Mohon tunggu...
Syinchan Journal
Syinchan Journal Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang Pemikir bebas yang punya kendali atas pikirannya

Begitu kau memahami kekuatan kata katamu, kamu tidak akan mengatakan apapun begitu saja. Begitu kau memahami kekuatan pikiranmu, kamu tidak akan memikirkan apapun begitu saja. Ketahuilah Nilaimu

Selanjutnya

Tutup

Love

Punya Teman Avoidant yang Sulit Curhat? Ini 5 Cara Buat Jaga Hubungan

15 Oktober 2024   09:03 Diperbarui: 15 Oktober 2024   09:21 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Punya teman yang selalu menghindar ketika diajak curhat? Atau mungkin dia terlihat nggak nyaman saat hubungan mulai terasa dekat? Jika iya, kemungkinan besar teman kamu memiliki gaya keterikatan avoidant. Orang dengan avoidant attachment memang cenderung menutup diri, terutama dalam hal berbagi emosi atau perasaan. Bukan berarti mereka nggak peduli atau nggak bisa berhubungan, tapi ada hal-hal mendalam yang membuat mereka susah untuk terbuka.

Nah, gimana sih sebenarnya cara menghadapi teman seperti ini? Simak tips di bawah ini supaya hubungan kamu dan temanmu tetap baik, tanpa bikin mereka merasa tertekan.

1. Jangan Paksa untuk Curhat

Hal pertama yang perlu kamu pahami adalah, memaksa mereka untuk curhat nggak akan membuat mereka merasa nyaman. Orang dengan gaya keterikatan avoidant biasanya lebih suka menyelesaikan masalah mereka sendiri dan merasa canggung jika harus berbicara tentang perasaan. Semakin kamu memaksa, semakin mereka menarik diri.

Cara terbaik? Beri mereka ruang. Ketika mereka siap, mereka akan terbuka dengan sendirinya. Kamu bisa menunjukkan bahwa kamu ada di sana untuk mereka tanpa menuntut apa-apa. Contohnya, kamu bisa bilang, "Kalau kamu butuh cerita, aku ada di sini, ya." Simpel, tapi memberi pesan bahwa mereka punya tempat aman.

2. Kenali Bahasa Tubuh Mereka

Orang dengan avoidant attachment sering lebih nyaman menunjukkan emosinya melalui tindakan daripada kata-kata. Mereka mungkin jarang bilang "aku sayang kamu" atau "aku lagi sedih," tapi perhatikan cara mereka berperilaku di sekitar kamu. Misalnya, mereka tetap menyempatkan waktu buat ketemu meski nggak sering bicara soal perasaan.

Belajarlah membaca bahasa tubuh dan tindakan mereka. Kadang, kehadiran mereka saja sudah menunjukkan bahwa mereka peduli. Jangan selalu mengukur kedekatan dari seberapa sering mereka curhat, tapi lihat bagaimana mereka tetap terlibat dalam hidup kamu.

3. Jaga Komunikasi yang Non-Invasif

Komunikasi dengan orang avoidant butuh pendekatan yang halus. Mereka cenderung merasa tertekan kalau diajak diskusi yang terlalu mendalam atau emosional. Daripada memulai percakapan dengan, "Kamu kenapa nggak pernah cerita sih?" cobalah memulai dengan topik yang lebih ringan atau lebih relevan dengan minat mereka. Ini akan membuat mereka merasa lebih nyaman dan nggak terpojok.

Cobalah juga untuk mendekati mereka dengan pertanyaan terbuka, misalnya, "Gimana harimu?" atau "Apa yang lagi bikin kamu sibuk akhir-akhir ini?" Pertanyaan seperti ini membuka ruang untuk berbicara tanpa terasa invasif.

4. Jangan Ambil Hati Kalau Mereka Menarik Diri

Salah satu ciri khas avoidant attachment adalah kecenderungan untuk menarik diri, terutama ketika situasi emosional terasa intens. Ini bukan karena mereka nggak peduli, tapi karena mereka butuh waktu untuk memproses perasaan mereka sendiri. Kalau kamu melihat temanmu tiba-tiba menjauh atau terlihat dingin, jangan langsung merasa tersinggung.

Alih-alih mengambil sikap personal, cobalah untuk memahami bahwa ini adalah cara mereka mengatasi ketidaknyamanan. Kamu bisa terus menjaga hubungan dengan tetap mengirim pesan atau sesekali mengajak bertemu, tanpa memberikan tekanan. Beri mereka ruang yang mereka butuhkan, tapi tunjukkan bahwa kamu masih ada untuk mereka.

5. Bangun Kepercayaan Perlahan-Lahan

Kepercayaan adalah fondasi penting dalam hubungan apa pun, terutama dengan orang avoidant. Mereka sering merasa cemas bahwa hubungan yang terlalu dekat akan membuat mereka kehilangan kebebasan atau kontrol atas diri mereka sendiri. Oleh karena itu, kamu perlu membangun kepercayaan secara perlahan.

Caranya? Konsistenlah dalam menjadi teman yang bisa diandalkan. Tunjukkan bahwa kamu menghargai batasan mereka dan nggak akan memaksa mereka untuk terbuka lebih dari yang mereka nyaman. Seiring waktu, mereka akan merasa lebih aman untuk membuka diri, meskipun mungkin butuh waktu lama.

6. Tetap Realistis dengan Ekspektasi

Yang terakhir, kamu harus tetap realistis dalam menghadapi hubungan dengan teman yang avoidant. Bukan berarti mereka nggak bisa dekat dengan orang lain, tapi butuh pendekatan yang berbeda. Mereka mungkin nggak akan pernah menjadi tipe orang yang terbuka secara emosional seperti yang kamu harapkan, dan itu nggak apa-apa. Setiap orang punya cara berbeda dalam mengekspresikan diri dan mencintai.

Yang penting adalah memahami batasan mereka dan menghargai hubungan yang sudah ada. Dengan begitu, kamu bisa menjaga hubungan yang sehat tanpa frustrasi atau harapan yang nggak realistis.

Bagaimana kamu melihat temanmu yang avoidant setelah membaca ini? Sekali lagi, ini bukan untuk mendiagnosis atau menyalahkan mereka. Sebaliknya, ini membantu kamu untuk lebih aware dan memahami temanmu dengan lebih baik. Dengan pengertian yang tepat, kamu bisa menjaga hubungan yang nyaman dan mendukung kedua belah pihak. Yuk, bantu dirimu untuk lebih aware terhadap hubungan yang kamu miliki!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun