Mohon tunggu...
Vooya
Vooya Mohon Tunggu... Konsultan - Experiential Study Tour

Vooya is an Experiential Study Tour program, which provides you an opportunity, to dig deeper your passion and interest, while broadening your knowledge about the world and its customs, at the same time.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Kekhawatiran Akan Hari Esok - Aku Pilih yang Mana? Aku Mau Jadi Apa?

4 Juli 2020   13:11 Diperbarui: 4 Juli 2020   14:48 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat kita SMP, kita tidak sabar untuk memasuki jenjang yang lebih tinggi yaitu SMA namun ternyata kehidupan SMA tidak seindah yang digambarkan di film-film. Tantangan pertama muncul ketika kita hendak memilih jurusan kita, apakah IPA, IPS, atau Bahasa. Hal ini menjadi lebih menantang ketika kita tidak mengetahui kemampuan, minat, serta bakat kita dan kemudian muncul paksaan atau tekanan dari orang terdekat untuk memilih suatu jurusan tersebut. Saat kita SMA pun kita berharap bahwa dengan menjadi mahasiswa tingkat tinggi kita memiliki lebih banyak waktu untuk bersenang-senang, singkatnya lebih bebas. Memang kehidupan kuliah menawarkan kebebasan bagi kita untuk mengatur waktu pembelajaran kita. Namun, kita dituntut untuk bisa mandiri dan bijaksana dalam mengatur waktu kita.

Salah satu ketakutan yang muncul ketika kita ingin memasuki kuliah adalah apakah kita mampu untuk mempertahankan nilai yang baik sebagai suatu cara untuk mengatasi ketakutan apakah lingkungan yang baru akan menerima diri kita. Beberapa siswa takut tidak bisa diterima karena diri mereka dianggap tidak cukup pintar. Hal ini berlaku khususnya bagi orang-orang yang memiliki nilai bagus di sekolah menengah. Memang tingkat kesulitan pelajaran di perguruan tinggi lebih tinggi daripada di sekolah menengah, maka untuk mendapat nilai yang baik pun tidak segampang itu dan membutuhkan usaha yang lebih. Untuk mengatasi rasa takut ini, rencanakan proses belajar dengan baik dan cobalah untuk menyingkirkan kebiasaan buruk yang mempengaruhi proses belajar dan bekerja.

http://issaproject.com/
http://issaproject.com/
Kekhawatiran lainnya yang mungkin kita hadapi adalah saat kita harus memilih jurusan kuliah kita. Kita takut memilih jurusan yang salah yang pada akhirnya membuat kita harus keluar(dropout). Atau kita lulus dengan jurusan yang salah dan tidak menemukan pekerjaan. Yang lebih buruk lagi, kita tidak senang dengan apa yang akhirnya kita pilih atau lakukan karena tidak sesuai dengan keinginan kita.

https://www.essayhelp.org
https://www.essayhelp.org
Maka dari itu, hal yang harus kita lakukan adalah mencari tahu keinginan kita yang sebenarnya yang sesuai dengan kemampuan serta minat bakat yang ada di dalam diri kita. 

Ketika kita belum bisa untuk menemukannya, berbagai cara dapat kamu lakukan yaitu dengan mengikuti salah satu program Vooya yaitu Vooya Lab yang menawarkan tes minat bakat yang bernama Passion-Perseverance Assessment. Melalui tes ini,  kamu mampu untuk mengenal dirimu lebih dalam beserta kekuatan dan minatmu yang akan membantu dalam pemilihan jurusan yang sesuai.

https://www.freepik.com/
https://www.freepik.com/
Kehidupan kuliah yang dikatakan bebas nyatanya tidak sebebas itu karena persaingan di dunia perkuliahan yang semakin tinggi yang mana masing-masing orang memiliki ambisi dan mimpi masing-masing dan berjuang untuk mencapainya.

Beberapa ekspektasi yang kita harapkan pun tidak sesuai dengan realita yang ada. Menjadi mahasiswa tidak selamanya mengalami hal-hal yang menyenangkan dipenuhi jalan yang mulus melainkan sebagai seorang mahasiswa kita mulai memikirkan masa depan sesudah perkuliahan ini. Sebagai hasil, orang-orang berjuang keras dan juga berlomba untuk mengejar mimpi mereka. Namun seberapa kuat orang itu berusaha, mereka tetaplah manusia yang dipenuhi rasa ketakutan dan kekhawatiran akan suatu hal. 

https://www.wikihow.com
https://www.wikihow.com
Setiap orang memiliki ketakutan dan kekhawatiran masing-masing, baik hal yang didepan mata maupun mengenai hal yang akan terjadi di masa depan. Kekhawatiran dan ketakutan dapat muncul dalam semua aspek kehidupan, seperti ketakutan terhadap kegagalan, ketakutan tidak bisa menjadi yang terbaik,dsb. Ketika seseorang memasuki fase mencari jati diri mereka yang sesungguhnya, mereka akan mulai memikirkan tentang kehidupan mereka dalam 10 tahun kedepan dan pikiran tersebut terkadang bisa menjadi suatu pikiran yang menakutkan.

 Pertanyaan "Apakah saya berada di  arah yang benar?", "Akan menjadi apa saya di masa depan?" membuat pikiran kita seperti ditantang untuk berpikir keras dan membuat diri kita tidak tenang. Di sisi lain,  ketika kita memiliki teman dengan pencapaian yang lebih, baik dalam hal prestasi, pengalaman, maupun hal lainnya cenderung membuat kita bertanya "Mengapa saya tidak bisa menjadi sepertinya?" "Selama ini saya ngapain aja?" dan  membuat kita tertekan karena merasa diri kita belum melakukan hal yang cukup berarti di kehidupan kita. 

Akibatnya, kita sering membandingkan diri kita sendiri dengan orang-orang tersebut dan cenderung mengikuti jejak mereka padahal hal yang mereka lakukan adalah sesuatu yang bertolak-belakang dengan diri kita. Kita melakukan hal ini hanya karena ingin mendapat suatu pengakuan yang sama dengan mereka, yang mana kita berhasil mengikuti suatu perlombaan atau berhasil melakukan sesuatu yang memberi dampak baik terhadap masyarakat lainnya tanpa memikirkan apakah hal ini cocok dengan diri kita atau tidak, apakah hal ini membawa kesenangan terhadap diri kita selama proses yang ada?.

 Untuk menjawab pertanyaan ini pun terkadang kita tidak memiliki jawaban karena kita hanya memperhatikan suatu aktivitas dari sudut pandang hasil. Ketika kita memiliki perspektif seperti ini kita akan memacu diri kita terlalu keras dan ketika hasil tidak sesuai dengan harapan kita, kita akan ter-demotivasi dan menyalahkan diri sendiri yang mana hal ini kalau berlangsung dalam jangka panjang akan menghambat kita untuk berkembang menjadi pribadi yang lebih baik serta berbahaya bagi kesehatan mental kita.  

Berbanding terbalik jika kita melakukan suatu aktivitas dengan menggunakan sudut pandang proses, ketika kita menggunakan sudut pandang ini kita akan memperhatikan apakah kita menikmati proses ini? Apakah proses ini membawa suatu kegembiraan dalam kehidupan saya? Untuk menggunakan sudut pandang ini, maka kita harus mengetahui keinginan kita yang sesuai dengan minat dan bakat karena ketika kita melakukan sesuatu yang sesuai dengan passion kita, kita akan melakukan segala sesuatu dengan semangat dan kerja keras terlepas hasil yang kita terima di kemudian hari.

www.vooya.id
www.vooya.id
Maka dari itu, dengan menggunakan Passion-Perseverance Assessment, Kamu akan mengetahui hal apa yang cocok bagi dirimu yang bisa membawa dirimu menjadi pribadi yang bekerja keras dalam melakukan sesuatu. 

Memang ketakutan dan kekhawatiran adalah sesuatu yang manusiawi. Namun jangan sampai hal itu menguasai dirimu. Percayalah setiap orang memiliki jalan masing-masing yang akan menuntun pada kesuksesan selama kamu mau berusaha dan bekerja keras. 


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun