Mohon tunggu...
Vlady Afief Al F
Vlady Afief Al F Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Jika kita yakin semua pasti tejadi

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Ngga Bisa Nulis, Tenang "Rika Ora Dewekan"

23 Mei 2016   11:34 Diperbarui: 23 Mei 2016   11:42 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menulis adalah suatu kemewahan, langka dan limited edition.  Nyatanya memang tidak banyak orang yang suka menulis. Bagaimana pendapat Anda????  

Lupakan dulu pernyataan diatas. Marilah kita coba bertanya kepada teman atau kita sendiri, "berapa kali dalam sehari kita menulis???" mungkin hanya Tuhan yang tahu jawabnya...  Lain halnya jika kita bertanya "Berapa kali dalam sehari kita update status di medsos?" di zaman sekarang saya berani bertaruh hanya nol koma sepersekian persen yang menjawab tidak pernah, atau hanya sekali.

Menulis nampaknya memang belum dianggap sesuatu yang populis bahkan tergolong budaya langka. Kalaupun ditanyakan mengapa, sebagian besar akan mengaku tidak bisa menulis.

Aneh saja karena disisi lain kita terbiasa dengan meng-Update status (yang mungkin telah menjadi bagian dari gaya hidup kita). Bayangkan saja mulai bangun tidur, mau makan, patah hati, jalanan macet, bahkan (maaf) mau p** saja kita di medsos.

Kabar baiknya hal itu tidak lantas menjadikan kita lebih maju dalam budaya menulis.  Masih sering kita mendengar celetukan dari teman bahwa Menulis itu Susah, Bingung mau nulis apa. Atau bahkan Anda sendiri yang berfikir seperti itu.

Pemikiran yang salah??? Menurut saya sah sah saja. Maksud saya tidak salah dan anda tidak sendirian. Negara kita memang masih minim dalam hal menulis. Data percetakan buku menunjukkan dalam setahun hanya ada 8.000 buku yang diterbitkan di Indonesia, bandingkan dengan jumlah penduduk yang terdiri lebih dari 225 juta jiwa.

Atau mari kita salahkan saja historis bangsa indonesia yang mempunyai budaya suka bertutur, bercerita dari mulut ke mulut. Sehingga kita tidak terlahir sebagai makhluk yang gemar menulis.

Jangankan menulis, besarnya budaya membaca masih jauh dari kata memuaskan. Kita bisalihat dari penelitian UNESCO bahwa indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001. Artinya dalam setiap 1.000 orang, hanya ada satu orang yang punya minat membaca.

Jadi jika minat baca saja minim, bisa dibayangkan sebesar apa minat menulis di kalangan orang Indonesia. Artinya kita bukan satu satunya di Indonesia yang phobia menulis atau bahasa Banyumasnya "Rika ora dewekan". Ya memang beginilah Indonesia kita tercinta ini.

Bagaimana jika kemudian kita bukan termasuk orang Indonesia kebanyakan dan penasaran ingin belajar menulis??

Gertrude Stein pernah menulis, "Menulis adalah menulis adalah menulis adalah menulis adalah menulis adalah menulis adalah menulis." Yang mungkin maksudnya  adalah bahwa menulis itu ya soal menulis, dari awal sampai akhir. Bahwa menulis adalah menulis. Pokoknya menulis. Bagaimana mulai menulis? Menulis. Bagaimana untuk dapat terus menulis? Ya terus menulisatau bahasa kerennya just write.

Hal yang sama berlaku bagi penulis pemula, memperbanyak tulisan akan memperbesar kemampuan menulis kita. Padahal tak sedikit orang ingin tulisannya langsung hebat dalam tulisan pertama sehingga pembaca kagum dan berkomentar "Wow".

Yang harus kita sadari bahwa tulisan yang bagus butuh proses berulang kali. Perulangan tersebutlah yang akan melatih kita menuju kesempurnaan hasil. Tidak jarang kita penasaran dan mencoba menulis. Setelah selesai ternyata hasilnya tidak sesuai harapan. Mungkin tulisannya jelek, tidak beraturan, bikin pusing, atau terlihat konyol. Kemudian kita malas dan tidak menulis lagi.

Tak mengapa, semuanya pernah mengalami hal itu. Mungkin pada tulisan yang kesekian tulisan kita baru terlihat bagus. Menulislah terus, biar saja jelek toh kita masih belajar.

Cuekin saja apa kata orang yang penting kita nulis, tulis apa saja, sesuka kita, semau kita. Jangan terpancing tulisan harus puitis, harus ilmiah, harus panjang, dan aturan lain yang membuat illfeel.

Tapi jangan lupa, untuk memperkaya seni menulis dan materi tulisan kita juga harus membaca. Kalaupun kita sangat sibuk untuk membaca, buka mata dan telinga lebar lebar, memperbanyak melihat kejadian dan mendengar berita. Semakin banyak wawasan berbanding lurus dengan kemahiran menulis. Idealnya sih kita harus banyak membaca dann berdiskusi supaya lihai dan cerdas memilah kalimat.

Menulislah layaknya kita update status, atau mungkin seperti kita menulis diary. Tulis apa saja, kapan saja, dan dimana saja kita mau. Yakin saja suatu saat tulisan kita bagus, sampai akhirnya kita PD untuk berkata "Ini lho tulisan Gw.....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun