sekilas anak punk jalanan adalah hal yang sangat menjijikan dimata orang lain. banyak diantara mereka berkaos oblong banyak sobek, bertindik besar lebih besar dari pada cincin. mengenakan kalung hitam bergelang bertato dan keburukan lain.
banyak orang yang memandang mereka preman, brutal dan tidak berpendidikan. namun berbeda dengan vrenda seorang wartawati cantik yang sedang tertarik menelaah tentang bagaimana seluk beluk kehidupan jalanan yang suram kata orang.
pemikiran itu berawal saat dia pulang dari suatu penelitian di blitar. matanya menjelajah seluruh jalan. banyak yang dia lihat dan pelajari dari setapak jalan blitar sampai menuju rumahnya. banyak pedagang, rumah kecil, pengamen jalanan.
disuatu jalan kota vrenda menemukan sekelompok pengamen yang berpenampilan seperti preman. muka telinga ditindik, baju sobek dan mengenakan banyak aksesoris hitam. anak punk orang bilang. banyak orang melihat berceloteh dalam bus, berkata dan hampir semuanya buruk ! terbesit dalam hati seorang wartawati vrenda. sejenak dalam hati merenungkan -- bagaimana mereka berpenampilan seperti itu ? darimana asal mereka ? dan yang terpenting adalah - - dimana orang tua mereka ? sudah meninggal, di biarkan atau memang mereka yang sulit di bilangi ? dengan rasa penasaran vrenda terus bertanya-tanya dan bergelut dengan batinnya. usai sampai dan turun dari bis didaerah jalan kota tempat tinggalnya, vrenda memutuskan untuk mewawancarai sekelompok anak-anak jalanan tersebut. dia bertanya tentang apa yang ada di gelut batinnya saat duduk di bis.
belum sampai pada niatnya vrenda didatangi oleh sekelompok anak-anak jalanan itu. dengan cara jalan khas dan memakai pakaian berwarna hitam, dan rambut yang dicat merah dan pirang, bahkan salah satu dari mereka adalah seorang wanita. oh tuhaaann, gumam vrenda sambil mengelus dada. ternyata  anak-anak itu mendekati vrenda untuk mengamen meminta uang. mereka bernyanyi gaya musik rock dengan sangat percaya diri, dengan nada alunan gitar dan suara yang menurut vrenda menghancurkan telinga.
tak tahan dengan suara nyanyian anak-anak jalanan itu vrenda bergegas mengeluarkan uang dari dompetnya dan menyodongkan uang sebanyak seratus ribuan! seketika mata anak-anak itu terbelalak. "loh yang bener mbak ?" tanya salah satu dari mereka heran. mungkin mereka kaget karena jarang sekali masyarakat pada jaman sekarang memberi uang pada pengamen atau pengemis dengan jumlah besar. jika ada mungkin hanya ada satu dari seratus orang. "iya benar, tapi kalian mau kan bantu saya ?" pinta vrenda. "mau mbak mau" jawab mereka tanpa serentak. "oke, saya mau wawancara adek-adek ini, tapi dijawab dengan jujur yaa ?" pinta vrenda lagi. "siap mbak" jawab mereka yakin.
vrenda bergegas mengeluarkan buku catatan serta handphone dari tasnya untuk merekam semuanya.
"oke kamu yang berambut hijau dulu yaa ? siapa nama kamu dan darimana asalanya ?" tanya vrenda.
"anto mbak dari sini aja, rata-rata kita semua dari sini. rumah saya dekat pasar disana" sambil menunjuk arah pasar.
"baik.. kenapa anto berpakaian seperti ini dengan rambut diwarna, di tindik ? anto tidak malu ?"
"tidak mbak kenapa harus malu, ini kan keren kayak di tv, banyak dari abang-abang di desa kita berpakaian seperti ini kata abang gini itu maco."
"lalu kenapa kalian mengamen ? dengan gaya berpakaian yang begini pula ?" dengan nada sedikit mengenyuh.
"yaa gimana mbak kalo kita nggak mengamen kita nggak bisa makan sama jajan. kan kita pengen terkenal mbak. siapa tahu pas ngamen ada yang mau jadiin kita penyanyi atau artis" dengan percaya diri mereka menjawab
"kalian tahu bahwa pandangan banyak orang tentang kalian itu buruk, merka menganggap pakaian seperti ini identik dengan preman, dan banyak dari mereka yang takut" tutur vrenda dengan nada lembut.
sekilas mereka terdiam !
"orang tua kalian masih hidup ?" tanya vrenda lebih dalam.
"masih mbak"
"bagaimana orang tua kalian melihat kalian seperti ini ?"
"dimarahin mbak, uda sering diatur-atur jadi kita seneng-seneng dijalan sama temen-temen"
"kalian tidak sayang dengan orang tua kalian ? kalian tidak ingin membahagiakannya ?"
"sayang ya pasti sayang mbak. cuma kalau lagi ngoceh ya kita sebel. padahal kita kayak gini juga buat emak, kita nggak mau sekolah juga karena nggak mau ngebebanin emak, karena kita tahu kondisi emak sama bapak. bapak kerja sol sepatu emak sakit dirumah, kalo teman-teman ini kebanyakan ditinggal orangtuanya saat masih kecil jadi di asuh sama nenek kakeknya yang sudah tua. kalo dita bapaknya udah meninggal. emaknya jadi pemulung"
"Apa yang pengen adek-adek ini berikan untuk orang tua?"
"saya pengen sekolah tanpa ngebebanin orang tua mbak" jawab anto
"saya pengen belikan emak kasur biar nggak tidur di tanah." jawab dita
"kalo orangtua saya masih hidup, saya mau lakuin apapun mbak yang bikin emak sama bapak seneng." jawab yono
"baik.. sudah cukup yaa mbak ucapkan terimakasih. pesan dari embak kalo kalian pengen sukses kalian harus turuti perintah orang tua yaa. dan untuk mengamen boleh tapi harus berpakaian bagus dan dengan cara yang bagus. banyak berdoa sama tuhan biar kalian di kasih kesuksesan. dan untuk yang orang tuanya sudah meninggal sering-sering doain bapak ibu biar tenang di surga. amiin.. sudah kalian boleh pergi"
"makasih mbak, mbak orang baik."
seketika itu muncul di benak vrenda, bahwa apa yang sebenarnya kata orang buruk belum tentu buruk sesuai dengan apa kenyataanya. hari ini dia banyak belajar dari anak-anak pengamen jalanan. dan dia berniat untuk mengumpulkan sumbangan untuk biaya pendidikan khusus anak jalanan yang tidak bersekolah.
--TAMAT--
Ditulis Oleh : Voni Damayanti
pada : 13 desember 2017
pukul : 22.10
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H