Mohon tunggu...
Vodegel Avido
Vodegel Avido Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Nature

Apakah Gen Plasma Nutfah Itu Penting?

24 Agustus 2018   06:34 Diperbarui: 24 Agustus 2018   07:27 753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hai para pembaca yang terkasih. Pada kesempatan yang pertama ini saya akan menuliskan tentang negara-negara maju yang mulai mengambangkan teknologi untuk mengambil gen plasma nutfah dari negara lain agar dapat dikembangkan di negaranya sendiri dengan teknik kultur jaringan. Selamat membaca, semoga Tuhan selalu memberkati kalian.

Kita sering tidak menyadari bahwa sumber daya hayati kita diambil olah negara lain. Hal ini sekarang bisa dilakukan dengan mudah, yaitu dengan kultur jaringan. Lalu apakah itu berdampak baik atau buruk? Kultur jaringan sendiri adalah budidaya dengan menggunakan jaringan tanaman untuk membuat tanaman baru dengan sifat yang sama dengan induknya. Teknik kultur jaringan sendiri sebenarnya memanfaatkan prinsip perbanyakan tumbuhan secara vegetatif. Teknik ini sering disebut dengan kultur in vitro atau yang berarti di dalam kaca. Ada 2 media yang bisa digunakan dalam kultur jaringan, yaitu media padatan yang berupa sel dan media cair yang berupa nutrisi yang dilarutkan dalam air.

Lalu juga ada beberapa tujuan dari kultur jaringan itu sendiri, yaitu untuk memperoleh bibit baru yang kualitasnya lebih baik. Yang kedua untuk mendapatkan bibit tanaman dengan lebih cepat serta hasil yang lebih banyak, tentunya dalam waktu yang tidak lama tetapi anakan yang dihasilkan dapat sama atau seragam. Yang ketiga untuk mendapatkan sifat tanaman yang sama dengan induknya. Dan juga masih ada lagi beberapa tujuan lain dari kultur jaringan.

Sekarang bagaimana dengan aplikasi kultur jaringan itu sendiri? Saat ini kultur jaringan sudah digunakan untuk beberapa kebutuhan manusia. Yang pertama kultur jaringan digunakan sebagai mikro propragasi, yaitu perbanyakan tanaman secara mikro. Teknik ini telah digunakan untuk produksi beberapa tanaman dalam skala besar. Kedua kultur jaringan digunakan untuk perbaikan tanaman. dalam hal ini jika melakukan perbaikan tanaman dengan metode konvensional, maka akan membutuhkan waktu yang sangat lama. 

Kultur jaringan pun mulai dikembangkan agar memperbaiki suatu tanaman dengan mudah dan cepat. Yang ketiga kultur jaringan digunakan untuk produksi tanaman yang bebas penyakit. Teknologi ini telah memberikan kontribusi untuk mendapatkan tumbuhan yang sehat dan bebas virus. 

Keempat kultur jaringan digunakan untuk tranformasi genetik. Yaitu dalam membantu keberhasilan rekayasa genetika tanaman. Dan yang kelima kultur jaringan digunakan untuk produksi senyawa metabolit sekunder, kultur sel-sel tanaman juga dapat digunakan untuk memproduksi senyawa biokimia.

Lalu, sekarang bagaimana dengan bioetika kultur jaringan itu sendiri? Bioetika sendiri berasal dari bahasa Yunani, bios yang berarti hidup atau kehidupan dan ethike yang berarti ilmu. Berarti bioetika adalah studi tentang isu-isu etik yang timbul dalam praktek ilmu biologi. Lalu untuk bioetika pada kultur jaringan sendiri dalam skala nasional, sudah dibentuk undang-undang yang berkaitan dengan Kloning gen tumbuhan atau nama lain Kultur Jaringan dalam UU No. 18/2002 Tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan IPTEK (RPP Peneltian Berisiko Tinggi). 

Dan disebutkan pada pasal 22 yang berbunyi: 1) Pemerintah menjamin kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara serta keseimbangan tata kehidupan manusia dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup. 2) Untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pemerintah mengatur perizinan bagi pelaksanaan kegiatan penelitian, pengembangan, dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berisiko tinggi dan berbahaya dengan memperhatikan standar nasional dan ketentuan yang berlaku secara internasional. Namun juga ada dalam aspek sosial, kultur jaringan ini diharapkan tidak menjadi penghambat diversitas yang lain. 

Gan juga keberadaanya tetap ada dan sejalan dengan perkembangan diversitas pada tumbuhan yang. Dan juga pada aspek agama, diasumsikan bahwa setiap konflik yang terjadi semata-mata didasarkan pada epistemologi dari esensi agama itu sendiri. jadi, pertimbangan setiap agama terhadap kultur jaringan tumbuhan memiliki kebijakan sendiri.

Kita kembali lagi ke topik awal, yaitu tentang teknologi kultur jaringan yang digunakan oleh negara-negara maju untuk mengambil plasma nutfah dari negara lain dan dikembangkan di negaranya sendiri. Sebenarnya, yang membuat teknik ini bisa dengan mudah dilakukan oleh negara maju adalah karena gen plasma nutfah yang diambil bisa dengan mudah untuk keluar masuk bandara manapun. 

Hal ini disebabkan, karena teknik kultur jaringan sendiri awalnya ditujukan untuk penelitian dasar di bidang biologi, terutama pembuktian totipotensi sel. Jadi, hal ini yang mendorong negara maju untuk melakukan teknologi kultur jaringan daripada mereka harus mengimportnya dari luar negeri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun