Bagi pelaku politik yang mungkin belum merasakan keuntungan dari kontestasi politik ini juga harus menjadikan Nyepi dan Ramadhan sebagai arah jarum kompas yang harus diikuti, ketika hasil pemilu dianggap masih belum memberikan keuntungan, maka sikap terhormat dengan mengiklaskan dan tidak menyalakan api (Amati Geni) yang memanaskan situasi apalagi sampai memecah belah keharmonisan masyarakat.
Hadiah Nyepi dan Ramadhan untuk situasi Politik Negeri ini juga mengajarkan tentang pentingnya kesabaran ketika ada beberapa protes-protes tentang hasil perjalanan pemilu yang dianggap terjadi ketidak sesuaian, terjadi kecurangan atau lainnya,
Jika berbicara hasil pemilu yang terjadi masalah, tentunya ada suatu mekanisme melalui Mahkamah Konstitusi, juga bisa melalui Hak Angket di DPR dan itu proses paling bijak dan tentunya proses yang “sah” dari pada sengaja memperkeruh suasana politik atau dengan secara sengaja menghasut dengan ketidak pastiaan isu-isu politik yang tentunya hanya merugikan Masyarakat.
Meskipun Nyepi dan Ramadhan tidak bisa sepenuhnya “mensucikan politik” seyogyanya kehadiran hari raya suci ini dapat lebih mewujudkan “ketertiban politik”, karena sejatinya yang dibutuhkan bangsa ini adalah sikap yang harmonis, bersatu, tidak saling menjelekkan, dan saling memaafkan antar sesama elit politiknya.
Dengan demikian, pada perayaan Nyepi dan Ramadhan ini politik yang panas, perilaku buruk seperti fitnah, berbohong, sifat menghalalkan segala cara yang tidak baik demi mencapai tujuannya harus sudah terlebur dan hilang di kontestasi perpolitikan berikutnya.
Selamat hari raya nyepi tahun saka 1946 dan selamat menunaikan ibadah puasa 1445 H.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H