Mohon tunggu...
Syinchan Journal
Syinchan Journal Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang Pemikir bebas yang punya kendali atas pikirannya

Begitu kau memahami kekuatan kata katamu, kamu tidak akan mengatakan apapun begitu saja. Begitu kau memahami kekuatan pikiranmu, kamu tidak akan memikirkan apapun begitu saja. Ketahuilah Nilaimu

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Tagar #Desparate dan Konsep Purple Cow: Strategi Pencarian Kerja di LinkedIn

15 Oktober 2024   16:00 Diperbarui: 15 Oktober 2024   16:01 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fenomena #Desparate di Linkedin (Instagram.com/talenthub.ind)

 Dalam dunia kerja yang semakin kompetitif, generasi milenial dan Gen Z menemukan cara-cara kreatif untuk menarik perhatian perekrut. Salah satu tren terbaru yang ramai diperbincangkan adalah penggunaan banner dengan tagar #Desperate di LinkedIn. Fenomena ini menggambarkan pergeseran cara anak muda mengekspresikan keputusasaan mereka dalam mencari pekerjaan, mengabaikan pendekatan tradisional seperti #OpenToWork dan memilih cara yang lebih berani dan jujur. Namun, pertanyaannya adalah, apakah strategi ini benar-benar efektif? Atau malah beresiko menurunkan citra diri di mata perekrut?


Sulitnya Mendapat Pekerjaan, Realita yang Makin Nyata

Tidak bisa dipungkiri bahwa mencari pekerjaan di era digital ini menjadi tantangan besar. Teknologi yang semakin maju, otomatisasi pekerjaan, dan ketatnya persaingan membuat banyak pencari kerja, terutama lulusan baru, merasa terjebak dalam siklus pencarian tanpa akhir. Pandemi COVID-19 juga memperparah situasi ini, dengan banyak perusahaan yang membatasi perekrutan dan lebih memilih kandidat yang memiliki pengalaman kerja yang solid.

Fenomena tagar #Desperate ini seolah mencerminkan rasa frustrasi yang dirasakan oleh banyak pencari kerja saat ini. Mereka merasa bahwa cara konvensional untuk mendapatkan pekerjaan, seperti melamar melalui situs pencari kerja atau menggunakan fitur #OpenToWork di LinkedIn, belum membuahkan hasil. Keputusasaan ini akhirnya diekspresikan melalui tagar #Desperate---sebuah pernyataan yang lugas dan jujur.

Tagar #Desperate: Apakah Ini Tepat?

Bagi sebagian orang, penggunaan tagar #Desperate dianggap sebagai langkah ekstrem yang bisa beresiko merusak personal branding di LinkedIn, platform yang dikenal sangat profesional. Seth Godin, seorang ahli marketing terkenal, menyebut fenomena ini sebagai "Purple Cow," merujuk pada sesuatu yang sangat berbeda dan menonjol dibandingkan dengan yang lain. Menggunakan tagar #Desperate bisa diibaratkan sebagai menjadi sapi ungu di antara sapi-sapi biasa---ia menarik perhatian karena berbeda. Namun, berbeda tidak selalu berarti lebih baik.

Beberapa perusahaan mungkin melihat penggunaan tagar ini sebagai tanda ketulusan, sebuah cara untuk menunjukkan bahwa pencari kerja ini benar-benar membutuhkan pekerjaan dan siap bekerja kapan saja. Namun, di sisi lain, langkah ini bisa membuat pencari kerja terkesan kurang percaya diri atau bahkan terlalu putus asa, yang bukan citra yang ideal di mata banyak perekrut.

Alih-alih, strategi ini bisa memberikan dampak yang beragam tergantung pada sudut pandang perekrut. Ada perusahaan yang mungkin tertarik dengan kejujuran dan keberanian ini, tetapi ada juga yang menganggapnya sebagai sinyal bahwa kandidat tersebut tidak memiliki nilai jual yang kuat. Jadi, sebelum memutuskan untuk memasang tagar #Desperate, penting untuk mempertimbangkan risiko dan konsekuensinya.

Fenomena #Desparate di Linkedin (Instagram.com/talenthub.ind)
Fenomena #Desparate di Linkedin (Instagram.com/talenthub.ind)

Solusi Lain: Menjadi "Purple Cow" dengan Cara Lain

Jika kamu merasa bahwa penggunaan tagar #Desperate terlalu beresiko, ada beberapa cara lain untuk menonjol di antara pencari kerja tanpa harus mengambil langkah ekstrem. Menjadi unik atau berbeda tidak harus dengan menunjukkan keputusasaan, tetapi bisa melalui cara-cara berikut:

1. Perbarui Profil LinkedIn Secara Berkala
Pastikan profil kamu selalu up-to-date dengan keahlian, pengalaman, dan pencapaian terbaru. Foto profil yang profesional, headline yang kuat, serta ringkasan diri yang menggambarkan nilai dan visi kamu bisa menjadi magnet bagi perekrut.

2. Gunakan Fitur #OpenToWork
Alih-alih menggunakan tagar #Desperate, fitur ini jauh lebih profesional dan tetap memberikan sinyal kepada perekrut bahwa kamu sedang mencari pekerjaan. Jangan lupa untuk melengkapinya dengan portofolio yang relevan.

3. Tingkatkan Kemampuan melalui Kursus Online
Memperkuat keterampilan melalui kursus-kursus yang tersedia di berbagai platform online bisa meningkatkan daya tarikmu di mata perekrut. Keterampilan seperti digital marketing, coding, atau manajemen proyek sangat dicari di era digital ini.

4. Bangun Jaringan yang Kuat
LinkedIn bukan hanya platform untuk mencari pekerjaan, tetapi juga tempat untuk membangun jaringan profesional. Bergabunglah dalam diskusi, ikuti perusahaan atau tokoh inspiratif, dan tunjukkan partisipasi aktifmu di sana.

Menghadapi Keputusasaan dalam Mencari Kerja

Keputusasaan adalah perasaan yang manusiawi, terutama ketika kamu sudah mengirimkan banyak lamaran namun tidak mendapatkan panggilan. Namun, cara kamu menyikapi rasa putus asa ini sangat mempengaruhi perjalanan kariermu di masa depan.

Sambil menunggu pekerjaan impian, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk tetap produktif:

  • Freelancing atau Volunteering
    Sambil menunggu pekerjaan tetap, coba pertimbangkan untuk bekerja sebagai freelancer atau mengikuti kegiatan sukarela. Pengalaman ini tidak hanya menambah nilai di CV, tetapi juga memperluas jaringan profesional.

  • Membangun Portofolio Pribadi
    Jika kamu berada di industri kreatif, seperti desain atau penulisan, membangun portofolio pribadi bisa menjadi langkah yang tepat. Buat proyek-proyek kreatif yang dapat dipamerkan kepada perekrut.

  • Tetap Berlatih dan Berkembang
    Dunia kerja terus berubah, dan keterampilan yang relevan hari ini mungkin sudah ketinggalan zaman besok. Oleh karena itu, pastikan kamu selalu mengasah keterampilan yang dibutuhkan di industri yang kamu tuju.


Apa yang Dicari Perusahaan?

Saat ini, perusahaan lebih memilih karyawan yang fleksibel, kreatif, dan memiliki kemampuan untuk bekerja di bawah tekanan. Di luar keterampilan teknis, banyak perusahaan yang lebih mengutamakan soft skills, seperti kemampuan komunikasi, kerjasama tim, serta kepemimpinan. Selain itu, kemampuan berpikir kritis dan problem-solving juga sangat dihargai di era yang penuh ketidakpastian ini.

Jika kamu bisa menunjukkan kombinasi keterampilan teknis dan soft skills ini di LinkedIn, kemungkinan besar kamu akan lebih menarik di mata perekrut. Gunakan setiap kesempatan untuk menunjukkan inisiatif dan adaptabilitasmu, misalnya dengan menulis artikel atau memposting insight tentang industri yang kamu geluti.

Fenomena tagar #Desperate di LinkedIn adalah cerminan dari kondisi sulitnya mencari pekerjaan di era modern ini. Meski terlihat jujur dan apa adanya, langkah ini bisa beresiko bagi personal branding. Ada banyak cara lain untuk menarik perhatian perekrut tanpa harus menunjukkan keputusasaan. Dengan memperkuat personal branding, meningkatkan keterampilan, dan membangun jaringan, peluang kerja akan datang dengan sendirinya.

Jadi, apakah kamu berani menjadi "Purple Cow" yang menarik perhatian, atau memilih untuk memperkuat citra profesionalmu dengan cara yang lebih positif? Bagaimanapun, kuncinya adalah tetap produktif, terus belajar, dan tidak pernah berhenti berusaha.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun