Mohon tunggu...
Vivi yunaningsih
Vivi yunaningsih Mohon Tunggu... Wiraswasta - Biarkan air mengalir sekehendaknya

Menulislah maka akan kau temukan ketenangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Telur Pecah

26 Desember 2020   13:37 Diperbarui: 26 Desember 2020   13:53 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kekonyolan apa yang pernah saya buat? Dua hari dua malam saya ingat-ingat kejadian-kejadian apa yang pernah saya lalui di sepanjang hidup saya. Yang mungkin bisa bikin Indonesia tertawa. Aduh, tema tulisan event kompasiana Indonesia butuh ketawa bikin saya harus berfikir jauh kebelakang. Pastinya banyak hal yang sudah dilewati, yang menyebalkan, yang lucu, yang penuh cinta, setiap manusia punya ceritanya masing-masing.

Kalau hal konyol seperti pakai kerudung kebalik jelas itu sering dilakukan biasanya karena buru-buru dan syukur bisa langsung di koreksi orang rumah sebelum dapat malu lebih panjang. Atau membuang sesuatu yang tidak seharusnya dibuang gara-gara dilakukan sambil ngobrol. Semua orang sudah hampir pernah melakukannya.

Oke, saya ceritakan kejadian sekitar tujuh tahun lalu. Entah apa saya bisa menceritakannya dengan baik adegan-adegan yang dulu pernah saya alami hingga #Indonesia yang sedang butuh ketawa bisa terhibur membacanya.

Kejadiannya sekitar jam 10, saya baru selesai jemur pakaian. Setelah berpikir menu masak hari itu, saya kepingin bikin telor bulat balado. Jadilah harus menyiapkan bahan-bahannya. 

Telor jadi bahan utama. Berhubung stock telor di rumah kurang jadilah pergi ke warung Mama Lia (bukan nama sebenarnya). Tidak ada acara ngobrol lama di warung Mama Lia dan sekilo telor sudah ditangan, langsung balik ke rumah. Mungkin karena matahari sedang panas-panasnya saya jadi kurang fokus jalan, terbirit-birit menghindari matahari. Takut bedak luntur keringetan. Walhasil saya kesandung polisi tidur dan jatuh terduduk. Plastik telor masih tergenggam tapi isinya sudah amburadul. Masih untung belinya di warung tetangga. Buru-buru deh bangun begitu lihat telor sudah pecah semua. 

Tanpa tengok kanan kiri, tanpa membersihkan tangan yang belepotan tanah kering, tanpa sempat berpikir apa ada tetangga yang melihat dan ngakak antara dosa dan kasihan. Yang terpikir selamatkan telor dari mubazir. Niat bikin telor bulat balado harus pupus jadi telor dadar. Bayangin sebesar apa telor 15 butir didadar? Tak ada yang bisa diselamatkan. Siang, sore sampai besok paginya masih menikmati telor dadar pecahan. Dimakan saja bareng sambel kecap dan kerupuk yang jadi teman setia. Mau marah sama siapa coba? Masa sama polisi tidur yang tidur sembarangan di tengah jalan.

Mosok setelah ini saya harus usul pak RT biar tuh polisi tidur dibongkar. Nah, kalau pak RT nanya alasan usulan saya terus saya cerita itu semua gegara telor sekilo yang pecah kesandung polisi tidur, kemudian Pak RT yang humoris itu bikin rapat RT, bicara sama semua warga yang hadir bahwa ada usulan warga biar polisi tidur dibongkar karena kasus telor pecah, apa kata penduduk se-RT? Bisa jadi bahan gosip se-RW mungkin kalau kemudian yang hadir cerita sama teman-teman arisannya. 

"Itu loh bu V kesandung polisi tidur di depan rumah Bu A, telornya pecah semua. Eh, dia terus usul polisi tidur dibongkar. Padahal siapa yang salah coba?"

"Iya ya, jatuh sendiri tapi nyalahin yang lain."

"Lagian udah ibu-ibu masih jatuh. Gak malu sama anak yang baru belajar jalan."

"Eh ibu-ibu, kebayang gak sih gimana jatuhnya sampai telornya pecah semua?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun