Mohon tunggu...
Risalah Amar
Risalah Amar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, pegiat pranikah

Penulis Lepas, dan Melepas Tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Music

Coldplay, Antara Penolakan dan Dukungan

19 Mei 2023   01:09 Diperbarui: 19 Mei 2023   01:27 1583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Musik. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Sebentar lagi, grup musik internasional, Coldplay akan menggelar konser di Jakarta. Kedatangannya disambut dengan meriah oleh banyak khalayak. Bahkan, bukan hanya para penggemar, tapi juga oleh elemen pemerintahan.

Akun resmi Kemenparekraf di Instagram, akun resmi Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta, hingga akun pribadi Sandiaga Uno sebagai menteri, mengunggah penyambutan grup band besar ini. 

Akan tetapi, di balik ini semua, jamak kita ketahui bahwa secara pribadi, para personil Coldplay mendukung gerakan LGBT atau homoseksual. 

Dukungan ini berulangkali diserukan di berbagai forum, bahka juga beberapa kali di konser mereka, dikibarkan bendera LGBT. 

Lalu, bagaimana sikap kita sebagai umat Islam di Indonesia?

Pertama, kita analisis dulu kedatangan dan platform Coldplay di Indonesia. Kedatangan mereka adalah bagian dari tur besar dunia yang terakhir kali dilakukan sebelum pandemi. 

Dalam tur ini, mereka mengangkat tema lingkungan, bahkan sampai diberikan apresiasi oleh para pegiat lingkungan.

Isu lingkungan yang mereka angkat, menutup jauh masalah dukungan mereka pada LGBT. Selain itu, memang secara umum, lagu-lagu Coldplay sendiri tidak gamblang mengangkat persoalan LGBT. 

Kedua. Bagi pemerintah RI, kedatangan Coldplay justru dimanfaatkan untuk menggenjot pariwisata serta UMKM yang terpukul karena pandemi. Selain itu, bisnis merchandise serta periklanan, juga bangkit lagi karena hal ini.

Melihat dua isu ini, sebenarnya kita harus hati-hati. Jika kita langsung menolak kedatangan Coldplay dengan aksi massa atau menyebarkan selebaran yang berisi propaganda anti LGBT, maka justru akan ada arus balik orang menentang dakwah.

Orang akan melihat kita tak lebih sebagai orang yang liar atau barbar, tidak mengenal peradaban, dan asal tolak begitu saja. Apalagi, platform ramah lingkungan yang dibawa oleh Coldplay dan dipromosikan dengan gencar bahkan oleh kantor pemerintahan, sehingga, menutup isu LGBT.

Penolakan langsung pada kedatangan Coldplay di Jakarta pasti akan dibenturkan langsung dengan isu lingkungan dan juga keumuman lagu-lagunya yang tidak sama sekali membahas masalah LGBT. 

Lalu, dari sini timbul persoalan, bagaimana cara yang tepat untuk menolak, atau, minimal membatasi penyebaran LGBT?

Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan. Pertama, memberikan kajian atau propaganda mengenai LGBT, akan tetapi tidak langsung menembak pada Coldplay atau acara yang berkaitan pada Coldplay, sehingga lawan-lawan dakwah tidak bisa mengaitkan antara isu LGBT dengan penolakan Coldplay.

Kedua, pada hari kedatangan Coldplay, buat saja sebuah event yang dapat membuat media massa atau media sosial lebih ramai lagi. Event itu bisa jadi event dakwah atau sebuah majelis taklim besar. 

Misalkan, influencer-influencer secara bersamaan mengunggah konten mengenai bahaya LGBT dan juga disertai dengan webinar yang mendidik orang.

Cara semacam ini, kelihatannya lebih mendidik, daripada sekadar menolak, yang malah akan membuat citra dakwah semakin buruk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun