Ted Bundy: American Boogeyman, sebuah film drama horor-thriller kejahatan yang dibintangi oleh Chad Michael Murray. Film ini merupakan adaptasi kisah nyata seorang pembunuh berantai paling fenomenal di Amerika Serikat pada tahun 70an bernama Ted Bundy.
Meski telah dirilis sejak 16 Agustus 2021, namun baru-baru ini saja saya berkesempatan untuk menontonnya. Setelah menonton, tangan saya rasanya gatal untuk membahas film ini. Mengingat saat ini masih dalam suasana Halloween dan salah satu latar waktu dalam film terjadi pada malam Halloween, saya berpikir mengapa tidak untuk mengulasnya.
Jujur saja, mengambil kisah hidup maupun kejahatan Ted Bundy sangat menarik bagi saya. Namanya sering dibicarakan sebagai salah satu penjahat paling handal dan berbahaya. Namun di saat yang sama ia diceritakan di media sebagai sosok karismatik yang menawan.
Namun, ekspektasi saya benar-benar dihancurkan oleh film Ted Bundy: American Boogeyman ini. Film karya Daniel Farrands ini seperti tidak memiliki awalan, kedalaman, kemauan, dan tujuan. Bahkan sah-sah saja jika ada orang yang mungkin mengatakan bahwa film ini tidak seharusnya ada.
Bagi yang belum mengetahui siapa itu Ted Bundy, saya akan menjelaskannya secara singkat. Berikut pula ringkasan film Ted Bundy: American Boogeyman.
Siapa Ted Bundy?
Ted Bundy adalah seorang pembunuh berantai Amerika yang bertanggung jawab atas pembunuhan setidaknya 30 wanita muda di seluruh Amerika Serikat selama tahun 1970-an. Ia lahir pada tanggal 24 November 1946 di Burlington, Vermont, dengan nama Theodore Robert Cowell.Â
Ayahnya tidak diketahui, dan ibunya, Eleanor Louise Cowell, adalah seorang gadis remaja yang tidak menikah. Bundy dibesarkan oleh kakek dan neneknya di Tacoma, Washington.
Bundy mulai membunuh pada tahun 1974. Ia sering menyamar sebagai polisi atau petugas penyelamat untuk menjebak korbannya. Bundy juga sering menggunakan kekerasan untuk menakuti korbannya.
Korban Bundy kebanyakan adalah wanita muda yang sedang berjalan sendirian di malam hari. Ia akan menjebak korbannya dengan meminta bantuan, lalu membawanya ke tempat sepi dan membunuhnya. Bundy juga sering memperkosa dan menyiksa korbannya sebelum membunuhnya.
Bundy ditangkap pada tahun 1975 di Utah setelah ia mencoba menculik seorang wanita muda. Ia kemudian didakwa dengan penculikan dan percobaan penyerangan. Bundy dijatuhi hukuman 15 tahun penjara.
Namun, Bundy berhasil melarikan diri dari penjara pada tahun 1977 dengan dibantu oleh kekasihnya. Ia kemudian membunuh beberapa wanita lagi di Colorado dan Florida. Pada tahun 1978, Bundy berhasil ditangkap di Florida dan diadili dengan dijatuhi hukuman mati. Ia dieksekusi di kursi listrik pada tanggal 24 Januari 1989.
Lantas, apa yang membuat kisah Ted Bundy begitu menarik hingga banyak diceritakan bahkan beberapa kali diangkat ke dalam film? Jawabannya tidak lain adalah sosok Ted Bundy itu sendiri. Meski Bundy dikatakan sebagai seorang psikopat sadis dan cabul, ia banyak diceritakan sebagai seseorang yang menarik. Bundy merupakan sosok berwajah tampan, cerdas, dan pandai berbicara. Ia adalah sosok karismatik yang mampu membawa diri untuk membaur dengan orang-orang, terutama wanita.
Terlebih lagi mengenai kisah ikoniknya yang diizinkan untuk menjadi kuasa hukum bagi dirinya sendiri di persidangan. Ya, Bundy pernah berdiri di pengadilan sebagai pengacara untuk membela dirinya sendiri. Belum lagi ia yang digilai para wanita meski saat itu tengah dipenjara dengan status salah satu dari 10 buronan paling dicari FBI saat ditangkap.
Dengan kisah yang begitu mengerikan dan mencengangkan itu, tentu kita berekspektasi untuk dapat melihat reka ulang Sejarah yang mampu mewujudkan imajinasi kita atas peristiwa tersebut. Namun sayangnya, tidak.
Film Ted Bundy: American Boogeyman dibuka oleh adegan dua orang remaja perempuan bernama Jill dan Melissa yang sedang curhat di sebuah restoran pada malam hari.Â
Beberapa saat kemudian, sesi curhat mereka terpotong oleh telepon Melissa. Sementara, Melissa menjawab telepon, Jill merokok keluar dan mendengar suara aneh dari belakang restoran.
Ia pun mendatangi sumber suara yang rupanya berasal dari seorang pria dengan skrup yang kesulitan mengambil kunci mobilnnya yang terjatuh. Ya, pria itu adalah Ted Bundy yang sedang menyamar.
Merasa kasihan, Jill mengambil kunci itu, namun kuncinya jatuh lagi dan diambilkan lagi. Sampai mantan pacar Jill datang dan memaksanya untuk masuk ke mobil. Seketika itu juga, sosok Bundy sudah menghilang. Hebat sekali. Rupanya, Bundy bukan hanya seorang pembunuh berantai, tetapi juga ahli ghaib.
Memang, di awal film kita akan diberikan sebuah peringatan bahwa cerita, adegan, karakter, waktu, dan tempat mungkin saja berbeda dan telah didramatisir. Jadi, yasudah kita abaikan saja adegan itu.
Melissa keluar restoran untuk mengajak Jill pulang dan mendapati kawannya itu sudah tidak ada. Ia pun hendak pergi. Namun, Jill mendengar suara dari sekitar lorong menuju belakang restoran dan memutuskan untuk memeriksanya.Â
Saat sedang teralihkan oleh sebuah sarung tangan yang terjatuh, Ted Bundy datang lalu menculik dan membunuhnya. Tubuh Melissa dimutilasi dengan bagian kepala diperilhatkan sudah terpotong.Â
Sungguh suatu pemandangan yang menganggu. Bukan karena memperlihatkan adegan sadis, tetapi karena properti yang digunakan sebagai "kepala" sangat amat terlihat palsu. Cukup sekilas melihatnya, kita bisa melihat bahwa itu hanya kepala boneka. Bahkan, Daniel Ferrands tidak berusaha membuat wajahnya mirip dengan wajah korban.
Scene kemudian berpindah ketika Detektif McChesney memberikan kuliah pada para anggota polisi baru tentang serangkaian kasus pembunuhan oleh Bundy yang belum diketahui pelakunya. Karena pelakunya tidak kunjung tertangkap, FBI mengirim Charlie untuk mendampingi Detektif McChesney dalam menyelesaikan kasus ini.
Di sisi lain, Bundy kembali beraksi di malam Halloween. Kali ini korbannya adalah seorang remaja Perempuan yang sedang berdiri sendirian di tengah jalan. Remaja itu berlari kea rah rumah kaca, bersembunyi, mencoba keluar melalui pintu belakang, dan tertangkap oleh Bundy.
Target Bundy selanjutnya adalah seorang wanita yang baru saja keluar dari mal. Di sini Bundy berpura-bura menjadi seorang polisi dan melaporkan adanya percobaan tidak pencurian pada mobil wanita itu.Â
Bundy berhasil mengajak wanita tersebut untuk masuk ke mobilnya dan ikut ke kantor polisi untuk melaporkan kejadian. Di tengah perjalanan, Bundy memukul kepala wanita tadi. Namun, wanita tersebut hanya meringis kesakitan dan masih sepenuhnya sadar. Ia pun membuka pintu dan berhasil kabur dari mobil Bundy.
Di sini Bundy kesal bukan main, tapi entah mengapa saya melihat acting Murray pada adegan ini lebih mirip seorang pecandu narkoba dibandingkan psikopat. Begitulah seterusnya, korban-korban Bundy terus berjatuhan (hanya berupa laporan di tv tidak ditampilkan dalam adegan).Â
Sementara para polisi masih belum bisa menemukan jejak Ted Bundy. Ya, jelas tidak bisa. Karena tidak ada satu adegan pun diperlihatkan bagaimana para polisi ini melakukan investigasi, mengorek bukti, ataupun bertanya pada informan.Â
Sepanjang film kita akan lebih sering melihat Agen Charlie dan Detektif McChesney makan dan minum kopi bersama dibanding brainstorming memecahkan kasus.
Namun seketika keajaiban datang. Bundy tertangkap pada 16 Agustus 1975 di Utah saat ia tengah kembali ke mobilnya setelah mengintip calaon korbannya dari balik kaca rumah calon korban. Penonton bahkan tidak diperlihatkan petunjuk atau upaya apapun tentang bagaimana kepolisian akhirnya menemukan jejak Bundy.
Bundy tertangkap dan diinterogasi oleh psikiater klinis untuk memahami kejiwaanya. Tentu saja, Bundy tidak normal. Dikatakan ia selalu memberi jawab dari sudut pandang pihak ketiga. Tidak hanya itu, menurut sang dokter, Bundy juga sangat menyukai pornografi berbau kekerasan. Hal tersebut membuatnya percaya kalau ia memiliki kekuatan magis dan tidak terlihat.
Sayang sekali pada adegan ini, saya masih tidak bisa melihat sisi karismatik dan cerdas dari Bundy yang dikisahkan selama ini. Menurut saya, dia malah lebih mirip dengan orang-orang yang sedang belajar ilmu perdukunan.
Bundy akhirnya dipenjara. Selang 2 tahun kemudian Bundy berhasil kabur dengan dibantu oleh seseorang saat ia hendak dipindahkan ke penjara di Garfield, Utah dari Aspen. Sekali lagi, kita tidak diperlihatkan saat-saat pelariannya. Kita juga tidak tahu siapa yang membantunya. Saat saya menonton adegan ini, saya sedikit kecewa, tetapi saya masih berpikir positif 'ah, mungkin akan dijelaskan nanti.
Selanjutnya, film memperlihatkan Bundy yang sudah kabur ke wilayah Florida. Ia bersembunyi di sebuah mobil milik mahasiswi Florida State University yang sedang terparkir sendirian di tengah-tengah parkiran. Namun, di sini aksi Bundy kembali gagal. Mahasiswi itu berhasil menekan klakson mobil saat dirinya dicekik oleh Bundy. 2 orang yang sedang lewat menghampiri mobil tersebut, membuat Bundy takut ketahuan dan lari ke dalam area pepohonan.
Nah, setelah aksi-aksi Bundy yang tiba-tiba muncul sejak awal film, di scene ini akhirnya kita bisa melihat sekelebat masa lalu dari Bundy melalui ibunya. Mengapa saya bilang sekelebat? Ya, karena kita hanya mendengar dari mulut Nyonya Bundy bagaimana masa kecil anaknya itu. Rupanya Bundy kecil diurus oleh kedua orang tua Nyonya Bundy, alias kakek dan nenek Ted Bundy yang diceritakan keras dan penuh masalah.
Selepas interogasi polisi terhadap Nyonya Bundy yang tidak membuahkan hasil, kita kembali diperlihatkan pada kehidupan Bundy. Kali ini, ia menyewa asrama Perempuan atau semacam kos-kosan bernama Chi Omega di Florida. Bundy diterima dengan sangat baik di sana. Bahkan, ia dikagumi oleh pemilik asrama dan para penghuni wanita karena wajah tampannya itu.
Singkat cerita, Bundy mulai mendekati salah satu penghuni Perempuan di sana dan hendak mengajaknya kencan. Sayang ajakan Bundy ditolak karena Perempuan itu sudah memiliki pacar.Â
Di hari berikutnya, Bundy mencoba mendekati Perempuan itu lagi. Namun, tampaknya pendekatan Bundy dianggap terlalu agresif sehingga membuat Perempuan itu ketakutan. Beruntung, Bundy tidak lama tinggal di asrama Chi Omega. Ia diusir karena tidak membayar uang bulanan.
Beberapa hari setelah pengusiran itu, Bundy kembali untuk menghabisi para penghuni asrama. Ia sukses melukai seluruh penghuni asrama, yaitu Lisa Levy, Margaret Bowman, Kethy Kleiner, Karen Chandler, dan Cheryl Thomas.Â
Beruntung, Detektif McChesney datang dan segera memanggil bantuan. Terjadi penembakan, namun Bundy berhasil menghindar. Ajaibnya, Bundy tidak hanya berhasil menghindar, akan tetapi ia tiba-tiba saja menghilang (di sini saya mulai benar-benar yakin ia punya ilmu ghaib).
Seluruh korban di bawa ke rumah sakit karena mengalami luka fatal. Sayangnya, pada bagian penutup film dikatakan jika Lisa Levy dan Margaret Bowman meninggal dalam perjalanan.
Tidak diperlihatkan bagaimana proses penangkapan Bundy, namun ia berhasil ditangkap pada 15 Ferbruari 1978 di Pensacola, Florida dan dihukum mati di kursi listrik pada 24 Januari 1989. Film ditutup dengan kunjungan Detektif McChesney dan Detektif Charles ke rumah Nyonya Bundy untuk menyerahkan berkas-berkas kejahatan Bundy.
Sekarang, bagaimana saya menilai film ini?Â
Kalau saya harus memberi nilai pada film ini mungkin saya akan memberikan 2/10. Satu poin untuk niat baik sutradara Daniel Ferrands yang maun mengangkat film ini.Â
Satu poin lainnya untuk pemilihan aktor yang cukup mirip visualnya dengan Ted Bundy asli dan atmosfer tahun 70an yang bisa dibilang cukup baik. Walaupun pada beberapa scene yang tampak sedikit terlalu modern menurut saya.
Bagaimana dengan yang lainnya? Saya merasa tidak ada yang bisa dilihat dari film ini. Film ini seakan tidak memiliki fokus jelas sisi mana yang ingin diangkat dari sang serial killer.
Pertama, jika Ferrands ingin mengangkat perjalanan hidup Bundy sudah jelas ini tidak berhasil. Sebab, di sini Ferrands terlalu fokus pada aksi pembunuhan Bundy. Kita tidak melihat perkembangan seorang Ted Bundy hingga ia bisa menjadi pembunuh berantai.Â
Kita tidak diperlihatkan seberapa traumatisnya masa lalu Bundy. Padahal, pengakuan Ibu Bundy yang disematkan dalam film ini cukup kuat untuk penonton bisa lebih memahami karakter Bundy jika saja sutradara mengadegankan scene ini.
Kedua, poin ini yang sebenarnya amat saya sayangkan. Menurut saya, hal paling menarik dari seorang Ted Bundy adalah sosoknya yang menurut banyak cerita sangat karismatik dan cerdas.Â
Momen penangkapan hingga masa-masa persidangan, di mana ia berhasil membujuk hakim agar memperbolehkan menjadi pengacara bagi dirinya sendiri merupakan sesuatu yang tidak bisa kita pikirkan. Hingga bagaimana Bundy berhasil memiliki fans hingga kekasih baru, meski saat itu ia telah tertangkap.Â
Peristiwa-peristiwa inilah yang menurut saya perlu diceritakan. Kejadian ini yang membuat nama Ted Bundy begitu fenomenal. Namun, sekali lagi, film ini memutuskan untuk meniadakan itu semua dan langsung memotong pada saat-saat ia dihukum mati.
Mungkin saya masih bisa terima jika film ini menyuguhkan unsur-unsur gore yang memperlihatkan pembunuhan keji Bundy terhadap para korbannya. Mengingat fokus film ini ada pada tindak kejahatan Bundy. Film ini seharusnya memberikan kengerian yang setimpal melalui aksi kejar-kejaran dan sejenisnya antara Bundy dan para korban. Jika pembuat filmnya terlalu malas, setidaknya tampilkan saja adegan yang menunjukkan bagaimana para detektif menemukan dan menangkap Bundy.
Namun, semua itu sama sekali tidak ada. Semua aksi pembunuhan dalam film ini terkesan tanggung, kecuali pada aksi pembunuhan terkahir Bundy di asrama Chi Omega. Hal lainnya yang menurut saya menyebalkan dalam film ini adalah peran para detektif yang terlalu melankolis. Kita sama sekali tidak melihat bagaimana para detektif ini memecahkan petunjuk.Â
Tidak ada aksi kejar-kejaran ataupun semacamnya. Hanya ada satu kali tembakan aneh yang tidak mengenai Bundy. Tokoh detektif McChesney justru sangat emosional. Bingung, menangis, dan marah. Jika ada detektif seperti, jelas saja pelaku sulit ditangkap.
Beberapa scene (saya menganggapnya scene filler), seperti ibu salah satu korban yang yang tiba-tiba datang dan memohon agar pelaku segera ditangkap. Adapula scene pada saat kasus Bundy hendak dihentikan dari tangan McChesney. Kemudian ia marah dengan wajah berkaca-kaca. Hingga scene ibu dari Ted Bundy yang marah karena tidak terima anaknya disebut pembunuh.Â
Saya berpikir scene itu mungkin dibuat untuk menghidupan emosi penonton. Mereka ingin kita sebagai penonton bersimpati dengan para korban. Namun bagi saya itu tidak berhasil.Â
Justru terkesan berlebihan dan menyebalkan. Sebaliknya, saya lebih bersimpati ketika kita diperlihatkan wajah asli para korban penghuni Chi Omega dan Detektif Charles dan McChesney yang ditampilkan pada epilog film.
Ada satu bagian yang saya paling benci di antara hal-hal yang saya benci di atas, yaitu scene pada saat Bundy kembali dari menemui salah satu penghuni asrama. Bundy diperlihatkan berusaha memuaskan diri dan berhalusinasi menggunakan bagian-bagian tubuh manekin yang ada di kamarnya.
Sebagian penonton, mungkin akan membencinya karena adegan itu cukup menganggu. Namun bagi saya hal itu menyebalkan karena tidak penting dan membuang waktu.Â
Adegan lebih dari satu menit itu bisa digunakan untuk mengisi kejadian-kejadian penting lain yang belum tercover sebelumnya. Toh ada atau tidaknya adegan ini tidak memberikan dampak apapun. Ia juga tidak menunjukkan sisi tertentu dari Bundy selain untuk mendramatisasi film.
Intinya, film Ted Bundy: American Boogeyman ini merupakan film berdurasi 96 menit yang sebaiknya tidak ditonton. Kasus ini sangat besar pada masanya. Semua orang teralihkan oleh kasus ini dan para korban selamat mengalami trauma. Sayang, film hanya memotret sisi Bundy yang 'culun'.Â
Bagi orang yang tidak mengetahui siapa Ted Bundy sebelumnya, mungkin akan menganggap para detektif ini orang-orang yang kurang kompeten. Karena tidak satupun dari sosok Bundy ataupun para detektif yang tampak hebat dalam film ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H