Mohon tunggu...
Vlomaya
Vlomaya Mohon Tunggu... Foto/Videografer - VLOMAYA (Komunitas vlogger Kompasiana Pemerhati Budaya)

VLOMAYA (Vlogger Kompasiana Pemerhati Budaya), bagi mereka yang suka menulis, yang suka membuat vlog atau video untuk berbagi. Berbagi apa saja, yang penting bermanfaat. Tagline: 'explore your (local) culture.' Ayo gabung bersama kami di wa group kami. Silakan kirim wa ke: 085313141496 atau email kami di: vloggerkompasiana@gmail.com See you guys .... ;)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Sate Klatak Ya Satenya Wong Mbantul

2 November 2017   08:22 Diperbarui: 2 November 2017   08:40 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik


Begitu katanya, sate klatak ya satenya orang (wong) 'mBantul', karena sate klatak hanya ada di Bantul. Memang sepanjang perjalanan dari arah kota Yogyakarta ke arah wisata hutan Pinus di sekitar Imogiri, bertebaran warung-warung atau tempat makan yang menyediakan sate klatak sebagai menu utamanya. 

Berapa waktu lalu, saat ada kegiatan di kota Yogyakarta, sempat saya memperhatikan hal ini (tepatnya memperhatikan setelah diinformasikan oleh pengantar saya) saat saya wisata ke areal Hutan Pinus).

Penasaran, akhirnya sayapun minta berhenti di salah satu warung penyedia sate klatak itu, ingin mencicipi, seperti apakah sate klatak yang menjadi ciri khas warga Bantul itu? Apalagi, informasi yang saya terima dari pengantar itu, sate khas ini dimunculkan pula sebagai ciri khas Yogya saat shooting film Paris I'm in love - yang shootingnya mengambil lokasi di salah satu tempat di Pasar terbesar di Bantul.

"keren dan enaklah pak pokoknya." begitu tambahan komentar yang mengantar saya itu. Iapun rupanya 'wong mBantul' dan bangga lah dengan Bantul-nya.

Sate Klatak menggunakan daging kambing segar - biasanya menggunakan daging paha kambing. Segar karena baru dipotong menjadi irisan kotak-kotak sesuai ukuran sate klatak saat ada yang pesan. Setelah diiris dari daging paha kambing yang menggantung di etalase, dipotong-potong dan ditusukkan ke dua batang besi untuk kemudian di panggang. Satu porsi sate klatak terdiri dari dua tusuk sate. 

Tusukan sate segar ini kemudian tidak dibumbui apa-apa, langsung diletakkan di atas pemanggang tradisional - menggunakan anglo dan arang. Persentuhan antara daging kambing segar dengan api dari bara api di panggangan itu kemudian menimbulkan suara 'klatak..klatak..klatak..klatak' dimana bunyi yang ditimbulkannya itulah yang kemudian menjadi asal-usul mengapa sate tersebut di sebut sate klatak. 

Tidak seperti sate pada umumnya yang disajikan berbarengan dengan bumbu kacang atau irisan cabe bawang dan kubis disiram kecap, sate klatak disajikan dengan kuah gulai (gule). Cara memakannya, sate klatak dilepaskan dari tusukannya kemudian di campurkan dengan kuah gule, barulah kita nikmati kelezatannya.

Menikmati kuliner sate klatak memang betul terasa lezatnya. Kesegaran potongan daging kambing tetap terasa hingga kunyahan terakhirnya. 

Yang belum mencoba menikmati sate klatak dan penasaran, saat berada di Yogyakarta, monggo langsung ke tkp saja di kota Bantul. 

Salam Vlomaya

@kangbugi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun