Bercerita atau berstorytelling melalui storybook sama menariknya dengan saat kita nge-vlog. Challenge atau tantangannya sama, hanya target audiensnya yang berbeda.Â
Oya, yang sedikit membedakan dengan vlog adalah Steller dapat diedit kembali - kapanpun setelah cerita kita terpublikasi, sementara vlog (bila sudah di-youtube-kan) tidak bisa.Â
Dalam storybook keasyikan kita juga dapat ditimbulkan saat kita men-swipe atau membolak-balik halaman storybook Steller itu. Bila ada videonya, maka videonya akan langsung bergerak (demikian pula bila kita share melalui facebook) , kecuali bila kita membuka Steller diluar aplikasinya, melalui browser, videonya harus diklik terlebih dulu baru bergerak.Â
Sehingga, dalam storybook Steller-pun, dapat terdiri dari kumpulan potongan-potongan video didalamnya. Hasrat seorang vlogger untuk men-share videonya tetap dapat tersalurkan. Anda dapat mengibaratkan sedang membuat vlog melalui (bentuk) storybook, bukan begitu?Â
Ini contoh cerita saya di Steller:
Check out my story on Steller: https://steller.co/s/7NjyxhYhsp8
Berani mencoba selera lain? Selamat mencoba ya.
Salam.Â
@vlo_maya
Artikel sebelumnya:Â