Mohon tunggu...
Viviane Annisa
Viviane Annisa Mohon Tunggu... Apoteker - Setiap tulisan mengandung refleksi dari pemikiran dan data yang tervalidasi

Apoteker, Farmasi UGM '12

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Sudah Siapkah New Normal?

5 Juli 2020   00:15 Diperbarui: 5 Juli 2020   00:55 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
seminar.gunadarma.ac.id

New normal sudah diberlakukan mulai 1 Juni 2020 di beberapa wilayah saja yang dinilai sudah siap. Indikator kesiapan wilayah ini diatur dalam peraturan Keputusan Mendagri No. 440-830 Tahun 2020 tentang Pedoman Tatanan Normal Baru produktif dan aman Covid-19 bagi ASN di lingkungan kementerian dalam negeri dan pemerintah daerah.

Pemberlakuan new normal atau pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada suatu daerah dinilai melalui 3 indikator, yakni kondisi epidemologi, kemampuan daerah dalam penanganan kesehatan masyarakat yang terinfeksi Covid-19, dan kemampuan pemerintah daerah melakukan penelusuran kontak dekat masyarakat dengan ODP dan PDP serta orang yang dimakamkan dengan protokol Covid-19.

Pada awalnya boleh saja kita optimis dengan wilayah X yang memiliki penilaian baik dari ketiga indikator tersebut, namun siapa yang akan menjamin kota X itu akan tetap aman dari virus jika keran penyebaran masih dibuka? Orang dari luar kota akan masuk kota X atau orang dari kota X keluar kota lalu masuk lagi ke kota X akan sangat berisiko jika orang tersebut membawa virus.

Ibarat menguras bak mandi dengan keran terbuka, sebagus apapun penanganannya apabila keran penyebarannya masih dibuka, maka tidak akan ada habisnya. Mari kita lihat data pasien positif Covid-19 mulai bulan Mei, Juni sampai awal Juli, dari 10.551 meningkat menjadi 26.940 hingga per 4 Juli tercatat sebanyak 62.142 kasus positif.

Bukankah kenaikannya sangat tajam semenjak diberlakukannya new normal? Jumlah kenaikan pasien positif dari awal Juni hingga awal Juli tembus hampir 40 ribuan.

Lain halnya dengan wilayah yang tidak menerapkan PSBB, melainkan masa tanggap darurat Covid-19 seperti Yogyakarta. Yogyakarta masih memperpanjang masa tanggap darurat Covid-19 yang tadinya sampai akhir Juni lalu diperpanjang lagi menjadi akhir Juli.

Namun ternyata trend kurvanya juga terus meningkat. Masa tanggap darurat tersebut tidak diiringi dengan pembatasan keluar masuk orang dari kota tersebut, kembali lagi seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa jika kerannya masih dibuka maka pasien postiif akan terus ada.

Suatu wilayah yang dinilai kesiapannya mencukupi akan berhasil jika akses masuk dan keluar wilayah tersebut dibatasi. Selama ada wilayah yang belum aman, maka perjalanan atau kunjungan antar wilayah akan berkontribusi besar terhadap penyebaran virus.

Karantina selama 14 hari setelah berpergian sepertinya tidak cukup efektif karena tuntutan pekerjaan, kesibukan, serta minimnya pengawasan. Padahal sangat bagus jika betul-betul dilakukan.

Pada akhirnya, kita semua tahu bahwa aspek ekonomi harus diselamatkan, namun aspek kesehatanlah yang harus diprioritaskan. Dari data kenaikan pasien positif ini, pemerintah sebaiknya segera mengevaluasi wilayah yang telah memberlakukan new normal.

Permasalahannya bisa saja tidak hanya dari pelanggaran protokol yang dilakukan oleh masyarakat, namun bisa saja ada beberapa peraturan new normal yang dilonggarkan seharusnya tidak dilonggarkan. Bila memang kita belum siap, mari satukan kekuatan, lalu berjalan bersama sesuai track dengan satu tujuan yang sama. Akan selalu ada harapan itu, untuk bisa hidup normal kembali, entah kapan itu tiba.

-vv-

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun