Mohon tunggu...
Vivi Widya Susanti
Vivi Widya Susanti Mohon Tunggu... Guru - Khairunnas anfa'uhum linnas

Baru Belajar Nulis - Belajar Baru Nulis

Selanjutnya

Tutup

Diary

Surat Rindu untuk Al

5 September 2022   00:00 Diperbarui: 8 Oktober 2022   09:05 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Assalamu'alaikum Al,

Apa kabarmu hari ini Nak?

Semoga ketika kamu membaca surat ini, kamu dalam keadaan sehat dan bahagia.

Malam ini adalah malam ke-1283 semenjak Unda memutuskan untuk menjalani takdir yang Unda 'minta' kepada-Nya.

Sebuah permintaan khusus yang Unda panjatkan jauh beberapa puluh tahun sebelum kamu hadir kedunia.

Tepat diusia Unda yang ke-30, Allah mewujudkan salah satu keinginan Unda.

Cita-cita Unda. Sebuah profesi yang membuat Unda memilih menjadi pribadi seperti sekarang ini sejak lulus sekolah.

Profesi yang sebelumnya hampir Unda sangka  tidak akan pernah Unda jalani.

Menjadi seorang Guru BK.

Lain waktu akan Unda bagi cerita, kenapa Unda ingin sekali menjadi seorang Guru BK ya Nak..

Sebenarnya Al; beberapa waktu setelah kamu lahir, Unda telah menemukan perasaan itu. 

Perasaan bahagia dan bangga luar biasa karena Unda diberi kesempatan menjadi seorang 'Ibu'.

Seorang Ibu sejatinya adalah seorang Guru. Al Ummu Madrasatul Ula.

Saat itu, dunia Unda luar biasa istimewa. Kehadiranmu adalah keajaiban disetiap liku-liku bertumbuhnya kehidupan Unda.

Kamu kecil. Indah. Menakjubkan. Tak satupun hari bisa Unda lewati tanpa menatap dalam kearah matamu yang bercahaya.

Bahkan ketika Unda yang saat itu masih seorang karyawan disebuah perusahaan, ingin sekali mengajukan surat resign agar bisa lebih lama menikmati waktu bersamamu dirumah. Menjadi seorang Ibu untukmu. 24/7 ada didekatmu.

Al usia 2 tahun
Al usia 2 tahun

Namun Al..

Unda menyadari.. bahkan tak sampai hati membiarkan Ayahmu sendirian bekerja untuk membangun pondasi bahtera kecil yang baru saja berlayar ini. Sebisa mungkin Unda menguatkan pundak ini untuk tegak berjalan menuju tempat bekerja dan lekas pulang menemuimu ketika jam istirahat tiba untuk memberikan ASI.

Hari-hari yang berat itu perlahan terasa ringan Al, ketika melihatmu tumbuh sehat dan lucu. Tentu saja Unda tidak sendirian,  Allah memperkenankan orang-orang hebat ini ada disekelilingmu. Menjagamu. Menyayangimu. Mbah, Uti, Kung, Tante dan Om. Setidaknya ketika Unda dan Ayahmu bekerja, kamu tidak kekurangan kasih sayang. Gelasmu akan tetap penuh. Cinta itu akan selalu penuh.

Hari berganti hari.

Tahun berganti tahun.

Rezeki Allah tak henti mengalir bersama dengan pertumbuhanmu, Al.

Tahun kedua setelah kamu lahir, kita bertiga sudah bisa tinggal dibawah atap yang sama.

Meskipun banyak upaya yang harus dilakukan, Unda bersyukur bisa melihatmu berlarian dirumah yang lapang karena masih minim barang-barang. Unda sempat berjanji akan membuat rumah ini sebagai tempat bermain paling nyaman untukmu. Unda akan bekerja keras bersama Ayahmu. Mengisi meja makan dengan menu yang bernutrisi untuk kesehatanmu. Mempersiapkan sekolah yang terbaik untuk pendidikanmu. Pakaian terindah. Sepatu ternyaman. 

Al dengan kemampuan abstraknya yang istimewa
Al dengan kemampuan abstraknya yang istimewa

Menjelang empat tahun usia pernikahan Unda dan Ayahmu, itu berarti usiamu hampir tiga tahun.

Hal besar terjadi. Berawal dari takdir yang harus Unda hadapi sebagai manusia yang berpikir dan bertumbuh.

Allah memberikan kejutan itu. Hari itu.

Beberapa minggu setelah Unda menemukan 'jalan yang lurus'.

Sebuah 'hadiah besar' bagi Unda.

Sebuah petunjuk bahwa Allah selalu mendengarkan doa-doa setiap hamba-Nya.

Unda terpilih dalam sebuah seleksi Pegawai Negeri.

Itu adalah kabar baik bagi beberapa orang.

Unda akan menjadi seorang Guru BK.

Itu adalah kabar luar biasa bagi Unda. 

Unda harus tinggal jauh dari kamu dan Ayah.

Itu adalah kabar yang luar biasa tak baik bagi Unda, Ayah dan kamu.

Menakutkan. Menyakitkan.

Setelah banyak pertimbangan yang harus Unda lalui bersama Ayahmu dan keluarga yang lain, dengan sangat sangat sangat berat hati.. Unda mengambil keputusan itu. 

Dalam beberapa hari, Unda tidak bisa tidur karena sibuk menangis. Melihat wajahmu ketika tidur. Mengecup keningmu. Menggenggam tangan kecilmu. Bersimpuh disepertiga malam memohon petunjuk dan kekuatan. Memohon belas kasihan sang Maha Penyayang. Hingga hari itu tiba.

Suasana di Bus
Suasana di Bus

Meskipun Unda mampu menempuh jarak 4 jam setiap minggu untuk menemuimu, selama tahun pertama Unda hampir gila Al. Unda masih belum mampu menerima kenyataan bahwa Unda bisa meninggalkanmu disana. Tak sedikit hari hari Unda lalui dengan menyakiti diri sendiri karena kecewa dengan keadaan. Kecewa dengan diri Unda. 

Unda bisa saja membawamu dengan Unda, tapi cinta Ayah kepadamu juga sama besarnya seperti cinta Unda. Ayah membutuhkanmu disana selagi Unda tidak bersamanya. Ayah juga membutuhkan Unda disini dalam keadaan sehat dan bahagia, agar Unda dapat menjalani pilihan Unda sebaik mungkin untuk masa depan keluarga kita. 

Al dan Ayah
Al dan Ayah

Ayahmu adalah laki-laki hebat, Al. Ayahmu sangat ingin Unda bahagia. Ayahmu sangat ingin membuat keluarga kita bahagia. 

Itu sebabnya Unda berusaha bertahan. Mengobati luka sendiri. Memohon ampun atas kekufuran nikmat. Memohon ketenangan hati, kesehatan dan segala kekuatan. Bertahan.

Beberapa tahun berjalan, kamu masuk sekolah. Unda mempersiapkan diri untuk bisa mengantarkanmu dihari pertama kamu mengenal apa itu 'sekolah'. Kamu terlihat senang. Melihat-lihat kelas. Meja yang berwarna-warni. Bangku yang tertata rapi. Burung-burung kertas.

Hari pertama Al masuk sekolah
Hari pertama Al masuk sekolah

Hari ke hari Unda tak pernah absen menghubungimu melalui Video Call. Sekedar melihat wajahmu. Bahkan Unda sering minta Ayahmu untuk mengirimkan foto saat kamu sudah tertidur. Unda selalu menyelipkan namamu dalam setiap doa. Unda selalu melihat fotomu ketika Unda lelah. Unda selalu berusaha menguatkan hati ketika dilanda rindu yang menusuk hati agar kamu juga tenang disana. Seperti malam ini. Malam kesekian Unda menahan sakitnya rindu hingga mencari cara menyalurkannya dengan menulis surat ini. Sepertinya melihat wajahmu dalam layar saja mulai tak cukup, Nak.

Unda hanya bisa memutar kembali ingatan ketika Unda menghabiskan sabtu malam bersamamu, membuatkan nasi goreng kesukaanmu, menemanimu menyusun lego, menyisir rambutmu, menyiapkan makanan agar bisa kamu nikmati keesokan harinya, hingga minggu sore kereta api harus membawa Unda kembali meninggalkanmu. Menyakitkan. 

Kereta Api Surabaya - Blitar
Kereta Api Surabaya - Blitar

Anakku..

Unda percaya akan ada hari dimana kita dapat berkumpul bersama-sama lagi.

Hari dimana tak ada kekhawatiran tentang pondasi bahtera ini.

Hari dimana tak ada batasan jarak dan waktu diantara kita bertiga.

Hari dimana Unda selalu bisa kamu sentuh. Kamu peluk. Kamu cium.

Hari dimana hari ini mejadi cerita yang membuat kita bertumbuh menjadi keluarga yang kuat menjalani kehidupan dimasa mendatang.

Doa baik ini selalu mengalir untukmu, Al.

Sebagaimana Unda disini menjaga 'anak-anak' Unda disekolah, Unda berharap akan selalu ada yang menjagamu disana.

Menyayangimu. Mengisi gelas cintamu. Penuh.

Selamat tidur anakku,

kecup sayang, dari Unda yang selalu ada dalam doa untukmu...

Blitar, 4 September 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun