Namun, apakah semua orang bisa beradaptasi dengan kebutuhan baru ini? Di sinilah masalahnya. Sementara beberapa pekerjaan hilang, tidak semua orang memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk beralih ke sektor teknologi.
Kecemasan Ekonomi dan Doom Spending
Bagi kamu yang sedang atau akan memasuki dunia kerja, tantangan terbesar adalah bagaimana beradaptasi dengan perubahan ini.Â
Jika dulu pekerjaan yang bersifat manual atau administratif banyak tersedia, sekarang kamu harus bersaing di pasar kerja yang lebih menuntut keterampilan teknis dan digital. Di sinilah kecemasan mulai muncul, yang sering kali berujung pada perilaku doom spending.
Ketidakpastian dalam mencari pekerjaan dapat memicu perasaan stres dan kecemasan, dan banyak dari kita yang mencari pelarian dalam bentuk belanja impulsif.Â
Doom spending terjadi ketika kita berbelanja sebagai cara untuk mengatasi stres dan mengalihkan perhatian dari masalah yang lebih besar.Â
Dalam konteks ini, AI juga berperan. Platform e-commerce dan media sosial menggunakan algoritma untuk menampilkan iklan yang menarik, memicu kita untuk berbelanja lebih banyak saat kita merasa tidak berdaya.
Tantangan Otomatisasi: Mencari Kerja di Era AI
Doom spending kerap terjadi karena perasaan cemas atau stres. Alih-alih menghadapi masalah yang ada, kita mencari jalan keluar yang instan---belanja.Â
Dan AI, tanpa disadari, menjadi alat yang semakin memperkuat pola perilaku ini. Tanpa kontrol yang baik, doom spending bisa menjadi kebiasaan yang merugikan, terutama bagi Gen-Z dan Milenial yang sedang mencoba menata kehidupan finansial mereka di tengah dunia yang semakin kompleks.