilkan.

Menurut sebuah penelitian oleh The American Psychological Association, sekitar 72% dari Gen-Z mengaku mengalami kecemasan yang berkaitan dengan keuangan dan masa depan. Ini adalah angka yang signifikan, mengingat banyak dari mereka masih dalam tahap awal karier atau pendidikan. Sebagai respons, banyak yang mencari kenyamanan dalam berbelanja, yang sering kali berujung pada doom spending.

Mengapa Doom Spending Menjadi Masalah?

1. Dampak Terhadap Kesehatan Mental: Doom spending tidak hanya berdampak pada keuangan, tetapi juga pada kesehatan mental kita. Belanja impulsif dapat menyebabkan perasaan penyesalan dan frustrasi, yang pada gilirannya memperburuk kondisi mental kita. Banyak yang terjebak dalam siklus ini, di mana mereka berbelanja untuk merasa lebih baik, tetapi kemudian merasa lebih buruk setelahnya.

2. Krisis Identitas: Generasi muda sering kali merasa tekanan untuk menunjukkan citra yang ideal di media sosial. Hal ini dapat menciptakan perasaan kurang berharga jika tidak dapat memenuhi standar tersebut. Belanja menjadi salah satu cara untuk menutupi perasaan ini, tetapi dalam jangka panjang, hal tersebut dapat memperburuk masalah identitas dan harga diri.

3. Masalah Finansial: Ketika pengeluaran melampaui pemasukan, konsekuensi finansial akan muncul. Banyak Gen-Z dan Milenial yang terjebak dalam utang akibat kebiasaan belanja impulsif. Menurut data dari Bankrate, sekitar 61% orang dewasa muda mengatakan bahwa mereka memiliki utang akibat belanja berlebihan.

Statistik Mengenai Doom Spending

  • Sebuah studi oleh Credit Karma menemukan bahwa 30% Gen-Z berbelanja untuk mengatasi stres.
  • Dalam survei yang dilakukan oleh Finder, 54% responden muda mengatakan bahwa mereka sering membeli barang-barang yang tidak mereka butuhkan.
  • Data dari PayPal menunjukkan bahwa 43% Gen-Z menghabiskan lebih banyak uang untuk belanja online dibandingkan sebelum pandemi.

Cara Mengatasi Doom Spending

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun