Mohon tunggu...
Vlomaya
Vlomaya Mohon Tunggu... Foto/Videografer - VLOMAYA (Komunitas vlogger Kompasiana Pemerhati Budaya)

VLOMAYA (Vlogger Kompasiana Pemerhati Budaya), bagi mereka yang suka menulis, yang suka membuat vlog atau video untuk berbagi. Berbagi apa saja, yang penting bermanfaat. Tagline: 'explore your (local) culture.' Ayo gabung bersama kami di wa group kami. Silakan kirim wa ke: 085313141496 atau email kami di: vloggerkompasiana@gmail.com See you guys .... ;)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Ngevlog Lewat "Storybook", Mengapa Tidak?

17 September 2017   19:04 Diperbarui: 18 September 2017   09:07 719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aplikasi Steller (screenshot darinaplikasinya - dok pribadi)

Bentuk vlog (video blog) itu bermacam-macam, tergantung selera si pembuat vlog (biasa disebut vlogger), biasanya, yang penting ada cerita atau pesan yang ingin disampaikan dan tentu saja dalam bentuk video.

Cara menyampaikan dalam vlog, bergantung seleranya itu, ada yang isinya 'ngoceh' aja, tentang satu atau beberapa topik, kadang nggak peduli nyambung atau tidaknya; ada vlog yang menyampaikan informasi tentang aktivitas kesehariannya atau aktivitas yang dianggapnya perlu untuk dibagikan; ada juga yang diselingi dengan musik yang cocok dan beberapa potongan-potongan foto didalamnya; ada pula yang hanya menyajikan gabungan foto - video - teks/informasi dan musik tanpa ada narasi sama sekali didalamnya. 

Semua sah-sah saja sepanjang ada message atau pesan yang ingin atau dapat disampaikan kepada para penontonnya. 

Karena namanya juga video blog, perlu ada unsur 'blog' didalamnya. Ada ceritanyalah. Untuk hal ini, bolehlah kita buka-buka lagi catatan kita tentang apa itu blog dan bagaimana membuat blog yang baik dan seterusnya. 

Nah, mungkin ada saatnya kita ingin sedikit variasi - tidak hanya membuat vlog (atau mungkin sedang nggak mood membuat vlog), tapi ingin tetap 'bercerita' tentang sesuatu yang ada fotonya, ada teksnya, ada videonya juga - seperti 'ngevlog'lah hanya dalam bentuk lain, vlogger-vlogger bisa mencoba aplikasi STELLER, keluaran Mombo Labs Inc. 

Aplikasi Steller (screenshot darinaplikasinya - dok pribadi)
Aplikasi Steller (screenshot darinaplikasinya - dok pribadi)
Aplikasi Steller mudah diinstal di smartphone Android - hanya memang tidak semua bisa diinstal otomatis, masih bergantung dengan HP android yang dimilikinya. Bila cocok, akan langsung terinstal. Bila tidak cocok, Steller akan meminta maaf kepada anda bahwa Steller ini belum cocok terinstal di HPnya.

Saya sendiri, yang sudah jatuh cinta sejak lama dengan aplikasi ini, tapi baru dapat menginstal Steller setelah berganti HP, maklum di HP yang lama nggak cocok .

Steller itu sendiri adalah singkatan dari 'storyteller'. Anda tetap diharapkan dapat terus bercerita dan bercerita melalui aplikasi ini. Bercerita dalam gabungan teks, foto dan video (videonya dapat memunculkan suara juga - hanya durasinya yang terbatas, yaitu hanya 15 detik).

Lihat yang Steller katakan,"Steller memungkinkan Anda menemukan, membuat, dan berbagi cerita dengan foto, video, dan teks."

Sebagian menyebut Steller sebagai: ebook (karena berbentuk elektronik) atau photobook (karena banyak pula yang membuatnya sebagai album foto) atau storybook (karena Steller ini tetap meminta anda untuk bercerita, bercerita dan bercerita - bisa dalam format lengkap gabungan teks, foto & video, dimana kemudian kita membagikan cerita-cerita tersebut).

 Saya lebih memilih menyukai sebutan storybook - buku yang bercerita. 

Bercerita atau berstorytelling melalui storybook sama menariknya dengan saat kita nge-vlog. Challenge atau tantangannya sama, hanya target audiensnya yang berbeda. 

Oya, yang sedikit membedakan dengan vlog adalah Steller dapat diedit kembali - kapanpun setelah cerita kita terpublikasi, sementara vlog (bila sudah di-youtube-kan) tidak bisa. 

Dalam storybook keasyikan kita juga dapat ditimbulkan saat kita men-swipe atau membolak-balik halaman storybook Steller itu. Bila ada videonya, maka videonya akan langsung bergerak (demikian pula bila kita share melalui facebook) , kecuali bila kita membuka Steller diluar aplikasinya, melalui browser, videonya harus diklik terlebih dulu baru bergerak. 

Sehingga, dalam storybook Steller-pun, dapat terdiri dari kumpulan potongan-potongan video didalamnya. Hasrat seorang vlogger untuk men-share videonya tetap dapat tersalurkan. Anda dapat mengibaratkan sedang membuat vlog melalui (bentuk) storybook, bukan begitu? 

Ini contoh cerita saya di Steller:

Check out my story on Steller: https://steller.co/s/7NjyxhYhsp8

Berani mencoba selera lain? Selamat mencoba ya.

Salam. 

@vlo_maya

Artikel sebelumnya: 

http://www.kompasiana.com/vlomaya-official/59ba362353564008d21c1672/menikmati-palimbangang-transportasi-ke-pulau-lakkang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun