Mohon tunggu...
Voe
Voe Mohon Tunggu... -

Si Pendosa yang suka belajar, jalan-jalan (bertafakur alam), dan mencari hikmah. Salah satu dari fansnya Khadijah -radiyallahu'anha-

Selanjutnya

Tutup

Puisi

I love Fatih

8 Januari 2011   09:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:49 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membayangkan sosok itu kembali. Saat kudatang menjumpainya, dia menyambutku dengan senyum ikhlas dan menggemaskan. Bukan, dia bukan Thaha, dia Fatih. Si kecil yang penuh pesona. Terakhir aku menjumpainya awal Desember lalu, beberapa hari sebelum dia genap 1 tahun.

Kala itu pertemuanku yang kedua dengannya. Hee. Wajahnya selalu terbayang-bayang saat pisah dengannya. Kalau mengingatnya jadi senyum-senyum sendiri.

Fatih, aku memanggilnya si ikhwan ramah. Aku mengenalnya beberapa bulan yang lalu, di sebuah ruko konveksi di kota. Saat aku datang, dia langsung senyum, sungguh, tak tahan saya melihatnya. Lucuuu banget! Badannya besar, kulitnya putih, giginya baru tumbuh dikit-dikit. Saat kuberi tanganku, huaah, gak nyangka bakal bersambut. Hehe.. akhirnya, main juga bersama Fatih.

Pertemuan kedua dengannya, sungguh dinanti (gak lebay ya.. hee). Duuuh, rindu. Tapi, ternyata Fatih lagi sakit, ‘batuk’ kata Umminya. Walau sakit, Fatih tetap full smile, seolah tak sakit meskipun kelihatan lemas. Jadi malu, biasanya kalau sakit, bener2 sulit mau senyum ikhlas.. hihi..

Ku gendong si Fatih. Duuuh, kelihatan banget si Fatih rindu dengan diriku. Buktinya, si kecil betah banget di gendong, mana romantis banget, sambil bisikin Al-Fatihah di telinganya. Hehe…

“Ammah Voe, bawa Fatihnya ke sana ya. Ummi mau nuang obatnya dulu. Kalau tahu umminya megang obat, gak mau minum lagi dianya.” Kata Ummu Fatih.

Aku langsung membawanya jalan dan mengalihkan perhatiannya pada baju-baju di ruko, sementara itu Ummu FAtih menuangkan obat di sendok.

“Yup, sudah! Fatiih, yuk minum sirup dulu.”

Aku membawa Fatih menuju ummunya dan melakkanya dipangkuanku, Ummunya menyuapkan sirop obat ke mulut Fatih. Fatih menolak. Setelah dibujuk, ih, akhirnya mau.. duuuuh, pinternya. Fatih, Fatih.

Usai minum obat, aku bermain lagi bersama Fatih. Cuenengnya… jadi pengen punya adek lagi.. hoho… soalnya, adek di rumah sudah guede. Bahkan lebih guede dari ku. Hiks.. padahal dulu tinggian ane, sekrang eh malah tinggian dia. Huuu.. dak padek. He,, dak apolah, kesian juga kalau kecil.

Tapi, kalau ngomong sama Emak, “Mah, pengen punya adek lagi.”

“Hah?! Mamah ni la pantas ngendong cucu, bukan anak lagi. Mas aja sudah besar. Alangkah lucunya kalau masih punya adek.” Emak kaget sentengah ngomel, sambil melirik Mbak. Hahaaa… ayo mbak.. umur tuh la cukup!

Oopz, balik ke Fatih. Heee.. gak lama kemudian. Ada seorang ikhwan yang datang (kakak tingkat ane nih). Iih, gak nyangka, Fatih bukan Cuma mau sama akhwat (loh, ente pikir Fatih apaan Voe!), ternyata dia mau juga sama ikhwan. Fatih memang kagak ada capeknya. Malah ngajak tu ikhwan tanding bola!! Go Fatih Go Fatih Go!! Seru ngeliat Fatih. Lucu sangad!!

Haaa… habis jatuh nendang bola, bangkit lagi! Tapi, sebenarnya Fatih belom bisa jalan loh. Dia bisa nendang bola karena kedua tangganya di pegang sama ikhwan itu. Hehe..

Lama sudah bersenang-senang dengan bola. Si ikhwan capek beud kelihatannya. Tapi, Fatih masih mau main. Wkwkwk.. Fatih emang keren, bisa lebih lincah dari orang tua. Hehe.. Go Fatih!!

Setelah menyelesaikan urusan dengan pihak ruko. Aku pamit pulang. Aku memberiku kunci motorku padanya selagi nunggu mbak tingkat ane nyari helm. Fatih di dalam ruko dan aku sudah di luar. Pintunya terbuat dari kaca, sehingga tembus pandang. Duuuh, Fatih pasti kangend banget nanti pisah dengan diriku (hehe.. narsis.com), buktinya mukanya ditempelin ke kaca. Hiks.. gak tega pisah darinya.

Pas sang mbak dah ke ruko, aku mau mengambil kunci motorku, eh Fatih gak mau memberi. Duuuh, kelihatan banget Fatih tak mau pisah dengan diriku. (haha. Adooooh, Vooooo, narsis bangeet!!!). namun, setelah dibujuk bahwa aku akan kembali (jiaaah. Sok banget dah gua!) akhirnya dia mau memberi kunci motorku kembali.

Duuuh, berat rasanya pisah dengan Fatih, si ikhwan kecil yang ramah penuh pesona. Hehe… Jadi anak soleh ya adekku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun