Mohon tunggu...
Syinchan Journal
Syinchan Journal Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang Pemikir bebas yang punya kendali atas pikirannya

Begitu kau memahami kekuatan kata katamu, kamu tidak akan mengatakan apapun begitu saja. Begitu kau memahami kekuatan pikiranmu, kamu tidak akan memikirkan apapun begitu saja. Ketahuilah Nilaimu

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Avoidant Attachment: Kenapa Mereka Takut Dekat dan Butuh Ruang Sendiri

14 Oktober 2024   09:00 Diperbarui: 14 Oktober 2024   09:21 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Avoidant attachment (wfla.com)

Pernah nggak, kamu punya teman, pasangan, atau kenalan yang cenderung menjauh ketika hubungan sudah mulai akrab? Atau mungkin kamu sendiri pernah merasa takut untuk terlalu dekat dengan orang lain, padahal di sisi lain kamu sebenarnya ingin menjalin hubungan? Kalau iya, mungkin kamu atau orang yang kamu kenal memiliki gaya keterikatan yang disebut avoidant attachment.

Dalam psikologi, ada teori tentang attachment atau keterikatan yang menjelaskan bagaimana cara seseorang membentuk hubungan emosional dengan orang lain. Gaya keterikatan ini biasanya terbentuk sejak kecil, berdasarkan hubungan kita dengan orang tua atau pengasuh. Nah, salah satu bentuk attachment yang cukup umum adalah avoidant attachment. Yuk, kita bahas lebih jauh tentang apa itu avoidant attachment dan kenapa mereka sering takut dekat sama orang.

Apa Itu Avoidant Attachment?

Avoidant attachment adalah salah satu dari empat jenis gaya keterikatan dalam teori attachment. Orang dengan avoidant attachment biasanya menghindari terlalu banyak keterlibatan emosional dalam hubungan. Mereka cenderung menjaga jarak dari orang lain, bahkan dari orang yang mereka sayangi, karena mereka merasa lebih nyaman sendirian atau dengan keterlibatan emosional yang minim.

Bukan berarti mereka nggak peduli atau nggak punya perasaan. Justru sebaliknya, mereka bisa saja peduli, tetapi ada ketakutan mendalam bahwa jika mereka terlalu dekat atau bergantung pada orang lain, mereka akan terluka, kecewa, atau kehilangan kebebasan.

Kenapa Mereka Sering Takut Dekat Sama Orang?

Orang dengan avoidant attachment sering kali merasa takut untuk dekat dengan orang lain karena beberapa alasan psikologis. Yuk, kita lihat alasan-alasan tersebut.

1. Pengalaman Masa Kecil yang Membentuk

Avoidant attachment biasanya berkembang sejak masa kecil. Anak-anak yang tumbuh dengan pengasuh atau orang tua yang cenderung nggak responsif secara emosional bisa membentuk gaya keterikatan ini. Misalnya, ketika seorang anak butuh perhatian atau kasih sayang, tetapi respons dari orang tuanya kurang memadai atau terkesan cuek, anak tersebut akan belajar bahwa mengandalkan orang lain itu nggak aman.

Akibatnya, mereka akan mengembangkan pola perilaku untuk melindungi diri dengan menghindari kedekatan emosional. Di masa dewasa, pola ini terus berlanjut dan mereka jadi lebih cenderung menjaga jarak dalam hubungan, karena mereka merasa bahwa kedekatan bisa membawa kekecewaan.

2. Takut Kehilangan Kebebasan

Salah satu karakteristik umum dari orang dengan avoidant attachment adalah ketakutan mereka akan kehilangan kebebasan jika terlalu dekat dengan orang lain. Bagi mereka, hubungan yang terlalu erat bisa terasa menekan, seperti ada batasan atau aturan yang membuat mereka nggak bebas melakukan apa yang mereka mau.

Mereka takut jika terlalu dekat, mereka akan kehilangan kendali atas hidup mereka atau terjebak dalam situasi yang membuat mereka merasa terikat. Jadi, mereka lebih memilih menjaga jarak agar tetap merasa bebas dan mandiri.

3. Menghindari Ketergantungan Emosional

Orang dengan avoidant attachment juga cenderung menghindari ketergantungan emosional pada orang lain. Mereka sering merasa bahwa bergantung pada orang lain terlalu berisiko. Kalau terlalu bergantung, ada kemungkinan mereka akan terluka atau kecewa. Karena itu, mereka lebih nyaman mengandalkan diri sendiri dan menjaga jarak agar tetap terlindungi dari potensi luka emosional.

Ketergantungan emosional, bagi mereka, bisa dianggap sebagai kelemahan atau ancaman. Mereka takut bahwa semakin mereka dekat dengan seseorang, semakin besar kemungkinan mereka akan terluka jika hubungan tersebut gagal.

4. Sulit Memproses Emosi

Orang dengan avoidant attachment sering merasa kesulitan untuk mengidentifikasi dan memproses perasaan mereka sendiri, apalagi untuk membagikannya dengan orang lain. Ketika mereka merasa tertekan atau sedih, respons alami mereka adalah menarik diri dan memproses emosi tersebut sendirian, daripada berbagi dengan pasangan atau teman.

Karena itu, mereka cenderung terlihat dingin atau nggak peduli, padahal sebenarnya mereka hanya nggak tahu bagaimana cara mengelola perasaan mereka atau merasa nggak nyaman membicarakan hal tersebut.

Bagaimana Menghadapi Orang dengan Avoidant Attachment?

Kalau kamu punya pasangan, teman, atau anggota keluarga yang punya gaya avoidant attachment, penting untuk tahu bagaimana cara menghadapi mereka dengan tepat. Berikut beberapa tips yang bisa kamu lakukan untuk menjaga hubungan tetap berjalan baik:

1. Berikan Mereka Ruang

Orang dengan avoidant attachment butuh waktu dan ruang untuk diri mereka sendiri. Jangan memaksakan mereka untuk segera membuka diri atau terlalu sering menuntut perhatian. Biarkan mereka merasa nyaman dengan ruang yang mereka butuhkan. Semakin kamu memberikan ruang, semakin mereka merasa aman dan nggak tertekan dalam hubungan.

2. Jangan Mengambil Jarak Mereka Secara Pribadi

Jika pasangan atau temanmu dengan avoidant attachment terlihat menjauh, jangan langsung menganggap itu sebagai tanda bahwa mereka nggak peduli. Ini lebih tentang bagaimana mereka menjaga diri dan melindungi perasaan mereka. Alih-alih marah atau kecewa, cobalah untuk memahami bahwa inilah cara mereka merespons ketakutan emosional.

3. Ciptakan Kepercayaan Perlahan

Orang avoidant attachment butuh waktu untuk membangun kepercayaan dengan orang lain. Jangan berharap mereka langsung terbuka secara emosional dalam waktu singkat. Perlahan-lahan ciptakan kepercayaan dengan tetap hadir, tetapi tanpa memaksa. Seiring waktu, mereka mungkin akan mulai merasa lebih nyaman dan terbuka.

4. Fokus pada Komunikasi yang Tenang

Saat berbicara dengan orang yang memiliki avoidant attachment, penting untuk tetap tenang dan tidak terlalu menekan mereka. Ciptakan suasana yang aman dan nyaman untuk berbicara, tanpa harus memaksakan mereka untuk berbagi perasaan secara langsung. Biarkan percakapan mengalir dengan natural.

5. Bersikap Sabar dan Pengertian

Kesabaran adalah kunci dalam menghadapi orang dengan avoidant attachment. Mereka mungkin butuh waktu lebih lama untuk membuka diri dan merasa nyaman dalam hubungan yang lebih dekat. Bersikaplah pengertian, karena semakin kamu memahami kebutuhan mereka, semakin besar peluang hubungan akan tetap sehat dan kuat.

Bagaimana kamu merasakan tanda-tanda avoidant attachment di orang yang kamu kenal? Sekali lagi, ini bukan untuk menghakimi, ya. Penjelasan ini lebih untuk membantumu mengenali dan aware terhadap gaya hubungan mereka. Kapan kamu harus memberi mereka ruang dan kapan saatnya membangun kepercayaan bersama? Yuk, bantu dirimu dan orang terdekatmu lebih aware terhadap dinamika ini, agar hubunganmu bisa terus berkembang dengan sehat dan penuh pengertian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun