Mendongeng itu mudah dan banyak manfaatnya, tapi ada syaratnya, yaitu kenali dulu apa itu mendongeng serta beberapa kiat-kiatnya dan berlatih terus - demikian kira-kira saripati yang dapat diambil dari kegiatan 'Ngoplah bareng Kang Bugi tentang Kiat-Kiat Mendongeng.' Ngoplah atau ngobrol di Palmerah yang diadakan di Ruang Studio , Gedung Kompas-Gramedia Unit II Lt 6, Jalan Palmerah Barat 29-37, Jakarta ini memang mengambil tema tentang mendongeng atau storytelling.Â
Acara yang diadakan pada tanggal 20 September 2017 ini menampilkan kang Bugi atau yang memiliki nama lengkap Bugi Kabul Sumirat, untuk 'bercerita' tentang kiat-kiat mendongeng atau storytelling yang menarik, efektif dan tepat sasaran. Maklum, kang Bugi ini adalah seorang pendongeng yang sudah cukup tinggi jam terbang mendongengnya (beliau nggak mau disebut pendongeng profesional - karena masih merasa mendongeng adalah bagian dari hobi atau passionnya) dan kerap pula memberikan pelatihan ataupun workshop terkait mendongeng atau storytelling.
Acara yang dibuka oleh mbak Nindy dari Kompasiana ini, menyebutkan bahwa ngoplah bertujuan sebagai sarana berbagi ilmu/pengetahuan/informasi diantara kompasianer, komunitas-komunitas yang berada dalam lingkungan Kompasiana serta tentu saja dapat memberikan manfaat bagi masyarakat luas.Â
Dalam kesempatan itu pula, kang Bugimembagikan beberapa tips mendongeng,  misalnya dengan metoda dynamic reading - yaitu dimana seseorang dapat mendongeng dengan membacakan sebuah cerita dari sebuah buku (terutama bagi anak-anak di masa golden age). Metoda membacanya ini dilakukan dengan sejelas mungkin - terutama dengan menyebut secara detail hingga tokoh utama serta pengarang bukunya serta dilakukan dengan ekspresi yang menarik bagi si pendengarnya yaitu anak-anak tersebut.Â
Hal lain yang disampaikan kang Bugi, Â yang juga merupakan salah seorang pendiri komunitas Pendongeng Indonesia ini adalah bahwa saat mendongeng, lakukanlah dengan penuh rasa cinta, Â kepada siapapun audiensnya. Wah... Â menarik juga nih, apalagi sudah ada kata-kata cintanya hehe. Yang dimaksud kang Bugi dengan rasa cinta ini adalah mendongenglah dengan sungguh-sungguh, lakukan persiapan sebaik mungkin, pilih cerita yang mengandung pesan moral yang baik, berikan dongeng yang semenarik mungkin (kang Bugi menyebutnya dengan istilah mendongeng yang fun dan berkarakter) sehingga pesan tersebut sampai kepada audiensnya.Â
Saat mendongeng, jangan lupa libatkan audiens agar dongeng semakin menarik. Saat itu kang Bugi mencontohkan dengan 2 (dua) Â macam contoh tepuk tangan, yaitu tepuk 1-2-3 dan tepuk 2-1 dan sepertinya peserta ngoplah saat itu makin 'kerasan' saja mendengarkan pemaparan kang Bugi yang disampaikan dengan gaya storytelling ini.
Saat memaparkan tentang mendongeng dengan menggunakan alat peraga, kang Bugi menceritakan bagaimana 'ilmu mendongeng'nya ini ia peroleh. Menurut kang Bugi, tanpa disadari, mendongeng yang dilakukannya kepada putra semata wayangnya saat tinggal di Australia beberapa tahun yang lalu itu, melatihnya mendongeng secara autodidak.
 Saat itu kang Bugi biasa menggunakan boneka tangan Elmo yang diperolehnya di toko second hand - toko barang bekas yang lumrah terdapat di Australia. Dari situlah kemampuannya terasah. Hingga kang Bugi memiliki si Otan, boneka tangan yang berukuran cukup besar yang sekarang  ini sangat sering menemaninya mendongeng.  Kang Bugipun mendemonstrasikan bagaimana menggunakan alat peraga boneka tangan serta bagaimana merubah suara saat si Otanyang berbicara. Diakui kang Bugi,  hal tersulit adalah saat ia harus berdialog dengan si Otan,  dimana ia secara cepat harus dapat berganti-ganti suara, yaitu kapan harus menjadi kang Bugidan kapan harus menjadi si Otan.Â
Hal terakhir yang disampaikan kang Bugi sebagaimana disampaikan di awal bahwa storytelling dapat diaplikasikan di banyak bidang, kang Bugi memutarkan sebuah film tentang bagaimana sebuah iklan menggunakan sebuah kisah yang mengharukan sebagai bagian dari iklan produknya itu yang disampaikan dengan metoda storytelling. Filmnya sangat mengharukan. Hingga nyaris ke ujung akhir film tersebut, tidak ada seorangpun peserta ngoplah yang dapat menebak produk apakah yang sedang diiklankan oleh film tersebut? Ternyata di akhir film barulah jelas film ini sedang mengiklankan sebuah flashdisk dengan merek tertentu, judul filmnya adalah Mind the Gap. Tapi dengan metoda seperti itu kita semua yang menyaksikan film tersebut, masih menempel di ingatan kita tentang produk tersebut. Itulah salah satu 'kekuatan' storytelling.Â