Mohon tunggu...
Syinchan Journal
Syinchan Journal Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang Pemikir bebas yang punya kendali atas pikirannya

Begitu kau memahami kekuatan kata katamu, kamu tidak akan mengatakan apapun begitu saja. Begitu kau memahami kekuatan pikiranmu, kamu tidak akan memikirkan apapun begitu saja. Ketahuilah Nilaimu

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

AI dan Dunia Kerja: Antara Kesempatan dan Tantangan bagi Gen-Z

15 Oktober 2024   21:08 Diperbarui: 15 Oktober 2024   21:14 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ai dan Dunia Kerja (genevafi.com)

Di era digital ini, kecerdasan buatan (AI) dan otomatisasi telah mengubah banyak aspek kehidupan kita, termasuk dunia kerja. Semakin banyak perusahaan yang memanfaatkan teknologi canggih untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya operasional. Namun, bagi banyak pencari kerja, terutama Gen-Z dan Milenial, fenomena ini menimbulkan kekhawatiran: apakah otomatisasi membuat sulit mendapatkan pekerjaan? Pertanyaan ini semakin relevan, terutama bagi mereka yang belum memasuki dunia kerja atau yang sedang mencoba beradaptasi dengan pasar kerja yang terus berubah.

Peran AI di Dunia Kerja

AI telah digunakan dalam berbagai sektor, mulai dari manufaktur, transportasi, layanan kesehatan, hingga sektor jasa. Contoh paling nyata adalah bagaimana AI digunakan untuk menggantikan tugas-tugas rutin yang biasanya dilakukan oleh manusia. Di pabrik, robot menggantikan pekerja manusia untuk melakukan pekerjaan fisik yang monoton. Di sektor layanan pelanggan, chatbot dan sistem AI membantu menjawab pertanyaan klien tanpa perlu interaksi manusia.

Bagi perusahaan, teknologi ini jelas memberikan banyak manfaat. Dengan AI, pekerjaan bisa dilakukan lebih cepat, lebih akurat, dan lebih murah. Namun, bagi pekerja manusia, terutama mereka yang bekerja di sektor yang rawan otomatisasi, hal ini bisa menjadi ancaman besar. Banyak pekerjaan yang dulunya diisi oleh manusia kini semakin berkurang karena teknologi bisa melakukannya dengan lebih efisien.

Di sisi lain, AI juga menciptakan peluang baru di bidang teknologi. Banyak perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja yang memiliki keterampilan di bidang pemrograman, analisis data, dan pengembangan teknologi. Namun, apakah semua orang bisa beradaptasi dengan kebutuhan baru ini? Di sinilah masalahnya. Sementara beberapa pekerjaan hilang, tidak semua orang memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk beralih ke sektor teknologi.


Kecemasan Ekonomi dan Doom Spending

Bagi kamu yang sedang atau akan memasuki dunia kerja, tantangan terbesar adalah bagaimana beradaptasi dengan perubahan ini. Jika dulu pekerjaan yang bersifat manual atau administratif banyak tersedia, sekarang kamu harus bersaing di pasar kerja yang lebih menuntut keterampilan teknis dan digital. Di sinilah kecemasan mulai muncul, yang sering kali berujung pada perilaku doom spending.

Ketidakpastian dalam mencari pekerjaan dapat memicu perasaan stres dan kecemasan, dan banyak dari kita yang mencari pelarian dalam bentuk belanja impulsif. Doom spending terjadi ketika kita berbelanja sebagai cara untuk mengatasi stres dan mengalihkan perhatian dari masalah yang lebih besar. Dalam konteks ini, AI juga berperan. Platform e-commerce dan media sosial menggunakan algoritma untuk menampilkan iklan yang menarik, memicu kita untuk berbelanja lebih banyak saat kita merasa tidak berdaya.

Otomatisasi dan AI (instagram.com/syinchan.id)
Otomatisasi dan AI (instagram.com/syinchan.id)

Tantangan Otomatisasi: Mencari Kerja di Era AI

Doom spending kerap terjadi karena perasaan cemas atau stres. Alih-alih menghadapi masalah yang ada, kita mencari jalan keluar yang instan---belanja. Dan AI, tanpa disadari, menjadi alat yang semakin memperkuat pola perilaku ini. Tanpa kontrol yang baik, doom spending bisa menjadi kebiasaan yang merugikan, terutama bagi Gen-Z dan Milenial yang sedang mencoba menata kehidupan finansial mereka di tengah dunia yang semakin kompleks.

Namun, bukan berarti semua pekerjaan akan hilang. Banyak pekerjaan baru yang muncul sebagai akibat dari perkembangan teknologi. Misalnya, pekerjaan di bidang pengembangan AI, manajemen data, atau keamanan siber semakin meningkat kebutuhannya. Selain itu, keterampilan yang melibatkan kreativitas, komunikasi interpersonal, dan kepemimpinan masih sangat diperlukan karena AI sulit menggantikan aspek-aspek ini.

Bagaimana Gen-Z dan Milenial Bisa Bertahan dan Menghindari Doom Spending?

Di tengah perubahan besar ini, apa yang bisa kamu lakukan untuk tetap bertahan dan berkembang di dunia kerja yang semakin didominasi oleh AI? Berikut beberapa langkah yang bisa diambil:

1. Kembangkan Keterampilan Teknologi: Memahami dasar-dasar teknologi seperti analisis data dan pemrograman dasar akan sangat membantu. Ada banyak kursus online gratis atau berbayar yang bisa kamu ikuti untuk mempersiapkan diri.

2. Fokus pada Soft Skills: AI mungkin bisa menggantikan tugas teknis, tetapi kemampuan seperti kepemimpinan, kerja sama tim, dan komunikasi efektif masih sangat dibutuhkan. Jangan hanya fokus pada keterampilan teknis, tetapi juga asah soft skills-mu.

3. Manfaatkan Teknologi untuk Mengelola Keuangan: Gunakan aplikasi keuangan untuk memantau pengeluaran dan anggaranmu. Dengan begitu, kamu bisa mencegah doom spending yang dipicu oleh impuls atau stres.

4. Tunda Pembelian: Jika kamu tertarik pada sebuah barang setelah melihat iklan, coba tunda pembelian selama 24 hingga 48 jam. Ini akan memberimu waktu untuk berpikir rasional dan menentukan apakah kamu benar-benar butuh barang itu atau tidak.

5. Cari Pekerjaan di Sektor yang Tahan Otomasi: Beberapa sektor pekerjaan lebih tahan terhadap otomatisasi daripada yang lain. Misalnya, pekerjaan di bidang seni, pendidikan, atau kesehatan masih membutuhkan interaksi manusia yang tidak mudah digantikan oleh mesin.

6. Jadilah Kreatif: Otomasi mungkin bisa mengambil alih pekerjaan rutin, tetapi pekerjaan yang membutuhkan kreativitas tetap akan menjadi milik manusia. Temukan cara untuk menambahkan nilai kreatif dalam pekerjaanmu.

AI: Ancaman atau Peluang?

Pertanyaan besar yang sering muncul adalah apakah AI dan otomatisasi adalah ancaman atau peluang bagi pekerja muda. Jawabannya tergantung pada cara kita memandang dan memanfaatkannya. Bagi mereka yang enggan beradaptasi, otomatisasi memang bisa menjadi ancaman. Namun, bagi mereka yang proaktif dan siap beradaptasi, AI justru bisa menjadi peluang.

Pada akhirnya, yang paling penting adalah bagaimana kamu bisa tetap relevan dan terus mengembangkan diri. Dunia kerja yang didominasi AI memang penuh tantangan, tetapi juga penuh peluang jika kita bisa memanfaatkannya dengan baik.

Kesimpulan

AI dan otomatisasi memang membawa perubahan besar di dunia kerja, dan bagi Gen-Z dan Milenial, tantangan ini harus dihadapi dengan kesiapan dan keterampilan yang tepat. Jangan hanya bergantung pada keterampilan yang sudah ada, tetapi teruslah belajar dan mengembangkan kemampuan baru yang relevan dengan perkembangan zaman.

Meskipun otomatisasi membuat beberapa pekerjaan semakin sulit didapat, teknologi ini juga membuka pintu bagi profesi baru yang tidak pernah ada sebelumnya. Dengan sikap yang adaptif, kamu bisa melihat AI sebagai peluang, bukan ancaman. Jadi, apakah kamu siap menghadapi dunia kerja yang semakin otomatis?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun