Mohon tunggu...
Vladimir Preximovic
Vladimir Preximovic Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Asli Semarang tapi jarang ada di Semarang. Melanglangbuana menjelajah ke seluruh pelosok nusantara demi mengusahakan rezeki yang halal untuk anak-istri dan keluarga....

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

LPI, Revolusi yang Terlalu Singkat di Waktu yang Belum Tepat (Seri 2)

25 Agustus 2013   20:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:49 1036
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

LAHIRNYA INDONESIAN PREMIER LEAGUE (IPL)

Melihat gelagat negatif PTLI, PSSI mencoba membujuk PTLI untuk tetap memutar kompetisi sesuai jadwal yang disepakati yaitu bulan Oktober 2011.  Namun dengan berbagai alasan Djokdri tetap menyatakan mundur.  Akhirnya PSSI menggelar rapat Exco untuk mencari jalan keluar, dan disepakati membentuk operator baru yang diberi nama LPIS dan diketuai oleh Wijayanto.  Permasalahan pertama timbul karena tim verifikasi diisi oleh gerbong lama, yaitu Tony Apriliani yang belum banyak tahu mengenai aturan sepakbola.  Akibatnya sengketa yang terjadi pada beberapa klub seperti Persija dan Arema tidak teratasi.  Exco gerbong lama yang lain ikut mengompori, seperti Roberto Rouw yang ikut menerjunkan anggota-anggota Ormas Pemuda Pancasila yang menyamar menjadi the Jakmania untuk melakukan demo The Jakmania di kantor PSSI.  Padahal kalau yang tahu seluk-beluk Persija pimpinan Ferry Paulus yang menjegal kursi kepemimpinan Hadi Basalamah secara tidak fair, maka Ane yakin kalian tidak akan melabeli Persija yang ada Bepe-nya yang asli.  Akhirnya Hadi Basalamah beserta 27 klub anggota Persija membentuk Jakarta FC untuk berkompetisi di LPI.

Masalah kedua adalah LPIS tidak murni diisi orang yang memutar LPI, orang-orang reformis dan orang-orang yang berpengalaman menangani persepakbolaan Indonesia.  Akibatnya sponsor-sponsor besar yang sebelumnya ikut menggawangi LPI seperti Coca Cola (saat itu akan menggunakan brand Big Cola sebagai sponsor) dan Microsoft, masih belum terlalu yakin dengan kapasitas LPIS, sehingga menunda untuk mensponsori IPL (masih wait & see).  Begitupun dengan konsorsium yang terlibat, ada bagian-bagian dari gerbong lama yang ikut menumpang.

Kabar menyedihkan tentu saja datang kepada klub-klub LPI.  Setelah sebelumnya mereka dipaksa mengalah dengan menghentikan kompetisi di tengah jalan, untuk menghormati PSSI dan bersatunya persepakbolaan Indonesia, maka saat penyatuan kompetisi pun mereka tidak boleh berpartisipasi secara langsung, karena mereka bukan anggota PSSI.  Jalan keluarnya mereka diminta merger dengan klub-klub yang sudah ada, untuk bisa ikut berkompetisi.  Dengan waktu yang mepet (hanya 2 bulan), tentu saja sulit bagi mereka untuk mencari rekanan merger, apalagi klub-klub Indonesia rata-rata tidak memiliki manajemen murni karena dipimpin oleh kepala daerah.  Belum lagi klub-klub ISL yang pongah karena merasa bisa mengandalkan fanatisme yang padahal tidak terkelola dengan baik.  Akhirnya dari 15 klub LPI (non eks ISL) yang ada hanya 5 klub yang berhasil merger dengan klub yang berkiprah di tier 1, yaitu Atjeh United (Persiraja), Bintang Medan (PSMS), Jakarta FC (Persija), Bogor Raya (Persijap) dan Bandung FC (Persiba).  Sedangkan 7 klub merger dengan klub Divisi Utama (Minangkabau FC - Persik; Batavia Union - Pro Duta; Tangerang Wolves - Persikota; Real Mataram - PSS; Solo FC - Persis; Semarang United - PSIS; Bali Devata - Persires Rengat), serta 3 klub harus membubarkan diri karena tidak mendapatkan rekanan merger (Medan Chiefs, Manado United, Cendrawasih Papua).

Melihat hal yang tidak sesuai dengan kesepakatan sebelumnya, AP mengurangi dukungannya kepada Djohar dkk, karena PSSI dianggap terlalu mengakomodir semua kepentingan karena khawatir kurang mendapatkan dukungan dari publik tanah air.  Akibatnya PSSI menjadi tidak terarah, keputusannya sering berubah-ubah dan orang-orang reformis satu persatu mulai mundur teratur.  Hal yang sama dilakukan oleh sponsor-sponsor besar, Big Cola, Bank Saudara dan Bank Mandiri enggan menjadi sponsor utama IPL.  Apalagi ditambah kenyataan IPL ternyata hanya berhasil menggaet 12 peserta untuk berkompetisi.

Dengan ketiadaan sponsor, pengelolaan yang amburadul, kurangnya publikasi dari MNC, membuat IPL kalah gemerlap dengan ISL di tahun yang sama.  Namun, IPL mampu menciptakan diferensiasi dengan hadirnya klub-klub dari luar Indonesia untuk beruji tanding dengan klub-klub IPL.  Di sini kembali PSSI kurang bisa mengendalikan kerja sama uji coba dengan klub-klub luar, karena klub-klub luar rata-rata hanya ingin beruji coba dengan Persebaya Surabaya yang memiliki fanatisme suporter yang tinggi.  Padahal seharusnya PSSI bisa mengelola klub-klub yang ingin beruji tanding dengan klub Indonesia dengan cara pembagian secara merata.  Misalnya tetap ada Persebaya tapi juga melibatkan klub-klub besar lain seperti Persiba Bantul, Arema Malang, Persija Jakarta, Semen Padang, PSM Makassar, misalnya dengan membuat turnamen mini di jeda kompetisi.  Hal ini memicu kecemburuan dari klub-klub yang tidak menerima ajakan uji tanding.

Kembali ke persiapan kompetisi.  Munculnya La Nyalla menjadi biang kekisruhan dengan menyebarkan selembar kertas hasil Kongres Bali palsu mengenai jumlah peserta kompetisi yang harus 18.  Padahal hasil keputusan rapat Exco, memutuskan 24 klub yang akan ikut kompetisi sesuai hasil tertinggi dari verifikasi AFC.  Namun, sayang dari 34 klub yang diikutkan verifikasi, hanya 6 klub yang berhasil memenuhi 5 syarat klub profesional oleh AFC.  Namun, ke-6 klub tsb tidak ada satupun yang merupakan klub ISL.  Sayang fakta ini sengaja dikaburkan, untuk memuluskan usaha pembelotan klub-klub ISL dari kompetisi yang dibentuk oleh PSSI.  Klub yang lulus verifikasi adalah Persibo Bojonegoro, Persik Kediri, PSIS Semarang, Persikota Tangerang, Persis Solo dan Persebaya Surabaya.  Oleh karena hanya 6 klub, (belum memenuhi kuota minimal liga profesional AFC 10 klub), maka akhirnya kompetisi diputuskan menjadi 24 klub.  Namun, di luar La Nyalla membuat isu bahwa IPL akan diikuti 18 klub, kemudian beberapa hari kemudian dia berkamuflase dengan marah-marah karena Exco merubah kembali peserta menjadi 24 klub.  Padahal sejatinya Exco tidak pernah memutuskan kompetisi diikuti 18 klub.  Kamuflase La Nyalla ini seolah mencitrakan PSSI plin-plan dalam memutuskan peserta kompetisi dan dilambungkan menjadi isu utama untuk membenarkan pembelotannya beserta klub-klub ISL.  Baca lagi beberapa paragraf di atas, gerbong lama tidak mungkin berjuang di dalam organisasi karena mereka kalah jumlah.  Jadi, isu-isu ini hanyalah akal-akalan para exco gerbong lama ini untuk berjuang di luar koridor PSSI.  Dengan berada di luar kantor PSSI, mereka akan leluasa membuat siasat dan strategi.

Dengan persiapan yang mepet, ditambah amburadulnya proses verifikasi, LPIS memulai kompetisi IPL dengan kembang kempis.  Namun, kick off tetap dihelat sesuai jadwal, meskipun ada beberapa pertandingan yang batal digelar karena mundurnya klub-klub ISL dari kompetisi.  Persib Bandung bermain imbang dengan Semen Padang dalam partai pembuka IPL 2011-2012.  Di sini klub-klub ISL berhasil mencitrakan bahwa kinerja LPIS tidak baik dan amburadul, dan mulai menyebut-nyebut kinerja PTLI lebih baik.

Kompetisi dihentikan sementara untuk helatan SEA GAMES 2011.  Di sini juga terlihat kekacauan PSSI yang terkesan memaksakan liga bergulir di bulan Oktober 2011, padahal mereka tahu bahwa di bulan November 2011 akan digelar SEA GAMES 2011.  Namun, dengan berbagai permasalahan yang mendera, LPIS tetap mengerjakan tugasnya dengan baik sampai kompetisi selesai, meskipun banyaknya gangguan dari pihak luar, sehingga LPIS paling tidak harus merevisi jadwal sampai lebih dari 10 kali.  Ini tentu saja menyulitkan LPIS dalam menggarap pekerjaan lain yang sama pentingnya, yaitu berburu sponsor.

Tunggu artikel terakhir dari serial ini yang akan mengungkap jalannya dua kompetisi, munculnya KPSI sampai pembunuhan berencana terhadap LPIS dan klub-klub yang terlibat di dalamnya pada seri ketiga minggu depan.  Untuk komentar yang masuk, sabar dulu untuk mendapatkan balasan dari Ane.  Terima kasih, tetap semangat dengan persepakbolaan nasional!!!

Salam Sepakbola Bangkit!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun